Bab 5

65 11 0
                                    

Vea akhirnya sampai di depan rumahnya dengan selamat. Walaupun sepanjang jalan Vea berdebat tidak jelas dengan Danis, tapi selalu saja Danis yang mengalah. Danis sudah terbiasa dengan Vea yang menurutnya menyebalkan.

Vea memasuki rumahnya dengan gontai, lelah juga bepergian setengah hari. Namun baru dua langkah memasuki rumahnya, matanya tersadar bahwa kelima temannya sedang menonton tv di rumahnya. Vea mendengus.

Audrey menoleh saat terdengar derap langkah seseorang, Vea. "Malem minggu jalan jalan, kaya punya pacar ae lo."

"Shut up, bitch!" teriak Vea kesal, dia terlalu lelah hari ini.

Geng Jocans menelan ludah mendengar amukan Vea, mereka tau Vea dalam mood yang tidak baik.

Gebi menaikkan sebelah alisnya, lalu bertanya, "Ngapain deh Ve? Kok keliatanya lagi kesel?"

"Panjang ceritanya, dan gue males cerita." Vea melempar tasnya sembarang.

Kelima geng jocans menatap horror pada Vea. Vea memicingkan matanya kesal, "please gausah paksa gue buat cerita."

Deska mendengus sebal, Vea adalah cewek paling tertutup diantara mereka, setelah Bella.

Jean tiba-tiba berdiri, membuat kelima temannya berpandangan bingung. "Mau kemana lo Je?" tanya Audrey penasaran.

Jean yang merasa terpanggil langsung menoleh. "Malmingan!" teriaknya bersemangat.

Semuanya terkaget, tidak percaya jika Jean akan pergi 'malam mingguan'. Terlebih ini sudah pukul 8 malam, dan dia akan pergi malam mingguan? Selarut ini?

"Serius lo? Sama siapa emang?" tanya Vea tidak percaya, paling juga Jean hanya membuat lelucon receh seperti biasanya.

Jean merasa tersindir, "kalian kenapa sih kaya ga suka banget liat gue malem mingguan."

"Bukan gitu Je, kan lo jomblo. Biasanya juga lo kalo malem minggu kan tidur." ujar Bella mengangkat bahunya.

Jean tidak peduli dengan kelima temannya yang menatapnya aneh. "Gue pergi sama Rava, Ravanello. Udah deh. Bye!"

Geng Jocans melongo. Satu detik. Dua detik. Tiga detik. "WHAT!!!" teriak Geng Jocans bersamaan.

Audrey berlari mengejar Jean, "Gak, lo ga boleh pergi sama Rava siapa itu pokonya!"

Jean memutar bola matanya kesal, "Kenapa sih emang? Kalian jahat banget sama gua"

"Please Je, lo tuh pinter, cantik, perfect. Cari yang gantengan dikit bisa kali." Ujar Audrey menasihati.

"Rava ganteng kok! Kaya Zayn Malik! Udah deh, dia juga baik, lagian yang pacaran kan gue, bukan lo."

Audrey terdiam, dia lupa Jean juga keras kepala. Audrey melirik keempat temannya yang sedang menopang dagu, melihat perdebatannya dengan Jean.

"Udah ah, gue pergi dulu!" Jean mengabaikan dengusan kelima temannya di belakang.

***

Jean terdiam dibangku restoran dekat rumah Vea, menunggu Rava yang sampai sekarang belum juga sampai, padahal ini sudah pukul setengah sembilan malam.

Kalau biasanya cewek yang suka banget nunda waktu, bilang 'otw' tapi gak nyampe-nyampe. Tapi beda lagi sama Rava, yang kenyataannya dia lebih lama dandan lebih dari dandan cewek. Padahal, dandan gak dandan, Rava itu biasa aja, gak ganteng.

"Heh!" panggil Rava yang nafasnya masih setengah-setengah.

Jean yang sedang melamun dengan otomatis terkaget, "EH MONYET!" teriak Jean spontan.

JOCANSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang