Medan: RS Pirngadi

2.8K 212 8
                                    

Sumber: Tribun Medan

Tri Sopian alias Biring yang berprofesi sebagai penjaga kamar mayat Rumah Sakit dr. Pirngadi Medan, mengaku kalau dirinya sering mendapat pengalaman mistis selama bekerja sebagai penjaga ruang instalasi jenazah di RSU Pirngadi Medan.

"Kalau ditanya tentang pengalaman menakutkan pasti ya banyak," ujarnya sembari mengingat satu kejadian yang secara logika hal itu susah diterima dan pengalaman itu selalu lekat di ingatannya. Ia pun memulai ceritanya saat pertama bertugas di kamar mayat. Saat tidur ia dipindahkan, entah oleh siapa, ia pun tidak tahu.

"Waktu pertama saya tidur di sini, pagi hari saya terbangun sudah dipindahkan ke dekat comberan selokan. Padahal saya tidur di kamar yang letaknya persis di dekat kamar mayat," ujarnya sambil tersenyum.

Selain itu, pengalaman yang cukup membuat bulu kuduk berdiri ialah saat ia sedang mandi pernah mengalami kejadian aneh.

"Waktu magrib ketika saya mandi, pernah pintunya diketuk dari luar. Waktu saya panggil tidak ada yang menjawab, akhirnya saya buka dan tidak ada siapa-siapa," ujarnya lagi.

Ia mengaku, dirinya pernah bertanya kepada ustadz mengenai pengalaman yang acapkali diganggu. Kata sang ustadz, sebenarnya mereka (mayat) ingin mengucapkan terima kasih.

"Tapi mungkin begitu cara mereka. Yah, biasanya kalau ada mayat yang masuk, saya langsung bersihkan mayat dan langsung saya kasih kain untuk menutupi badan sang mayat,"ujarnya.

Sekarang, dirinya tidak pernah lagi diganggu. "Kecuali kalau ada masuk mayat baru, biasanya kami kenalan terlebih dahulu," katanya.

Biring mengaku apabila ada mayat yang tidak diketahui identitasnya atau sering disebut Mr. X, dirinya akan menunggu paling tidak sekitar tiga minggu. Biasanya, kata pria 52 tahun ini, pihak rumah sakit akan menyimpan mayat yang belum diambil keluarganya di dalam tempat pendingin mayat.

"Apabila tidak ada juga keluarga yang datang, maka pihak rumah sakit mengambil kebijakan untuk menguburkan mayat tersebut di tempat perkuburan massal yang ada di Delitua," katanya.

Ia mengaku hampir setiap hari ada mayat yang masuk ke kamar mayat RSU dr Pirngadi Medan.

"Tapi kalau Mr. X biasanya diantar polisi dan itu lumayan jarang. Tidak menutup kemungkinan ada juga masyarakat yang mengantar," ujarnya.

Biring juga menjelaskan bahwa pekerjaan seorang penjaga kamar jenazah tidak semudah yang dibayangkan. Ia harus siap kapan pun ketika datang mayat ke ruangannya. Ia juga bertugas mengangkat dan membersihkan tubuh mayat.

"Dibilang susah ya tidak juga, tapi juga tidak mudah. Kadang jam tiga pagi datang mayat kita harus siap. Setelah ada perintah dari orang Forensik, langsung kita bersihkan mayatnya," ujarnya. "Ada kemarin mayat korban kecelakaan kereta api. Mayatnya hancur lebur, perut dan kepalanya sudah seperti bubur. Setelah dijahit oleh dokter, langsung saya bersihkan. Saya ikat tangan dan kakinya. Lalu saya balut tubuhnya dengan kain panjang biar tidak terbuka," tambahnya.

"Selama ini kebanyakan mayat yang dibawa kemari adalah laki-laki. Sangat jarang perempuan. Begitu juga dengan mayat tanpa identitas atau tidak punya keluarga, kebanyakan laki-laki," katanya.
Sebelumnya, Bekerja sebagai penjaga kamar jenazah atau ruang mayat bagi kebayakan orang merupakan hal yang menakutkan. Namun hal itu tidak berlaku bagi Sopian alias Biring. Pria yang sehari-hari tinggal di Jalan Gurila Kecamatan Medan Perjuangan ini telah 8 tahun menjadi penjaga kamar mayat di RSU dr Pirngadi Medan.

Pria 52 tahun ini mengaku memulai karirnya sebagai penjaga kamar mayat karena adanya tawaran dari pihak rumah sakit dr. Pirngadi Medan 8 tahun lalu. Sebelum menjaga kamar mayat, pria anak satu ini merupakan penarik becak dayung yang selalu mangkal di depan RSU dr Pirngadi Medan. Ia menceritakan, awal mula dirinya hanya membantu penjaga kamar mayat yang lama, Almarhum Wak Mijan untuk mengangkat mayat yang datang.

"Setelah beberapa kali saya membantu mengangkat mayat, akhirnya ada tawaran ke saya untuk menjadi penjaga kamar mayat. Yah, tanpa pikir panjang saya langsung terima," kata lelaki berambut putih ini.

Ia mengatakan, dirinya menjadi penjaga kamar mayat tidak ada tujuan lain selain niatnya membantu keluarga korban.

"Saya tidak pernah merasa takut karena saya mengerjakan pekerjaan saya dengan ikhlas," ujarnya.

Biring sang penjaga kamar mayat RSU dr. Pirngadi Medan setelah 8 tahun mengabdi akhirnya dirinya diangkat menjadi honorer di rumah sakit Pirngadi.

"Saya terima perbulan hanya Rp 750 ribu dan itu belum termasuk uang tips yang diperoleh, baik dari petugas kepolisian yang mengantar mayat maupun dari pihak keluarga yang datang mengambil jenazah yang sudah dibersihkan," katanya

Baginya, dirinya yang penting bekerja dan dapat uang.

"Saya tidak berharap yang lain di sini. Tapi, kadang banyak juga yang pengertian dengan saya. Kadang saya dibelikan nasi bungkus untuk makan malam sekaligus dengan rokoknya," kata Biring seraya tersenyum.

A Nightmare Story Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang