Aku tinggal di Kabupaten Magelang, tepatnya di Kecamatan Muntilan. Sejak 2013, aku kuliah di Yogyakarta. Magelang dan Yogyakarta lumayan dekat. Karena aku tidak bisa naik motor dan tidak punya ojek zone (lawan jenis bukan pacar yang setia anter ke sana ke mari), jadi aku terbiasa naik bus.
Aku sempat kos di daerah Janti selama dua tahun karena jadwalku yang padat. Selain kuliah, aku juga ikut kegiatan di luar perkuliahan. Pikirku, kuliah cuma beberapa jam dalam sehari jadi lebih baik aku ikut organisasi kampus sekalian. Hitung-hitung menambah pengalaman. Mulai semester lima, aku tidak lagi kos sehingga aku biasanya naik bus untuk ke kampus, begitu pun kalau pulang ke rumah. Jadwalku tidak tentu. Kebanyakan malah sore, mungkin karena sudah semester atas. Jadi, orang tuaku sudah hapal jika aku sampai rumah sekitar pukul delapan malam.
Jarak pemberhentian bus dengan rumah kira-kira satu kilometer. Aku terbiasa berjalan kaki sendirian untuk pulang ke rumah. Aku bukan tipe orang yang penakut. Bagiku hal itu bukan masalah karena aku bukan orang yang sensitif terhadap makhluk halus. Bukan hantu yang kutakuti, tetapi orang jahat. Menurutku mereka lebih mengerikan daripada hantu.
Di belakang rumahku ada sebuah rumah tua dengan kebun tak terurus yang lumayan luas. Hampir mirip hutan dengan pepohan dan rerumputan yang tumbuh subur, bahkan banyak akar gantungnya juga yang menambah kesan seram. Dulunya, rumah itu dihuni oleh seorang wanita paruh baya, namanya Bu Nandiro. Setiap hari aku harus melewatinya untuk sampai ke rumah. Sebenarnya, itu bukan jalan satu-satunya. Tapi yang paling dekat jaraknya ya jalan tersebut, jadi aku tetap melewatinya tanpa berpikir macam-macam.
Pada suatu hari, ayahku menceritakan kisah horor tentang rumah tersebut. Malam itu, ayahku sedang kebagian jaga di poskamling. waktu itu ayahku memang sedang senang-senangnya berkumpul dengan bapak-bapak yang lain di poskamling sampai kadangkala ibuku jengkel karena hampir setiap malam ayahku tidak ada di rumah. Pernah, ayahku pulang dari poskamling sekitar pukul satu pagi. Beliau berjalan sendirian melewati rumah Bu Nandiro yang sudah hampir hancur, hanya menyisakan puing-puing bangunan tua dan kebun yang tidak terawat.
Seperti halnya aku, ayahku juga bukan orang yang penakut. Malahan beliau sudah akrab dengan makhluk-makhluk halus (untungnya tidak menurun padaku). Jadi, ayahku santai-santai saja. Tiba-tiba saat sudah sampai di depan rumah tua tersebut, ayahku seperti mendengar suara anak-anak kecil. Saat melihat ke arah rumah Bu Nandiro yang mirip setting tempat di film Kuntilanak, ayahku melihat beberapa anak kecil sedang kejar-kejaran sambil tertawa.
Ayahku yang penasaran berhenti lalu bertanya, "Siapa itu? Anaknya Pak Arsad ya? Jangan main di situ, bahaya!"
Anak-anak itu menoleh. Mereka hanya memandang ayahku dengan tatapan kosong. Sedangkan ayahku cuek saja setelah tidak ditanggapi. Beliau kembali berjalan pulang ke rumah. Sampai di rumah, ayahku baru sadar jika yang beliau temui bukan manusia. Ya mana ada anak kecil bermain di tempat angker pada tengah malam?
Ternyata, makhluk-makhluk itu tidak terima diganggu manusia saat sedang bermain. Ada satu rumah milik kakek-kakek yang ada di dekat rumah Bu Nandiro. Namanya aku lupa, tetapi saat ini beliau sudah meninggal dunia. Waktu itu, makhluk-makhluk itu mengira jika yang mengganggu mereka adalah kakek tersebut. Setelah ayahku pergi, mereka mendatangi rumah kakek itu lalu mengetuk pintu. Sang kakek tentu saja membukakan pintu, tapi ternyata tidak ada orang di luar.
"Siapa itu ya?" tanya sang kakek sambil melihat sekitar rumahnya yang gelap.
Karena tidak ada jawaban, sang kakek kembali menutup pintu rumahnya. Tapi suara ketukan kembali terdengar. Setelah diperiksa, tidak ada seorang pun di luar. Hal ini berlangsung sampai beberapa kali.
Sejak mendengar cerita menyeramkan itu, aku sebisa mungkin tidak mau melihat ke arah rumah Bu Nandiro yang penuh semak belukar. Untungnya, aku melewati rumah tua itu hampir setiap hari tapi tidak pernah diganggu oleh makhluk halus. Tapi suatu ketika, aku melewatinya malam-malam setelah pulang dari kampus. Saat berjalan tepat di depan rumah yang menghadap ke arah utara, aku sekilas bisa mencium bau bunga melati. Padahal aku yakin di sekitar situ tidak ada tanaman bunga, apalagi melati. Aku pura-pura menenangkan diri dengan berpikir bahwa itu hanya kebetulan saja. Aku terus melewati rumah Bu Nandiro tanpa berani meliriknya.
Jauh sebelum rumah angker itu hancur, dulunya bangunan itu dihuni oleh Bu Nandiro. Beliau sendiri sudah meninggal beberapa tahun yang lalu. Anak-anaknya tinggal jauh di luar kota dan sepertinya mereka tidak mau mengurus rumah yang dulu ditinggali oleh ibu mereka.
Aku pernah mendengar cerita dari tetanggaku bahwa Bu Nandiro memiliki ilmu gaib, tapi entah benar atau tidak. Dulu aku sering melewati rumah Bu Nandiro, aku juga tahu wajahnya seperti apa. Walaupun sudah agak tua, tapi beliau dulunya pasti memiliki paras yang cantik. Tubuhnya kurus, tinggi, dan hidungnya mancung. Tapi katanya, beliau memikat laki-laki muda dengan menutupinya wajahnya yang telah beranjak tua dengan paras yang muda nan cantik. Setiap lelaki muda yang disukainya, mereka bukan melihat seorang nenek tetapi wanita muda yang sangat cantik.
Menurutku, itu bukan hanya gosip semata. Karena dulu aku sering melihat lelaki muda masuk ke rumahnya. Tidak hanya satu, tapi lumayan banyak. Di dalam dan luar rumahnya, banyak sekali alumunium setinggi almari yang dicat kemudian ditulisi oleh tulisan. Waktu itu aku tidak tahu maksudnya, entah itu sekedar sajak atau puisi, atau bahkan penggalan kitab suci. Aku benar-benar lupa. Hanya saja aku ingat banyak sekali tulisan panjang yang ditulis di atas lempengan alumunium.
Aku tidak tahu apakah riwayat pemilik rumah turut menentukan bangunan itu menjadi berhantu atau tidak. Kupikir bisa saja rumah almarhumah Bu Nandiro menjadi menyeramkan karena dikelilingi kebun yang lebat seperti hutan. Lagipula, rumahnya sudah setengah roboh dan tidak terurus. Bukankah makhluk-makhluk halus menyukai tempat yang dingin dan lembab? Wallahu'alam. Semoga kita senantiasa dilindungi Allah.
***Tampak depan
Tampak samping
Belakang rumah yang berupa hutan
KAMU SEDANG MEMBACA
A Nightmare Story
HorreurKuntilanak. Pocong. Noni Belanda. Prajurit Jepang tanpa kepala. Hantu. Ada atau tidak? "A Nightmare Story" akan membawamu menikmati malam-malam penuh teror. These stories are based on true story. Believe or not? That's your own business. Nb: cerita...