VENDETTA

105 8 2
                                    

AWAN

Aku pergi ketika karang masih terlelap di ranjangnya ....

sudah 2 minggu sejak Ibu pergi ...

waktu yang tepat untuk menyelesaikan segalanya ....

saat dimana semua orang mengira segalanya kembali menjadi normal ....dan normal berarti tidak ada penjagaan yang berlebihan ...

aku menghentikan langkahku di depan sebuah bangunan besar ...tempat yang sudah sangat ku kenal ....tempat dimana aku mulai melakukan hitungan ...satu ...dua ..tiga ...dan seterusnya ...dan aku gagal di angka terakhirku ...seribu....

Penjaga berpakaian preman yang siaga di depan pintu depan terkejut melihat kedatanganku ....aku mencoba tersenyum dan bertingkah sebiasa mungkin....

"gue dipanggil bos ...ada hal yang harus dibicarakan ....."

"biar gue tanya dulu keatas....ujarnya seraya meraih telepon genggamnya ...aku menggeleng

"gak perlu ...ini tugas rahasia ...gak ada yang tahu gue akan kesini selain bos ...." sang penjaga mengerenyit ......

"gue belom pernah denger prosedur yang kaya gitu...."

"gue udah habisin seribu nyawa buat bos ...dan lo masih ngomong prosedur sama gue...? apa lo mau dieliminasi sesuai prosedur ...?" ketusku...... p

enjaga itu hanya mengangguk angguk ...dia setuju mengantarku ke ruangan kasdi.....

*******
Setengah jam sebelumnya
Restoran padang uda-uni
WC Pria

"Bagaimana sarapannya pak andi ??...seharusnya bapak mulai memikirkan untuk mengurangi kolesterol"

wajah andi memucat demi melihat pria yang mengajaknya berbicara di wastafel ....pria yang kini mengacungkan belati ke wajahnya

"ka....kau......"

"ssstttt....jangan teriak .....bapak mau belati ini mengiris nadi di leher bapak?" ujarku dingin ...

keringat mulai mengucur di dahi andi ...entah karena makanan padang atau ketakutannya padaku .....

"mau apa kau ....??"

Aku berdiri di belakang andi yang gemetar...matanya membelalak memandangiku ...

menunggu kira kira apa yang akan terjadi ....aku mengalungkan belatiku di lehernya ....dan ketakutan mulai merasuki tubuh gemuk itu ....

mata kami berpandangan di cermin ....

"sampaikan salamku pada ibu ....."

ujarku seraya menghujamkan belati yang kubawa tepat di urat besar di lehernya .....

darah memancar di wajahnya yang panik ...berusaha menutup arus deras yang keluar dari lehernya dengan kedua tangannya ...kemudian tumbang ke lantai

"to....tolong....." bisiknya ....

mata kami masih berpandangan....aku kemudian memakai kacamata hitamku

"mungkin tadi seharusnya bapak berteriak ,,," ujarku sambil beranjak pergi ...

meninggalkan andi dan usaha bertahan hidupnya yang sayangnya ...sia sia

*****

SAMUDRA

"hallo ....."

"ha ..hallo ....Sam ....ini Karang ...gue dapet nomor lo dari handphone bang awan...." Samudra segera meminggirkan mobilnya .....

suara Karang terdengar panik ...walaupun ada beberapa kesalahpahaman antara samudra dan karang beberapa waktu lalu ....

Samudra tidak tega untuk menolak teleponnya ....

Hari Hari CakrawalaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang