●Dimas pov
"Foto ini kan..." entah mengapa saat ini jantungku berdetak tidak karuan diatas normal. Menunggu setiap detik, dari kata-kata yang ingin ia keluarkan untuk melanjutkan pembicaraannya.
"Cewek cantik~"
Pletak!
"Semvak lu! Gue juga tau itu foto cewek, gue kira lu mau ngomong apa"
"Jiahh!! Bocah penasaran sama kata-kata gue, emang enak lu gue kerjain" dengan kesal aku kembali merebut handphone itu dari genggaman tangannya.
"Udah ah! Di pegang lu yang ada malah tambah rusak!" aku beranjak dari dudukku, masih dengan wajah kesal maksimal. "Gue udah! Tolong beresin semuanya ya"
"Eh! Bangke, bantuin lah, masa gue yang harus bersihin semuanya sih!" aku tidak memperdulikan ucapannya, terus berjalan keluar dari dapur menuju ruang tamu dan langsung merebahkan diri di salah satu sofa, sambil menonton tv.
"Lah kan lu yang masak, lu yang ngotorin, jadi lu juga yang harus nyuci lah"
"Dih tapi kan lu juga ikut makan"
"Kan lu yang nawarin, gue juga gak minta kan. Dari pada di buang sayang mending gue makan, langsung kenyang"
"Anjay! Gak bisa gitu lah"
"Lah serah gue dong. Lagian kan lu masak pake bahan makanan gue, jadi cuci aja udah, ribet banget sih idup lu!"
"Dasar emak-emak perhitungan!"
"Makasih gue emang perhatian kok"
Aku tertawa terbahak-bahak saat mendengar geraman tertahan dari arah dapur. Sangat senang rasanya, jika harus berdebat sebuah candaan dengan seorang Orlando. Pasalnya, Ando tuh orangnya kelewat serius. Jadi gak pernah ada yang namanya seorang Orlando menang dari sebuah candaan.
Bukan hanya denganku, dengan teman yang lain juga sama seperti itu. Jika ia sudah kalah, ia akan diam seribu bahasa. Membuat siapa saja yang melihat wajah merah menahan amarahnya itu, langsung tertawa lepas.
Selang beberapa menit lamanya, terlihat Ando yang sudah selesai dengan kerjaannya, keluar dari dapur dengan segelas jus jeruk di tangannya. Dan mengambil duduk tepat di sebelahku.
"Gue gak di bikinin?"
"Bikin dewek"
"Dasar tukang baper"
"Gak peduli, gue ini bukan lu, kenapa lu yang sewot?"
"Ck!"
Hening... aku diam, ia pun diam. Sibuk dengan pikiran masing-masing. Sebelum ia kembali membuka mulutnya, untuk memecahkan suasana yang terasa canggung ini.
"Trus mau lu apain tuh hp?" kembali lagi deh ke percakapan yang entah mau sampai kapan tidak di tanyakan olehnya lagi.
"Gue buang! Ya gue benerin lah Do, lu gimana sih?!"
"Trus kalau udah bener, lu balikin?"
Terlalu malas untuk mengeluarkan suara, aku hanya menganggukan kepala untuk menjawab pertanyaannya itu.
"Emang lu tau rumah dari pemilik tuh hp?"
Lagi-lagi aku hanya menggelengkan kepala untuk meresponnya.
"Punya cara lain buat balikin?"
"Gue juga gak tau, mau gimana pun juga gue tetep harus ngebalikin barang yang bukan milik gue. Entah dengan cara apa, yang penting nih hp harus bener dulu baru mikir gimana cara ngebalikinnya" aku menimbang-nimbang handphone tersebut di tanganku. "Pasti sekarang orangnya lagi nyariin"
KAMU SEDANG MEMBACA
Adimas & Akselia
RomanceSangat disayangkan jika lelaki sebaik, setampan, semapan, sesabar dan se-se lainnya Adimas di pertemukan dengan wanita secuek, secentil, seegois, sepemarah, sejutek Akselia. Walaupun memiliki wajah cantik juga manis, itu tidak akan terlihat jika ia...