Keputusan

57 4 2
                                    

Dimas pov

"... singkat kata, apa kau tidak takut, dengan kita yang hanya berdua disini?"

"Jangan macam-macam ya!"

"Macam-macam? Seperti apa itu? Ternyata pikiranmu jauh juga ya" aku mulai menyeringai ke arahnya. Hampir saja aku lepas kendali saat melihat wajahnya yang mulai takut. Rasanya ingin ketawa sendiri.

Entah muncul dari mana ide gila seperti ini. Aku hanya ingin mengetahui dirinya lebih jauh lagi. Apa benar, dengan apa yang di katakan kak Ayu atau pun kak Faiz perihal sifat dari wanita yang sekarang duduk di hadapanku ini?

Tapi saat melihat raut wajahnya yang seperti itu, kurasa tidak. Huft! Kenapa juga, aku bisa selega ini, mengetahui itu semua? Ternyata Seli tidak seburuk itu, hampir saja aku menilai tentang dirinya yang padahal belum ku ketahui apa-apa.

"Tentu saja. Memangnya kau pikir aku wanita macam apa hah?!!" aku mengerjapkan mataku berulang kali, saat mendapatinya yang lagi-lagi menyeramkan seperti sebelum ini.

"Ternyata kau sangat berani ya, baguslah" aku merubah posisi dudukku seperti semula. "Kau mau minum apa?"

"Tidak usah, aku tidak ingin ambil resiko dengan menerima tawaranmu itu. Pokoknya ingat kata-kataku tadi, ku harap kau bisa mengerti. Aku pamit" dengan begitu ia beranjak dari duduknya, dan langsung pergi meninggalkanku bersama banyak pertanyaan yang kembali muncul.

∽♥♡♥∽

Beep! Beep!

Perlahan tapi pasti, aku membuka kedua mataku dengan sangat berat.

Jam berapa ini?

Aku melirik jam yang ada di atas nakas. Saat ini jam itu menunjukan pukul 05.30, sepertinya sehabis sholat subuh tadi aku kembali tidur. Untunglah tidak terlalu lama.

Seng! Seng!

Siapa yang ada di dapurku sepagi ini?? Ando?? Gak mungkin banget. Lalu siapa? Hmm... aromanya enak banget. Apa jangan-jangan...

Aku beranjak dari tidurku saat aroma masakan itu mampu membuka kedua mataku dengan sukses. Berjalan ke arah kamar mandi, untuk sekedar cuci muka dan gosok gigi. Lalu keluar kamar, untuk melihat siapa yang datang sepagi ini dan mengganggu tidurku dengan masakannya.

"Ina??"

"Oh! Abang udah bangun ya? Ayo duduk, Ina udah buatin sarapan buat Abang" dengan gesit ia menata hasil masakannya ke dalam piring, lalu menaruhnya di atas meja untuk di hidangakan.

Gak sia-sia Bunda mengajarinya memasak belakangan ini, bahkan udah mulai jago.

"Tumben banget ke sini, ini kan masih pagi buta. Ada apaan?"

"Makan dulu!" ia mengambil duduk persis di sampingku. Lalu memakan hasil masakannya dengan perlahan. Melihat itu, aku pun melahap masakan yang ada di hadapanku sekarang.

"Abang kerja hari ini?" mengernyit sebentar, lalu mengangguk dengan ragu.

"Lembur gak?"

"Kenapa nanya begituan sih?" bukannya menjawab, aku malah kembali bertanya padanya.

"Jawab aja sih, ribet amat jadi orang" ia mulai mendelik kesal ke arahku. Tapi aku tidak tinggal diam, aku tidak akan bisa menjawab kalau akunya saja belum mengerti arah pembicaraannya kali ini mengarah kemana.

"Jelasin dulu" tegasku tak sabar.

"Hhh... Bunda bilang untuk hari ini Abang gak usah kerja. Ada hal penting siang nanti, lagi pula kayaknya Abang mulai lenggang belakang ini"

Adimas & AkseliaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang