Night Changes_Dua

9.2K 231 1
                                    

Anna kembali menuju ke bangku di mana ia duduk tadi. Ia sudah mendapatkan Hotdog untuknya dan untuk anak kecil bernama Keanu. Anna juga mengantarkan Keanu kepada orang tua Keanu.

Anna menatap seseorang yang kini tengah duduk di tempat yang tadi ia duduki. Anna kenimbang nimbang akan duduk di samping pria itu atau mencari tempat duduk lain.

Anna memutar tubuhnya bermaksud untuk meninggalkan tempat itu. Namun, tangannya di cengkram erat. Membuatnya berbalik dan menabrak tubuh seseorang. Anna mengadah menatap orang tersebut. Pria yang tadi duduk di bangku taman.

Kini jantung Anna seakan ingin keluar dari tempatnya. Pipinya mengeluarkan semburat merah. Kakinya terasa tak mampu lagi menahan berat tubuhnya. Anna menunduk.

"Duduklah di sebelahku, Amour." Ucap pria itu tepat di depan telingan Anna. Membuat hembusan nafas yang hangat terasa menggelitik telingannya. Anna mengangguk. Kemudian duduk di samping pria itu.

Suasana begitu awkward saat ini. Anna nemilih untuk memakan hotdognya yang mulai dingin. Sesekali melirik pria di sampingnya itu. Wangi maskulin khas pria begitu terasa di indera penciuman Anna. Anna terus memakan hotdognya sesekali ia meneguk air liurnya sendiri.

Di gigitan terakhir Hotdognya. Anna tiba tiba tersedak. Tangannya menepuk nepuk dadanya. Hingga ia nerasakan seseorang juga menepuk nepuk punggungya. Anna mengalihkan pandangannya kearah pria itu.

"Lain kali, kalau makan hati hati. Nggak ada yang ngambil kok, tenang aja." Anna membuka mulutnya. Ia baru saja mendengarkan suara paling hot yang pernah ia dengar. Pria itu mengulurkan sebotol air mineral pada Anna. Anna menerimanya kemudian menegak setengah dari isi botol air mineral itu.

Anna menyenderkan bahunya pada senderan bangku taman. Merasa kelegaan pada tenggorokannya. Anna menghelang nafasnya pelan.

"Giana Elizabeth." Ucap pria itu membuat Anna memalingkan wajahnya menatap pria di sampingnya itu. Bagimana pria itu bisa tau namanya?

"Kau tak berubah sedikitpun dari dulu." Anna makin mengerutkan keningnya. Menatap lurus kearah pria itu.

"Maaf?"

"Sepertinya kau sudah lupa padaku ya?" Pria itu memalingkan wajahnya menatap Anna yang kini tengah menatap wajahnya. Pria itu mengulurkan tangannya.

"Frederick Julius Stahl." BAMM. Seakan sebuah bom meledak tepat di depan wajahnya. Stahl?. Itu artinya, pria di sampingnya ini adalah sang tuan pemilik Universitas. OMG!!!!

Anna bangki dari duduknya kemudian menungging memberi hormat. "Maaf Mr. Stahl, saya tidak tau kalau anda adalah Mr. Stahl. Saya mohon maaf."

Mr. Stahl menggeleng. "Just Julius." Anna mengangguk. Jantungnya masih terasa berdebar debar. Sebuah tangan menariknya untuk duduk kembali. Anna menunduk. Bokongnya terasa sakit.

"Kenapa kau ada disini?" Anna menaikan sebelah alisnya mendengar perkataan Julius. Anna mengendikan bahunya.

"Entahlah. Rasanya tiba tiba aku ingin datang kesini." Anna memandang lurus kedepan. Suasana kini berubah menjadi sedikit nyaman. Walaupun Anna belum bisa menetralkan detak jantungnya.

Anna merasakan sebuah tangan melingkar erat di pinggangnya. Ia sedikit terjolak terkejut. Julius menyeringai. "Biarkan seperti ini saja, Amour," Julius berbisik di depan telinga Anna, membuat Anna merinding bukan main.

Anna merasakan getaran aneh dalam dirinya. Perasaan apa ini? Ia menengok kearah Julius. Sedetik berikutnya, sesuatu yang kenyal, hangat dan basah menubruk bibirnya. Anna terbelalak mata, pikirannya berteriak terkejut. Julius menciumnya di bibir.

Tangan Anna bergerak mendorong Julius menjauh. Ia menatap Julius sebentar kemudian berlalu meninggalkan Julius. Digigit kecil bibirnya kemudian tangannya menyentuh bekas ciuman Julius di bibirnya. My First Kiss!!!!!

Sedangkan Julius. Disana, di bangku taman yang ia duduki. Julius mematung. Ia melarikan tangannya ke rambutnya kemudian menariknya kuat kuat. Ia bangkit dari duduknya. Berlarian mengejar Anna yang sudah berjalan menjauh darinya.

Julius menarik Anna untuk berbalik. Memeluk tubuh kecil Anna dengan erat. Anna memberontak. Sekuat tenaga ia berusaha melepaskan dirinya dari dekapan Julius. Namun Julius lebih kuat darinya. Anna pasrah, membiarkan Julius tetap memeluknya erat. Wajah Julius yang bersembunyi di lekuk leher Anna. Membuat Anna bisa merasakan Aroma maskulin yang sangat pekat.

Julius melepaskan pelukannya. Kedua tangannya menangkup pipi Anna. Menatap tepat di mata biru milik Anna. "Kumohon maafkan aku, Amour." Anna memalingkan wajahnya. Memilih untuk menyembunyikan air matanya. Entah mengapa ia merasa ingin menangis.

Julius mengetahuinya. Ia tau kalau gadisnya tengah menangis. Julius kembali memeluk erat tubuh Anna. Membiarkan kemeja yang ia gunakan, basah karena air mata gadisnya. Julius mengelus rambut Anna. Bibirnya sibuk menciumi leher jenjang Anna.

Julius mengusap air mata Anna yang membasahi pipi Anna. Julius tersenyum. "Ayo, ku antar kau pulang." Sebelum Anna membalas perkataan Julius. Tangannya sudah dahulu di tarik oleh Julius. Entah mengapa, berada di dekat Julius membuatnya merasa nyaman dan juga aman.

Mereka berhenti di depan sebuah mobil Mercedes Benz. Anna bisa membayangkan. Mobil di depannya itu seharga lebih dari 999 juta. Julius sedikit mendorong tubuh Anna untuk masuk kedalam mobilnya. Ia sedikit menggelengkan kepala melihat Anna yang diam dengan mata berbinar saat melihat mobilnya.

Tidak hanya mereka..-Anna dan Julius, yang ada di dalam mobil tersebut. Tapi ada seorang supir di depan dan seorang pria yang duduk di sebelahnya.

Anna memalingkan wajahnya menatap kearah jalan di luar jendela mobil ini. Rasanya ia belum bisa untuk menatap kearah wajah Julius. Anna menunduk. Ia menghelang nafasnya panjang. Membiarkan kesunyian membungkam mereka.

Anna merasakan sesuatu yang dingin menyentuh pahanya. Ia menengok kesamping, menemukan Julius yang tengah memandangnya dengan seringai. Anna membiarkannya. Selagi Julius tak melakukan hal yang kelewat batas.

Tangan dingin itu semakin naik. Sedikit meremas paha Anna. Sialnya Anna sekarang ini tengah menggunakan Dress yang dibalut mantel hangat. Dan itu adalah kesempatan bagus yang tidak boleh untuk di sia siakan.

Tangan Julius senakin naik. Dres yang di gunakan oleh Anna sudah sedikit tersibak, menampakan paha Anna. Bukannya menolak atau menjauhkan tangan Julius, Anna malah sedikit membuka kedua pahanya. Memberi akses untuk Julius menyentuhnya semakin dekat.

Anna semakin merinding ketika tangan Julius bernar benar berada tepa di depan selangkangnya. Beruntung, dua orang yang ada di depan mereka tak memperhatikan apa yang keduanya tengah lakukan. Anna masih bisa menarik nafasnya panjang.

Mobil berhenti membuat aktifitas yang Julius lakukan juga ikut terhenti. Anna menatap keluar jendela. Ia sampai di apartementnya. Ia memutar kepala menatap Julius. Tersenyum kemudian merangkak turun di ikuti oleh Julius di belakangnya.

Anna menunduk. "Terimakasih Mr.Stahl maksudku Julius, atas tumpangannya."

Julius menarik dagu Anna, membuat Anna mendongkak menatap mata Julius. Sedetik berikutnya bibir mereka kembali bertemu. Mengundang keduanya untuk menutup mata mereka. Anna tersada, ia mendorong pelan dada Julius. "Maaf Julius. Tapi kita berada di tempat umum."

Julius mengangguk. Kembali muncul seringai dari bibirnya. Ia sedikit menunduk. "Aku yakin kau menyukai apa yang aku lakukan padamu tadi." Ucapnya tepat di depan telinga Anna. Lalu menarik telinga Anna dengan gigi giginya. Anna menahan erangannya.

Pipi Anna merona merah. "Baiklah Julius. Aku harus masuk. Sekali lagi terima kasih."

Julius mengangguk. "Apapun untukmu, Amour."

***

Sorry For the typo(s)

Comment and Vote please. Author butuh dukungan nih..

See you next Chapter...

Night ChangesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang