Night Changes_Sembilan

5.7K 151 0
                                    

Julius membaringkan tubuh Anna di kasur. Entah sudah sejak kapan Anna tertidur. Juliu sengaja membawa Anna ke Penthouses miliknya bukan ke rumahnya. Karena untuk saat ini masih banyak yang ia sembunyikan dari Anna.

Julius menaikan selimut hingga kedada Anna. Memberika ciuman ringan pada bibir Anna sebelum beranjak pergi.

Julius menutup pintu dengan pelan. Berusaha sebaik mungkin untuk tidak mengeluarkan suara sedikitpun. Julius melangkah menuju satu ruangan. Membuka pintu tersebut perlahan. Menemukan dua orang yang tengah menunggunya sejak tadi.

Julius duduk di single sofa tepat di depan dua orang yang ada di depannya.

Julius berdehem pelan. "Jadi, apa yang ingin kalian laporkan?"

Dua orang di depannya menggeleng. Julius menyeritkan dahinya. "Lalu, ada apa hingga kalian datang kemari?"

Salah seorang dari keduanya menyetuk. "Alpha Bryan dan Luna Vyn memintamu untuk segera kembali ke pack bersama Luna kita yang baru."

Frederick Bryan Stahl dan Vyndica Brink adalah kedua orang tua Julius.

Julius menatap malas kearah Beta dan Gammanya. "Katakan kepada Mom dan Dad bahwa membawa Anna ke pack kita tidak semudah yang mereka bayangkan."

"Tapi Julius. Alpha Bryan berkata jika kau tidak segera melakukannya. Alpha Bryan akan me...—" Ucapan Betanya terhenti ketika ia mengangkat tangannya.

"Katakan saja apa yang tadi aku katakan. Aku sedang tidak ingin berdebat dengan siapapun."

Mereka berdua. Beta dan Gammanya saling pandang satu sama lain. "Kau yakin tidak ingin mendengarkan kelanjutan kataku?"

Julius menaikan sebelah Alisnya. "Tidak!"

"Aku yakin kau akan sangat menyesal." Cetuka Gammanya disertai sedikit kekehan. Mereka memang sudah berteman sejak kecil. Sehingga tidak ada kecanggungan sedikitpun ketika mereka tengah membicarakan satu sama lain.

"Memang apa yang akan Dad lakukan." Ucap Julius kemudian meminum air dalam gelas di depannya.

"Alpha Bryan akan menarik semua fasilitas yang kau dapatkan dan juga menarik kembali jabatan yang ia berikan kepadamu sebagai seorang Alpha." Julius sontak menyemburkan air yang tengah ia minum. Ia tidak habis pikir dengan Dadnya itu. Mengapa Dadnya mempermainkan jabatan yang sangat penting seperti itu.

Julius menatap tidak percaya kearah Beta dan Gammanya. Sedangkan yang di pandang hanya mengendikan kedua bahunya. Julius yakin ini hanyalah akal akalan Dadnya, agar pack tidak mengalami kekosongan jabatan untuk Luna.

Luna harus ada dan di jaga untuk kepentingan pack dan Alpha mereka.

Julius menghembuskan nafasnya kesal. "Katakan kepada Dad, aku akan segera membawa Anna ke pack. Secepat mungkin, sebisa yang aku lakukan."

Beta dan Gammanya hanya menganggukan kepala mereka. Mereka berdua sangat tau seberapa sulitnya ketika seorang Wolf memiliki mate seorang manusia.

***

Anna mengerjap matanya beberapa kali. Cahaya yang begitu menusuk matanya membuatnya enggan untuk membuka mata.

Namun ia merasakan ada yang berbeda dengan tempat dimana ia berada saat ini. Ruangan ini beraroma maskulin sedangkan kamarnya tidak beraroma seperti itu. Anna langsung membuka kedua matanya. Bangkit dari tidurnya, menatap kearah penjuru kamar berdominan warna putih tersebut.

Suara pintu terbuka membuat Anna mengalihkan pandangannya. Menata Julius yabg kini tengah berjalan kearahnya dengan senyuman yang terlepas dari bibir penuhnya.

Julius duduk di tepi ranjang di samping Anna. Tangannya mengelus pipi dan rahang Anna. Mendekat, mencium bibir Anna lama.

Anna mendorong dada Julius menjauh. "Julius, aku ada di mana?"

Julius tersenyum. "Di tempatku, memang kenapa?"

Anna menggeleng berkata tidak. Julius mengacak acak rambut Anna. Anna terlihat begitu menggoda ketika baru bangun tidur.

"Kalau kau ingin mandi, kamar mandinya ada di sebelah sana. Aku akan turun, aku menunggumu di bawah." Ucap Julius sembari menunjuk kearah sebuah pintu kemudian beranjak meninggalkan Anna.

Anna menghelang nafas. Mengalihkan pandangannya kearah jendela kaca yang besar. Diluar tampak atap dari gedung gedung di sekitar tempat ini. Anna berasumsi kalau tempat ini bukan rumah.

.
.

Anna melangkah keluar dari dalam kamar mandi dengan handuk yang melilit di tubuhnya.

Baru beberapa langkah ia ambil. Tubuh mungil Anna menubruk tubuh Julius yang berdiri di depannya. Julius langsung mengangkat tubuh kecil Anna. Membaringkan tubuh Anna di atas kasur tanpa perduli Anna hanya menggunakan handuk saja.

Julius berada di atas Anna. Lebih tepatnya tengah menindih tubuh mungil Anna. Hidung mereka saling bertemu, mata mereka saling menatap satu sama lain.

Anna terus menatap mata Almond milik Julius. Mata itu mengundangnya untuk menutup kedua matanya. Saat kedua mata Anna tertutup, bibir lembut milik Julius menempel sempurna di bibir Anna.

Julius mulai menggerakan bibirnya. Namun, tidak ada respon sedikitpun dari Anna. Julius menggihit bibir bawah Anna, membuat Anna membuka mulutnya.

Kesempatan Juliua untuk memasukan lidahnya kedalam mulut Anna. Lidahnya dengan lihai mengobrak abrik rongga mulut Anna. Membuat Anna sesekali mengerang tertahan.

Tangan Julius yang semula menahan tangan Anna, berpindah membuka handuk yang Anna gunakan. Sentuhan kulit Julius di kulit Anna, membuat Anna tersadar. Matanya terbuka lebar. Ia mendorong tubuh Julius menjauh.

Anna memperbaiki posisi handuknya. "Ini tidak benar Julius. Kita belum menikah, kita tidak seharusnya melakukan ini." Anna mulai terisak pelan.

Julius yang mulai menyadari kesalahannya, mendekat kepada Anna. Merengkuh tubuh Anna yang bergetar seiring dengan isakan yang keluar. Lagi lagi Julius tidak bisa menahan nafsu Kris.

Julius memejamkan matanya sejenak. Menangkup wajah Anna. "Dengar Amour. Kumohon maafkan aku. Aku tidak menyadari apa yang aku lakukan."

Julius mengecupi setiap jejak air mata di wajah Anna. Anna mulai diam. Ia terkadang juga berfikir kalau apa yang ia dan Julius lakukan hanyalah kesalahan yang memang harus di luruskan. Tapi semakin banyak kesalahan itu, Anna semakin berfikir kalau itu adalah kesengajaan. Anna memang terkadang menyukainya, tapi kesalahan tetaplah sebuah kesalahan.

"Baiklah Anna. Aku menunggumu di bawah. Cepatlah berganti pakaian."

Anna tersenyum saja. Baru pertama kali Julius memanggilnya dengan hanya namanya saja. "Julius?"

"Ya?"

"Aku suka kau memanggilku hanya dengan nama ku."

Julius mencubit pipi Anna. "Apapun untumu Amour."

Anna memeperhatikan punggung Juliue yang mulai menghilang di balik daun pintu. Ia bangkit, melangkah mendekati sebuah lemari. Membukanya, menemukan banyak pakaian untuk pria dan wanita. Mengambilnya satu kemudian mulai memakainya.

.
.

Anna melangkah menelusuri tempat ini. Bisa ia simpulakan bahwa tempat ini adalah sebuah Penthouses.

Namun kenapa Julius membawanya kesini, bukan ke rumah Julius. Apa yang terjadi?

***

Ngabal banget ini cerita.

Sorry for the typo.

See you next Chapter. Coment and Votes please.

Night ChangesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang