Chapter 10

34 7 0
                                    

Akhirnya kami bertiga sampai ditempat tujuan.  Kami pun bergegas masuk ketempat itu dan mencari Taylor keseluruh penjuru di bar ini.  Kami saling berbagi tugas, aku dan Cara mencari dilantai 1 sedangkan Gigi mencari dilantai 2.  Aku dan Cara terus mencarinya, bahkan setiap pengunjung yang berjenis kelamin wanita dan berambut pirang langsung kami colek, tapi nyatanya bukan.  Aku melirik kearah pojok bagian kanan dan mendapati gadis dengan berambut pirang. 
Aku mencolek pundak Cara "sstt... Kayaknya itu Tay deh," kataku sambil menunjuk kearah yang aku maksud.
"Hah mana? " kata Cara sambil mencari dengan matanya.
"Pasang matamu baik-baik dong!" kataku sambil menepuk pundaknya.  Diapun menajamkan pandangannya "oh iya itu Tay, bentar aku hubungi Gigi dulu," katanya sambil meraih ponselnya.  Dia hanya mengirim pesan singkat, lalu kami pun mendekat kearahnya.  Tapi kok kayanya dia terlihat seperti bergabung sama segerombolan cowok sih, dan cowok-cowok itu terlihat seperti tidak asing.   "Eh kalian juga kesini?" kata Cara sambil memberi toss pada keempat anak itu.  "Kok tumben Harry gak ikut?" tambah Cara.  "Iya ini kita juga lagi menghubunginya, tapi ini juga karena Tay ingin menemuinya," sambung si cowok dari salah satu cowok itu.  Oh temannya Harry.  "Tapi kok gak aktif-aktif sih?" tanya si Tay sambil meneguk alkohol.  Ngapain coba ia minta temannya Harry untuk menghubungi Harry, kenapa gak dia aja yang menghungi langsung.  Apa dia gak punya pulsa.
"Oh Tay, disini kau rupanya!" seru Gigi sambil mempercepat langkahnya lalu memeluk Tay dengan erat.   "Aku mencarimu tau," kata Gigi yang masih memberikan pelukannya.  Kemudian Tay melepas pelukannya dan berkata "woah easy Gee i'm fine!" kata Tay sambil mulai meminum alkohol nya lagi.  "Astaga Tay, kamu mabok?!" kata Gigi sambil merebut gelas yang dipegang Tay.  "Balikin gak minuman nya!" kata kata Tay.  "Tidak akan!" kata Gigi.  "Yaelah balikin aja napa, lagian dia juga udah cukup umur kok!" kata cowok yang bertubuh pendek.  "Diam Louis," kata Gigi, kemudian ia meneguk minuman yang digelas ia pegang.  Aku dan Cara hanya bisa menganga, bingung plus heran (eh, apa bedanya ya?)  sama tingkahnya Gigi.  Bukannya dia melarang Tay untuk meminumnya, tapi kok dia malah meminumnya kan aneh.  "Loh Gi, kok kamu minum sih?" ujar temannya Harry yang berambut pirang, yah yang paling imut.  "Iya aneh kamu!" tambah Cara.  "Ck aku kan sehat gak kaya Tay," balas Gigi.  Tay tidak menggugatnya, iya malah melirik ponsel milik Louis (kalo gak salah) kemudian menggeram kesal.  Aku melirik Cara yang mendekat kearah Tay dan duduk disebelahnya.  Kemudian disusul olehku.
  "Kau mau minum?" tanya Cara. Aku mengkerutkan keningku dan membuka mulutku.  "Mau atau gak?!" tanyanya lagi.
"Ya boleh deh," jawabku.  "Eh aku juga dong pesanin," kata Taylor.  "Tay iiihhh!!" kata Gigi sambil menghentak-hentakkan kakinya.  "Biarin weee!" jawab Tay singkat.  "Eh Harry udah ngangkat nih!" teriak si Louis. 

HARRY POV

Aku mengangkat telepon rumah yang berdering.   Kemudian mengangkatnya, "Halo siapa ya?" tanyaku. "Ini  aku Tommo, kok lama banget gak diangkat-angkat! " kata si Louis.  "Hah kapan kamu hubungin aku? " tanyaku heran sendiri.  "Aku hubungi kamu lewat ponsel mu! " .  "Ya iya lah handphoneku aja disita!".  "Oh gitu, kesini cepetan! ".  "Hah kemana? ". "Ke bar biasa kita nongkrong,".  "Ah gak bisa aku gak boleh keluar,". "Oh ayo lah ada Tay dia mencarimu,".  "Hah serius emangnya kenapa?".  "Gak tau ah, makanya datang ya!".  "Aduh gimana ya,".  "Datang aja deh kasihan dia, kayanya pengen ngomong serius,".  "Iiya deh, aku kesana,".  "Nah gitu dong, kita tunggu nih,".  Aku menutup telponnya, kemudian berpikir sejenak.  Keluar gak ya?.   Tapi dirumah juga gak ada papah sama mamah, mereka lagi keluar kota.  Akhirnya aku menuju kearah pintu, berniat untuk keluar rumah.  "Mau ngapain kamu?" tanya seseorang yang kayaknya Marcel.   Aku memutar balik tubuhku dan mendapati dia sedang melirik kearahku.  "Mau keluar," jawabku singkat.  "Tepatnya kemana? " tanya lagi.  "Ke bar, emang kenapa?! " jawabku mulai emosi.  "Kau ingat papah kan melarangmu pergi dari rumah," ceramahnya lagi.   Aku melangkah mendekatinya, mendekati mukaku dan mukanya.  "Dia gak akan tau kalo kamu gak Kasih tau! " bentakku dan detik itu pula Marcel terkejut, terlihat dari bola matanya.  Aku mendapatkan kerah baju tidurnya, kemudian menariknya dan meremasnya.  "Heh, dengar baik-baik ya aku  minta tolong sama kamu jaga rahasia yang satu ini, kalo kamu sampai bilangin kepapah, maka..." kataku yang masih menatap Marcel dengan tatapan tajam.  "Maka apa?" kata Marcel dengan grogi, aku bisa merasakan gitaran ditubuhnya.  Cih, cupu!.  "Maka aku akan menghabisimu," kataku sambil mendorongnya menjauh dari diriku.  Dia masih ketakutan, detik itu pula dia menganggukkan kepalanya dan itu artinya dia setuju dengan perkataanku.  Aku langsung pergi meninggalkannya menuju garasi rumah, lalu pergi meninggalkan rumah dengan motor besarku.  Sesampainya disana aku langsung memarkirkan motorku dan masuk untuk mencarinya.  Aku mendapati mereka sedang berbincang-bincang sambil sesekali minum.  "Eh tuh mantan mu udah datang!" kata Niall sambil mepok putndak Tay.   "Harry!" sapa Tay sambil memelukku.  Aneh bukannya dia marah ya sama aku?.  Aku melepaskan pelukannya dia pun menyipitkan matanya, dan mau memelukku lagi.  Tapi aku menahannya.  "Har, kamu kenapa sih?" kata Tay.
"Kamu yang kenapa, bukannya kita udah putus ya?"
"Ih kok kamu jahat sih babe? "
"Kok jahat, bukannya kamu yang mutusin aku disaat aku lagi kangen-kangennya sama kamu?! "
"Wohoooo!" sorak Liam dan Louis.
"Diam kalian!" bentakku yang ampuh membuat mereka diam.
"Ih mukamu kalo lagi marah lucu deh," kata Tay sambil mencubit-cubit pipiku.
Hadeh dia MABUK!
"Ih apaan sih Tay, lepasin gak?"
"Oh jadi sekarang udah bisa move on? "
"Hah?"
"Iya kalo aku sih sebenernya belum bisa,"
"Hah?"
"Kamu loh hah hah mulu!"
"Hah?"
"Ih Harry serius dong!"
"Ya aku bingung aja kenapa kok kamu belum bisa move on tapi kenapa kamu mutusin aku?"
"Ini semua salah kamu!"
"Kok jadi aku?"
"Iya kamu, siapa suruh kamu cium si guru cupu itu?!"
"Itu gak seperti yang kamu kira, aku bisa jelasin!"
"Gak perlu aku udah jijik sama kamu? "
"Hah?"
"Sekali lagi kalo kamu ngomong 'hah' aku pampar kamu!"
"Hah ak-"
*plak*
"Aw sakit tau!"
"Siapa suruh kamu ngomong 'hah'!"
"Aku tuh lagi mau jelasin tau!"
"Kan aku gak butuh penjelasan kamu!"
"Woi! Katanya belum bisa move on!"
"Ah Harry entah mengapa aku ingin sekali menghajarmu!"
"Apa apaan sih!"
Dia pergi menuju meja bar dan mengambil gelas yang ada diatas meja dan dengan cepat ia memukul bagian bawah daguku.  Aku menjerit kaget plus kesakitan.  Keempat temanku langsung menuju kearahku dan juga ketiga teman Tay, mereka menarik Tay menjauh dariku. 
"Udah kalian ajak dia pulang aja!" kata Zayn.
"Iya-iya," kata Cara sambil menarik Tay pergi.  Dan dibantu kedua temannya.  Aku tidak peduli dia mau menjerit atau apalah, yang jelas sekarang aku udah gak mau behubungan dengannya lagi.
"Ya ampun Harry, ini gimana heh!" kata Liam.
"Aduh aku gak berani nyopot belingnya," kata Naill sambil menutup matanya dengan tangannya.
"Aduh kita bawa aja kerumah sakit aja yuk!" kata Louis.
"Eh kalian jangan pergi gitu aja dong, ganti rugi dong!" kata seseorang petugas bar.
"Aduh terus siapa yang ganti rugi?" kata Zayn bingung.
"Udah biar aku aja," kataku sambil mengambil dompet disaku celanaku dan mengambil uang yang ada didalamnya.
"Segini cukup?"
"Iya cukup, eh ngomong-ngomong kok mantannya galak ya?" kata petugas itu.
"Ya namanya mantan gitu lah,"
"Ya udah hati-hati dijalan ya,"
"Iya,"
Btw kok sok kenal banget ya :V
Kami pun bergeges pergi menuju rumah sakit terdekat.  Dan sampai sana dagu bagian bawahku dijahit, hih seram.  Gak nyangka  perbuatan mantan kok seseram itu.

*****

Hallo guys jangan lupa vote dan comment ya, maaf kalo sebelumnya gak pernah nyapa ya harap maklum lah baru pertama nulis cerita hehehe...
Jangan lupa follow wattpad ku yaks!
Nanti di follback kok.  
KEEP READING GUYS!

HARRY VS MARCELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang