[7] - what if my heart change?

531 71 5
                                    


From: Rio
Miss you

Aku terkekeh sambil mengalihkan pandanganku dari laptop. Meskipun berada satu kota bahkan di garis peta pun kami hampir tidak terpisahkan jarak, tapi justru intensitas pertemuanku dengan Rio sama sekali tidak berubah. Jika sebelum jadian kami hanya bertemu saat akhir pekan, maka kali ini kami bertemu saat akhir pekan plus saat aku ingin dia datang. Itupun kalau dia tidak sibuk.

To: Rio
Kalo kangen tuh ketemu, bukannya bilang i miss you.

Aku meletakkan ponselku dan kembali mengerjakan tugasku yang akan dikumpul besok pagi. Meskipun kami jarang bertemu, tapi ia tidak pernah melupakanku. Setidaknya ia tidak pernah absen mengucapkan selamat  pagi, sudah makan belum, dan jangan lupa istirahat. Ya, that's enough for me. Aku belum pernah mengencani seseorang yang sudah bekerja sebelum ini, jadi aku tidak tahu jika selain membagi waktu dengan rutinitasku, aku juga perlu mengalah pada waktu kerjanya. 

From: Rio
Crap! Km lg dmn skrg?

Di rumah nih, knp?

Aku kesana ya?

Aku langsung menekan tombol telepon dengan cepat. Tidak perlu mendengar nada tunggu lama, suara Rio sudah memenuhi gendang telingaku.

"Bawain makan dong, Yo.." kataku begitu dia selesai mengucapkan halo. "Aku belum makan,"

"Makan siang apa makan sore?" tanyanya yang membuatku menggigit bibir bawah. 

"Siang," aku langsung memejamkan mata mendengar Rio marah-marah di telepon. "Duh, marah-marahnya nanti aja deh, Yang. Aku laper banget nih, kangen juga."

Rio tampak menghela napas. "Kebiasaan ya. Yaudah kamu mau makan apa? Biar aku berangkat sekarang,"

"Nggak ada pesanan khusus. Tapi kalau bisa geprek ya, hehe." kataku. "Makasih ya, Sayang.."

Selesai mengucapkan pesananku, Rio mematikan telepon. Jika dipikir-pikir, fungsi Rio dan abang Gojek hampir sama. Sama-sama sering kumintai tolong untuk beliin makan, bedanya Rio ikut makan. Sama-sama sering mengantarku ke mall, bedanya Rio ikut masuk ke mall. Sama-sama sering memesankan aku tiket bioskop, bedanya Rio ikut nonton. Disampingku. Bisa kupeluk.

Lah, beda ya berarti.

Ah pokoknya gitu deh. Tapi yang jelas, pengeluaranku untuk biaya Gojek berkurang akhir-akhir ini karena aku sering ditemani Rio. Hihi, senangnya punya pacar.

Tahu gitu dari dulu aku punya pacar aja, ya.[]



Aku segera berlari membukakan pintu saat mendengar suara motor Rio memasuki pelataran. Seketika gerakan Rio yang tengah membuka helm fullface-nya menggantikan udara dirongga dadaku, membuatnya menjadi sesak.

"Aduh, pacarku ganteng banget kalau bawain makan gini," kataku sambil mengambil alih kotak makan yang ia bawa.

"Kayanya kamu lebih seneng liat ayam ini deh daripada aku," katanya yang langsung kubalas dengan tawa.

Aku langsung menggandeng lengan Rio dan menuntunnya memasuki rumahku. "Ya abisnya aku belum makan. Daritadi kerjain tugas nggak selesai-selesai," kataku sambil mengambil piring di dapur. "Kamu mau minum apa?" tanyaku setengah berteriak.

"Aku beli jus tadi," akhirnya aku putuskan untuk membawa air putih, karena Rio selalu minum air putih sebelum makan.

"Baru pulang?" tanyaku yang dijawab anggukan Rio sambil meminum air putih favoritnya. Duh, lagi minum air putih aja ganteng, apalagi minum minuman yang diiklanin di TV itu?

LoFeverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang