●Dimas pov
"Agam mana?"
Dengan kompak, Ando dan Zaki langsung mendongkakan kepala mereka dari mangkuk yang berisi penuh mie. Saling berpandangan heran, ketika mata mereka berhasil melihat raut wajah tak suka yang entah mengapa muncul begitu saja di wajahku.
Dan aku tidak menginginkan ini.
"Emhhang kenaphha?" masih dengan sisa-sisa makanan di mulutnya, Zaki berusaha berbicara untuk merespon ucapanku.
"Abisin aja dulu" jawabku masih dengan raut tak suka. Melihat itu, Zaki dan Ando langsung merubah ekspresi mereka menjadi lebih serius.
"Dia di sana" aku mengikuti arah telunjuk Ando, yang mengarah ke salah satu bagian tepi danau. Menampakan dua manusia yang berbeda jenis, sedang asyik berbincang-bincang sambil sesekali tertawa lepas.
Jadi yang tadi itu bener?
"Oh" ini benar-benar di luar akal pikirku. Aku tidak ada niat sama sekali, untuk mengeluarkan suara yang terkesan datar dan cuek itu untuk merespon perkataan Ando tadi.
Tapi aku tidak peduli. Aku memutuskan untuk masuk ke tenda lebih awal, meninggalkan dua bocah di luar sana yang masih asyik dengan mangkuk mie mereka, di tambah dengan raut bingung yang di tunjukan Ando tadi.
Sekarang aku benar-benar bingung, dengan apa yang sedang terjadi pada diriku ini.
Kenapa juga gue marah dengan tiba-tiba. Lagian kan gue sama dia gak saling kenal. Gak lucu banget kan, kalau nanti Agam dateng, trus nanya gue kenapa. Masa iya gue harus mencak-mencak dia, dan ngelarang dia buat deketin tuh cewek.
Lagian kan gue sama dia gak deket-deket amat. Boro-boro dah, kenal juga sekedar nama doang. Itu juga baru gue yang tau nama dia, lah emang dia tau nama lu? Sadar dong Dim! Emang lu tuh siapanya dia? Udah kepedean aja kalau dia bener jodoh lu. Lah kalau tuh cewek jodoh orang lain gimana? Apalagi kalau orang lainnya itu Agam? LU MAU APA?!
"ARGHHHH!!" membenamkan kepala di tumpukan tas. Aku berteriak sekencang-kencangnya, berusaha keras untuk menepis semua rasa aneh itu.
Rasa yakin kalau dia beneran calon jodohku, rasa marah saat dia di dekati oleh lelaki lain, dan yang paling ku benci adalah rasa cemburu saat mengetahui fakta bahwa ada lelaki lain yang jauh lebih mengenalnya di bandingkan aku. Dan lelaki lain itu adalah sahabatku sendiri.
Sahabat sendiri.
Membayangkan jika Agam jauh lebih mengenalnya di banding aku, membuatku merasa cemas. Entah setan apa yang merasuki diriku saat ini, sampai-sampai keyakinan yang kuat itu menguasai hatiku. Jika memang ini kebetulan, dan akan menjadi sebuah takdir. Aku akan setia menunggu kebetulan selanjutnya.
Dan saat itu terjadi, aku akan benar-benar menganggap semua yang telah terjadi ini adalah takdir, yang harus ku terima dan jalani sesuai dengan kemana arus akan mengalir.
Dan hati akan berlabuh.
∽♥♡♥∽
Satu hari, dua hari, seminggu. Ini sudah berjalan selama seminggu sejak ketiga sahabatku itu, mengajakku pergi ke gunung semeru yang terkesan mendadak. Sangat mendadak malah.
Selama seminggu itu juga, kita belum kembali berkumpul, semuanya kembali sibuk dengan urusan mereka masing-masing. Tidak bertemu Agam, membuat rasa cemasku hilang untuk sementara. Entah mengapa setiap melihatnya, aku jadi teringat kejadian saat di tenda minggu lalu.
"Emm... Gam! Tadi, gue liat lu sama cewek di ujung sana. Siapa?" ia menatapku bingung, seraya mengingat-ingat kejadian yang ku sebutkan tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Adimas & Akselia
RomanceSangat disayangkan jika lelaki sebaik, setampan, semapan, sesabar dan se-se lainnya Adimas di pertemukan dengan wanita secuek, secentil, seegois, sepemarah, sejutek Akselia. Walaupun memiliki wajah cantik juga manis, itu tidak akan terlihat jika ia...