BAB 1

181 20 7
                                    

Ketukan tangan Vea pada mejanya membuat orang sekitarnya menoleh, termasuk Bu Gisa. Padahal yang Vea inginkan tadi, mengetuk pelan mejanya, berencana me- ngode Gebi untuk memberi jawaban kepadannya.

Tapi ekspetasi tidak sesuai realita, ketukan di meja malah terlalu keras hingga Bu Gisa menatap tajam pada Vea. Ya, hari ini ulangan kimia, dan Vea tidak bisa mengerjakan sama sekali. Hanya 5 nomor dari 40 soal, itu saja jika memang benar, jika salah? Beda lagi ceritanya.

"Psst! Nomor berapa?" tanya Gebi berbisik.

Sedetik kemudian Vea mendongak dengan cepat, menatap Gebi yang berada di depannya. "Nomer 23 sampe 40," Bisik Vea dengan hati-hati.

"Bego lu, 23 C, 24 sampe 40 gua belum." Yaps, Gebi bohong. Semua orang juga tahu, orang pintar ga bakal kasih jawabannya dengan cuma-cuma. Tapi Vea percaya-percaya saja. Katakanlah Vea bego dalam hal kayak gini.

Sebenarnya Vea bersebelahan dengan Jean–si juara kelas yang jomblo–tapi mustahil buat Vea kalo mau nyontek Jean. Mustahil.

"Udahlah silang indah aja, santai, gue juga gabisa," Ucap Jean menasehati Vea.

Sebodoh-bodohnya Vea, dia gak mau ketipu sama Jean lagi. Setiap Jean bilang 'Ngapain dipikir sampe segitu, gue aja ngarang semua' atau 'ahelah gue belom belajar, santai aja' semua itu bohong. Bohong!

Pernah saat Vea pertama kenal sama Jean, Vea ketipu. Jean mendapat nilai 90 sedangkan Vea remidi. Tapi untuk sekarang tidak. Vea tidak mau mengulangi untuk kedua kalinya.

Bagaimanapun, Vea tetap berusaha untuk mencontek kepada 3 teman lainnya– Abella, Deska, Audrey.

***

"E anjir, gue tadi ga bisa ngerjain," Omel Vea frustasi. Vea benar benar tertekan saat didalam kelas tadi. Bu Gisa benar-benar mengawasi dengan ketat.

Gebi malah tertawa santai, "Lu bego sih, masa nanya nomor 23 sampe 40, yakali!" Cerita Gebi pada ke enam teman yang ada didepannya.

Jean berdecak kesal, "Udah gue bilang, silang indah aja. Lu sih pake mikir segitunya. Pusing kan lu."

Vea menirukan gaya bicara Jean tanpa suara, "Bullshit tau ga lu? basi."

Abella, Deska, Audrey mengangguk setuju, "Iya nih Jean mah gausah dengerin. Basi. Paling-paling lu juga dapet seratus. Gaya doang sih kaga bisa. Untung lu temen gua." Ujar Deska blak-blakan.

Ini adalah salah satu kelebihan geng Jocans mereka yang awet, saling blak-blakan. Tapi diantara mereka tidak ada yang merasa sakit hati, mereka menerima semua kritikan, walau terkadang sulit.

Abella atau yang biasa disapa Bella kini menghiraukan kritikan teman-temannya pada Jean. Bella lebih sering menggunakan matanya untuk mencari cogan–cowok ganteng.

Well, Bella lebih teliti kalo disuruh untuk mencari cogan. Sinyalnya 4G. Bella adalah orang pertama yang paling cepet nemuin cogan disekitarnya.

"Reihan lewat!" Seru Bella membuat kelima temannya mencari sekeliling.

Semua mata menatap Reihan tanpa malu, sedangkan Reihan masih tidak sadar dilihat seperti itu, Reihan masih asik tertawa dengan lelucon temannya. Ganteng✔ Manis✔ Pinter✔ Baik✔ SINGLE✔ Badboy✖, Reihan itu perfek dimata cewek.

"GANTENG GILA!" Teriak Audrey tiba-tiba saat Reihan lewat tepat di depannya.

Reihan berhenti tertawa, lalu menoleh pada geng Jocans. Sedangkan Geng Jocans yang ditatap malah salting–salah tingkah tidak karuan.

JOCANSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang