Aku menguap sambil menyibakkan selimut yang semalaman menjagaku dari gangguan hawa dingin disekitarku. Tidur sehat adalah tidur selama kurang lebih 8 jam, dan aku bisa memastikan bahwa masa tidurku tidak pernah kurang dari itu. Lebih, sering..
Aku menggerakkan tanganku menuju sisi lain dari kasurku untuk mencari ponsel. Ketemu, di bawah bantal. Dengan mata yang masih menyipit, mencoba membiasakan dengan cahaya ponsel, aku menggeser-geser layar ponselku. Melihat beberapa notifikasi, termasuk notifikasi alarm yang hampir seluruhnya kuabaikan.
From: Vee Anindita
Fy, pengganti kelas anggaran hari ini jam 10 oke?
Jam 10, oke. Dosenku satu itu memang sering mengganti jam kuliah seenaknya. Untung saja tugasku sudah kukerjakan. Aku menguap lagi. Mataku bersibobok dengan jam dinding tepat diatas TV di kamarku. Jam 9 lebih 10 menit. Perjalanan ke kampusku sekitar 30 menit. Berarti aku masih memiliki waktu 20 menit untuk bersiap sekaligus..
WHAT?!
Astaga aku terlambat!
====
Bersyukur aku memiliki keahlian mandi selama 5 menit. Dengan mandi secukupnya, meraih kaus dan kemeja yang langsung bisa kupakai disinilah aku. Sedikit berlari dari parkiran dan berhenti di depan lift. Aku boleh telat, tapi tugasku tidak.
Dan kenapa lift yang biasa kami gunakan mendadak lama banget?!
Aku melirik jam di ponselku. Kurang 5 menit, aku memutuskan untuk naik menggunakan tangga darurat. Ruanganku dilantai 4, tidak terlalu jauh menurutku. Tapi kenyataannya cukup membuatku ngos-ngosan begitu aku sampai di lantai 3.
Puji syukur marilah kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, dosenku belum datang dan tugasku selamat sampai tujuan. Oke kalian boleh mengucapkan selamat padaku, ya ya, terimakasih terimakasih.
======
"Oke sampai ketemu hari Senin ya," dosen cantikku itu melengang keluar kelas setelah mengakhiri perkuliahan kami.
Aku meletakkan kepalaku asal keatas bangku kuliah. Semester lima, bener-bener rasanya pengen minta nikah aja udah. Masalahnya cuma kalih*. Kalih sinten?**
"Ikut ke kafe nggak?" Aku mengangguk mengiyakan ajakan Via.
Mamanya Via punya kafe yang letaknya lumayan dekat dari kampus kami. Bukan kafe banget sih, cuma toko roti yang sekalian menyediakan kopi atau milkshake dan sekaligus ruangan untuk dine in. Jadi apa sebutan yang pas untuk itu? Yaudah lah, sebut aja kafe ya.
Kurang dari 5 menit kami sudah sampai di kafe mamanya Via. Vicave. Itu sebenernya ada artinya loh. Via itu punya adik namanya Rika. Jadi Via dan Rika (yang biasa dipanggil Icha) disingkat jadi Vicha. Trus cave yang artinya gua. Jadi Vicave itu gua punyanya Via sama Icha.
Kenapa gua? Karena Via sama Icha demen banget makanin roti bikinan mama mereka. Jadi, gitudeh. Ribet emang.
"Siang, Tantee." Aku menyapa mama Via yang baru saja memasukkan roti yang baru selesai dipanggang kedalam tempat display.
"Eh, Ify. Abis kuliah ya? Duduk duduk. Mau makan apa? Yang biasa? Apa mau Tante pesenin padang?" Tanya Tante Tiara (mama Via) setelah kami selesai menyalami beliau.
"Brownies aja, Tan. Sama jus stroberi ya, hehe." Kataku menyebutkan pesanan.
Bunyi lonceng di depan pintu menandakan seseorang baru saja memasuki tempat ini membuatku bergeser dan duduk di kursi depan kasir. Sambil menunggu pesanan, akan ku jelaskan dikit tentang layout kafe ini.
Jadi di depan kasir tersedia lima kursi, kaya di bar gitu buat nunggu pesanan atau emang mau duduk disitu juga boleh. Terus, tempat makannya juga ada dua macem. Indoor sama outdoor. Kalau outdoor enaknya pas malem, serius. Kalau siang panas banget soalnya, apalagi lampu-lampu taman kan nyalanya pas malam. Rekomendasi deh buat nongkrong sama pacar, hehe.
KAMU SEDANG MEMBACA
LoFever
Romance"Lo kalo mau bohong, satu pesan gue. Lo harus pandai mengingat. Karena ketika lo bikin satu kebohongan, maka akan ada kebohongan lain yang perlu lo buat untuk menutupi kebohongan pertama lo," -Fyra Kynanda