BAGIAN TUJUHBELAS: PERTENGKARAN

7.4K 753 67
                                    

"AH, KALAU SETENGAH harga... a-apa tidak bisa? U-Uang saya tidak cukup, Paman..."

Matahari memancar amat cerah sama seperti pagi di musim panas sebelumnya. Gumpalan putih tak terlihat diatas, membiarkan hamparan biru terlukis polos membingkai bumi. Minseok menggigit bibir bawahnya gelisah, memandangi dompetnya dengan sedikit rutukan dalam hati.

"Kau pikir, aku takkan rugi, hah? Kalau uangmu tidak cukup, tidak usah belanja kemari. Belanja sebanyak ini, tetapi membawa uang sedikit. Sama saja menipu," omel penjual itu.

Minseok menunduk, cemberut. Namun, ia tak bisa melakukan apapun selain mengangkat barang belanjaan yang lain, sementara daging ikan salmon yang ia beli mesti ditinggal. Bagaimanapun, Minseok dan Ayahnya takkan bisa memaksa makan enak malam ini. Pengeluaran mereka cukup besar dalam beberapa hari terakhir. Dan sang Ayah tak bisa memakan daging lain selain daging ikan salmon.

"Maafkan aku, Papa..."

"Hei, tunggu!"

Minseok tersentak, saat bahunya tertarik ke belakang. Ia hampir melayang kantung belanjaan sebagai alat memukul, kalau saja ia tidak mengenali sosok yang barusan menariknya. Matanya melebar. "P-Pangeran Jongdae?! Kenapa ada disini?!"

Yang disebut berusaha menetralkan nafasnya, lalu mengangkat sebuah kantung ke hadapan Minseok. "Ini... belanjaanmu tertinggal..." katanya.

Kening Minseok jelas mengerut, seraya menerima kantung itu. Ia berjengit setelah melihat isi kantung itu. Daging ikan salmon yang tadi ingin ia beli. Diliriknya Jongdae yang tersenyum lebar, lalu menjulurkan kembali kantung itu. "Maaf, Pangeran. Belanjaan ini bukan milik saya—"

"Itu milikmu, kok," sela Jongdae anteng. "Ambil saja. Anggap saja sebagai permintaan maafku—atas kesalahan yang tidak kuketahui."

"Hah? Apa maksud anda, Pangeran?"

"Kau meninggalkanku mengacuhkanku sepanjang ujian. Tidak mau berbicara, dan menatapku. Bahkan, kau tidak memberi salam perpisahan untuk liburan musim panas," Jongdae menggaruk pelipisnya. "Kupikir, kau pasti sedang marah padaku, karena aku melakukan kesalahan tanpa sadar. Jadi, yah, aku minta maaf," jelasnya diakhiri endikkan bahu dan cengiran.

Minseok mengerjap, beberapa kali. Mengingat-ingat kejadian lampau yang dikatakan oleh Jongdae. Kemudian, mengangguk kecil. Ia mengingatnya.

Oh.

Saat itu, dia memang kesal. Tetapi, tidak pada Jongdae, melainkan nilainya yang turun selama pra-ujian. Sebab, kesibukannya mencari bunga bagi para guru dan mencari uang tambahan. Tanpa sadar, ia justru mengabaikan pelajaran dan membuat nilainya turun. Jadi, saat ujian, ia pun fokus belajar sehingga tidak ingin terganggu oleh apapun atau siapapun. Termasuk berusaha untuk memaksakan diri mengabaikan Jongdae.

Kemudian, terlintas dalam kepalanya, saat Jongdae memeluk Baekhyun yang menangis, dan melupakan Minseok. Pemuda itu meninggalkannya bergitu saja dan melupakannya.

Ah, apa dia berhak marah akan hal tersebut?

Minseok bahkan lebih rendah derajatnya daripada Putera Mahkota Byun yang catatannya adalah sahabat masa kecil Jongdae. Minseok baru saja mengenal dan menjadi dekat dengan Jongdae karena kegemaran mereka yang sama; suka membaca. Dan Jongdae kerap kali meminjam buku darinya, lalu mengajaknya berbicara.

Tapi, haruskah ia merasa cemburu pada Byun Baekhyun karena merebut perhatian Jongdae darinya?

Perhatian.

My Arrogant Prince (ChanBaek)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang