Jatinegara, Awal millenium baru
Stasiun kereta ini padat ....penglaju yang berbondong bondong kembali kesuburban mereka yang hangat
saling sentuh tanpa saling peduli
berdesakan tapi berjauhan
aku menatap foto itu, ibu ibu gemuk bertampang arif dengan pakaian serba merah muda dan banyak sekali gelang emas
banyak sekali
Aku membuang permen karetku yang sudah hambar sejak setengah jam yang lalu
tipikal orang kota ini, mereka tidak mempedulikan peringatan bahaya
garis kuning itu ada disana untuk suatu alasan
alasan yang penting sebenarnya
Tapi ketidakteraturan ini cukup menyenangkan
lihat bagaimana aku bisa berlari menyeberang rel tanpa takut teguran
mengambil tahu isi mengepul dari pedagang yang sibuk melayani pembeli
atau sekedar melakukan tugasku
Berdiri disebelah wanita itu ,dia tampak sibuk dengan plastik plastik belanjaannya
terlalu mencolok untuk seseorang yang mencoba membaur
"Bisa saya bantu bu?" Tawarku
wanita itu terdiam menatapku lalu mencoba tersenyum "terimakasih dik"
"Repot sekali tampaknya .....? ini mau dijual lagi....." Lanjutku berbasa basi
Dia menggeleng "tidak ,lusa akan ada keramaian di rumah,sayang rasanya jika saya tidak terlihat baik" ujarnya dengan nada sedikit sombong
"supaya terlihat baik? sebanyak ini?" ujarku tersenyum ringan
"tak pernah ada kata cukup untuk perempuan yang ingin terlihat baik dik" tangkis nya tenang
berdiri disampingnya memberikan banyak keuntungan , seperti dia tidak melihatku sedang memutar mata sekarang .
"KERETA ARGO BROMO ANGGREK TUJUAN STASIUN SURABAYA PASAR TURI AKAN MELINTAS DI SEPUR SATU PARA PENUMPANG DIPERSILAHKAN BERDIRI DIBELAKANG GARIS PUTIH DEMI MENJAGA KESELAMATAN ANDA "
Para penumpang kereta dan pengujung lainnya makin berjejalan di sepur satu tempat aku dan wanita itu berdiri. Basa basiku berbuah hasil ,dia mengizinkanku membawa tas terberat ,sementara dia makin sibuk dengan plastik plastiknya dan makin tidak perduli dengan garis putih.
Beberapa kelebat sebelum kereta lewat ,tak sadar posisi kami makin maju menjauhi garis pengamanan
pembatas terakhir yang sia sia
disaat yang tepat aku melempar plastik itu ketengah rel, cukup lihai hingga terlihat seperti plastik itu terlepas dari genggamanku
wanita itu refleks mencoba menangkap tas belanjaannya, terhuyung karena dorongan dari belakang
dia menoleh ketakutan
aku tersenyum dan menyorongkan pundak ku lebih keras lagi
cairan merah muncrat ke segala penjuru , dan stasiun sore itu dipenuhi oleh darah dan teriak ketakutan.
*****
"kenapa dibakar ? itu foto siapa" aku menoleh ke suara dibelakangku
Tak biasanya ada yang mau naik keatap rumah susun ini, karena jika cukup beruntung kita bisa memergoki transaksi narkotik disini, dan jika lebih beruntung lagi kita bisa kembali turun kebawah tanpa menjadi mati atau cacat setelah melihat transaksi itu
KAMU SEDANG MEMBACA
Hari Hari Cakrawala
RomanceDan tanyakan pada cakrawala...apa yang diberikannya kepada dunia