11

1.3K 156 8
                                    

Chapter 11: Off Day

"Kau bilang ingin mengenalnya, tapi kau tidak membuat pergerakan sama sekali. Kau pikir, aku tak tahu jika selama ini, di kantor, kau memperlakukannya sama seperti kau memperlakukan karyawan-karyawanmu yang lain."

Zayn memutar bola matanya mendengar ocehan sang Ibu, yang pada hari Sabtu pukul tujuh pagi sudah mengetuk keras pintu kamar Zayn dan benar-benar mengganggu istirahat Zayn. Sabtu adalah hari di mana Zayn akan menghabiskan waktunya untuk tidur. Biasanya, dia bisa tidur nyaris dua puluh jam pada hari Sabtu dan khusus hari ini, sepertinya niatannya untuk tidur tidak terealisasi.

"Mom, kupikir kau tahu jika saat aku dan dia berada di kantor, itu berarti kami sedang bekerja. Profesional. Mana bisa kami mencampuradukkan urusan pribadi kami dengan pekerjaan?" Zayn menjawab cepat pertanyaan ibunya, sambil memeluk erat guling bersarung Deadpool-nya.

Trisha memutar bola matanya dan duduk di tepi ranjang, menarik guling yang dipeluk Zayn. Zayn mendengus sebelum mengerucutkan bibirnya.

"Ini hari Sabtu. Nanti malam Minggu. Ajak dia kencan. Ke luarlah. Hanya kalian berdua. Bertukar cerita lalu, jika kalian merasa cocok satu sama lain, langsung beritahu kami sehingga kami bisa mengambil keputusan untuk hubungan kalian selanjutnya." Trisha berkata dengan penuh penekanan.

Zayn menghela nafas. "Kupikir, ini bukan paksaan lain yang kudapat, mengingat kau bilang, aku dan gadis itu hanya diperkenalkan ke satu sama lain. Urusan hubungan kami nantinya, kami yang menentukan."

Trisha memukul Zayn dengan guling dan membuat Zayn meringis, mengaduh kesakitan meski tidak benar-benar sakit.

"Mandi dan berpenampilanlah yang rapih. Aku akan menghubungi Taylor jika kau ingin menjemputnya untuk berkencan. Kalian harus menghabiskan banyak waktu bersama, mengerti?"

Wanita paruh baya itu bangkit dari duduknya dan menatap Zayn penuh ancaman. Ancaman yang Zayn tahu akan benar-benar menimbulkan sesuatu yang fatal dan membuatnya menyesal seumur hidup.

*****

"Aku sangat terkejut saat Ibumu mengirimkan pesan kepadaku jika kau akan menjemputku! Untung saja, aku belum mengiyakan ajakan teman-temanku untuk belanja. Jika aku mengiyakan, aku akan kehilangan momen berharga seperti ini. Ya, kan, Zaynie?"

Taylor mengedip-kedipkan mata sambil tersenyum lebar sementara Zayn masih menampilkan wajah kusutnya meski, tetap tampan. Zayn tidak merespon ucapan Taylor dan terus fokus menatap jalan yang bahkan tak dia ketahui ke mana arah dan tujuannya.

Jika Trisha tidak memberi ancaman mengerikan kepada Zayn, sudah pasti Zayn tengah berada di rumah, tertidur pulas bersama mimpi-mimpi indahnya. Bukan di sini, mengemudikan mobil tanpa tujuan bersama gadis aneh, tapi sialnya juga menawan.

"Jadi, kau ingin mengajakku kencan ke mana, Zaynie? Aku tak tahu apa kau sadar atau tidak, tapi ini sudah kali ke-empat kita melewati jalan ini."

Mendengar perkataan Taylor, Zayn menekan pedal rem mendadak dan langsung menatap gadis itu dengan tatapan terkejut. "What the fuck? Kau serius kita sudah berputar lama di sini?!"

Belum sempat Taylor menjawab, perhatiannya dan Zayn teralihkan oleh suara klakson cukup keras dari banyak mobil. Zayn mengintip lewat kaca spion dan mendapati sekitar sepuluh mobil sudah berbaris di belakang mobilnya.

Calling Your NameTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang