04

1.4K 174 11
                                    

Chapter 04: Nice Try

Langkah tergesa-gesa pemuda berdarah Pakistan itu terhenti mendapati apa yang dilihatnya saat ini. Zayn menahan nafas. Bagaimana bisa? Apa aku mengigau?

Seorang Taylor Swift, berbicara dengan Mr. Wright yang merupakan salah satu pengusaha terkemuka dan namanya selalu masuk ke dalam dua puluh besar orang terkaya di Inggris, seakan-akan dia tengah berbicara dengan Ayahnya. Zayn tak mengerti. Tapi mereka terlihat sangat akrab. Benar-benar seperti Ayah dan anak, ketika Zayn bahkan tak bisa berbicara santai dengan Mr. Wright.

Obrolan Taylor dan Mr. Wright terhenti ketika Taylor menyadari kedatangan Zayn. Gadis pirang itu tersenyum lebar dan melambaikan tangan kepada Zayn yang berdiri mematung di dekat pintu masuk lobi.

"Zayn! Akhirnya, kau datang!"

Zayn mengumpat dalam hati sebelum tersenyum dan berjalan mendekati meja di mana Taylor dan Mr. Wright berada. Kenapa harus berteriak memanggil namaku? Apa dia sengaja ingin mempermalukanku di depan umum?

"Mr. Wright, maafkan atas keterlambatanku." Zayn menarik kursi di dekat Taylor sambil mengulurkan tangan kepada Mr. Wright.

Mr. Wright mengangguk santai dan menjabat tangan Zayn. "Tak apa, Mr. Malik. Lagipula, kau mengirim orang yang tepat untuk menjaga mood-ku selagi menunggumu. Asistenmu ini benar-benar memiliki selera humor yang cukup tinggi."

Zayn melirik sekilas Taylor yang masih mempertahankan senyuman bodohnya. Zayn kembali menatap Mr. Wright sebelum berkata, "Apa kita bisa mulai sekarang? Ah, ya. Sebelumnya, kami sudah mengirim draft perjanjian kerjasama untuk proyek kita. Apa kau sudah membacanya?"

Mr. Wright menguap dan mengangguk malas-malasan. Zayn mengernyit. Sungguh, orangtua satu ini benar-benar menyebalkan. Tadi dia terlihat sangat bersemangat saat mengobrol dengan Taylor. Dasar tua bangka!

"Pada prinsipnya, aku setuju dengan isi perjanjian. Tapi pihak legal dari perusahaanku sedang memeriksanya jadi, aku hanya menunggu pendapatnya sebelum mengirimkan kembali draft itu kepadamu." Mr. Wright memberi tanggapan sebelum menyesap kopi yang sudah tersedia di atas meja sejak tiga puluh menit yang lalu.

Tatapan pria berusia 50 tahunan itu beralih kepada Taylor dengan wajah ceria. "Hei, kau juga terlibat pada proyek kerjasama ini, kan? Sepertinya ide-ide yang tadi kau sampaikan juga cukup baik. Ditambah lagi, kau pribadi yang menyenangkan."

Zayn memejamkan mata, berusaha menahan amarah. Sebisa mungkin dia mencoba menjaga sikap di hadapan Mr. Wright, yang benar-benar sepertinya tak berminat bicara padanya. Tua bangka itu, tapi berbicara dengan penuh semangat kepada Taylor.

Taylor melipat tangan di atas meja. "Aku sangat ingin bergabung, tapi semua tergantung pada keputusan dan perintah langsung atasanku, dalam hal ini adalah Mr. Malik." Taylor melirik sekilas Zayn.

Zayn menghela nafas dan balas menatap Taylor, berpura-pura terlihat baik meski hatinya tengah berapi-api sekarang. "Tentu saja kau ikut terlibat dalam proyek ini. Kau asistenku. Aku membutuhkan bantuanmu."

Mata gadis itu berbinar dan Zayn dapat melihat Taylor menahan diri untuk tak ber-high five-ria sambil bersorak penuh kebahagiaan. Gadis itu benar-benar berjiwa anak kecil.

"Sekarang, ke luarkan buku catatan dan pulpenmu. Kau tulis semua inti pembicaraan antara kami berdua." Zayn memerintah, menghela nafas pasrah saat Taylor langsung melakukan perintah Zayn.

Calling Your NameTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang