Godaan Terberat

40 3 0
                                    

Dimas pov

"Apa yang kau katakan?" masih dengan tatapan terkejutnya, ia bertanya padaku tanpa menjawab terlebih dahulu panggilan temannya barusan.

"Pengakuan?" aku tersenyum penuh kemenangan padanya.

Hening...

"Ikut aku!" dengan kasar ia mencengkram lenganku dan menyeretku untuk masuk ke dalam mobil.

"Seli! Kok gue di kacangin gini sih?!" ia berhenti sejenak, lalu menoleh ke arah temannya dengan senyuman minta maaf.

"Gue duluan ya? Udah di jemput, kalau mau penjelasan besok gue jelasin semuanya sama lu"

"Ck! Yaudah deh, awas lu ya, besok gue tunggu, dah~" perempuan itu melambaikan tangannya seraya menjauh, Seli membalasnya singkat yang di ikuti lambaian semangat juga olehku.

"Ngapain ikut dadah-dadah gitu?!" ia mendelik tidak suka padaku.

"Emang gak boleh ya?" dengan muka polos, aku menurunkan tanganku pelan, kembali ke posisi awalnya.

"Gak boleh!"

"Ouh... gak boleh ya, kalau yang ini?" aku mengangkat pergelangan tanganku yang masih di cengkram kuat olehnya, langsung menghadapkannya tepat di depan wajah Seli.

Tersadar, dengan cepat ia melepas cengkraman tangannya lalu berbalik meninggalkanku seraya menghentakan kakinya dengan sangat kesal.

Karena penasaran ia ingin pergi kemana. Aku terus memperhatikan punggungnya, sampai ia masuk ke dalam mobilku. Mau masuk juga ya?

"Ngapain berdiri di situ mulu?!! Cepet masuk!!!" aku berjengit kaget, saat ia berteriak dari dalam mobil dengan volume suara yang cukup keras.

"Iya-iya ini mau masuk" dengan sabar aku menjawabnya, lalu ikut masuk ke dalam mobil, dan duduk dengan tenang di tempatku. "Apa??"

"Apanya yang apa? Udah cepet jalan!!"

"Gak usah marah-marah kali, awas loh cepet tua" ia mencebikan bibirnya kesal seraya bersedekap juga mengalihkan pandangannya ke arah jendela.

Menghela nafas sebentar, lalu mulai menjalankan mobilku dengan kecepatan di bawah rata-rata. Dan untungnya ia tidak protes sedikit pun, tentang mobilku yang jalan sangat lambat.

"Tadi itu temen?" aku memutuskan untuk membuka suara, berharap bisa memecahkan keheningan juga kecanggungan yang ada di dalam mobil.

"Yaiyalah temen, males banget ngobrol sama orang yang gak di kenal" jawabnya jutek, masih menatap suasana yang ada di luar jendela.

Benar perkiraanku, hari ini bakal turun hujan yang sangat deras, untung saja kami berdua sudah ada di dalam mobil. Di tambah macet lagi, jadi ingat kejadian tabrakan kecil itu.

"Ouh... namanya siapa?"

"Kenapa suka? Sorry aja ya, udah ada yang punya. Kalau mau, minta ijin dulu sama pacarnya sana"

"Dih, siapa juga yang bilang kalau suka. Tenang aja aku gak bakal lirik cewek lain kok, jadi kamu gak usah cemburu ya"

"Ih ge-er banget, kalau emang suka aku juga gak bakal peduli kali. Gak akan pernah! Inget itu. Mau jalan sama siapa juga bodo amat, bukan urusan aku ini"

Hening... sebenarnya bukan ini yang ku harapkan. Ku pikir dengan sedikit candaan di setiap obrolan kami, bisa membuat kami sedikit lebih akrab dari sebelumnya.

Semenjak ia bilang, ia ingin membatalkan acara ini dengan rencananya yang belum ku ketahui apa itu. Ada rasa khawatir juga cemas, jika membayangkan kalau rencananya itu bisa berjalan sesuai keinginannya.

Adimas & AkseliaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang