[6] - His Girlfriend

592 75 4
                                    

Dalam manajemen keuangan ada istilah yang dinamakan "Window Dressing", biasanya dilakukan disetiap penghujung tahun. Window dressing adalah istilah untuk perusahaan, atau mungkin lebih tepatnya penyusun laporan keuangan membuat laporan keuangan atau kinerja akhir tahun dengan cara membuat laporan perusahaan terlihat lebih baik atau berhasil mencapai targetnya. Hal ini bertujuan supaya calon investor melihat peluang investasi yang bagus untuk periode mendatang karena dengan kegiatan ini, nilai saham suatu perusahaan akan mengalami kenaikan.

Hal ini berlaku juga untuk memulai sebuah hubungan. Salah satu cara untuk menarik perhatian lawan jenis yang kita sukai adalah dengan melakukan teknik window dressing supaya setidaknya, ia memiliki ketertarikan untuk memulai sesuatu dengan kita.

Dan itu adalah kegiatan yang baru-baru ini sering kulakukan.

Entah kenapa,  aku mulai menyukai untuk tampil lebih dari biasanya ketika bersama dengan Rio. Jujur saja, aku tidak menyukai keramaian. Tapi aku langsung mengiyakan saja ajakan Rio menonton konser dan melakukan teknik window dressing-ku malam ini.

Aku tidak aneh-aneh di konser ini. Hanya memakai kaos oblong dan hoodie-ku yang baru kubeli bulan lalu, serta sneakers warna hitamku. Sebenarnya aku ingin sekali memakai celana pendek agar sepatuku terlihat sedikit lebih berwarna, tapi aku sangsi dengan suhu malam ini. Akhirnya aku memakai celana jeans warna putih.

Black and white is my happy colour. Sudah pernahkah aku berkata itu?

Penampilan Rio kurang lebih sama denganku malam ini. Tapi tolong percaya padaku, bahwa malam ini Rio terlihat benar-benar tampan menggunakan bomber warna navy. Jokowi, lewat...


====


"It is my very first time watching a concert." kataku sambil melahap burger yang baru saja aku pesan. "Jadi tolong nanti ingetin aku kalau misal aku melakukan sesuatu hal yang norak dan berpotensi bikin kamu malu,"

"Okay, I'll take care of you," kata Rio sambil tersenyum. "Padahal kamu suka musik, tapi belum pernah nonton konser?"

"Ya.. aku lebih suka dengerin sendiri di kamar sih. Lebih intens aja rasanya," kataku. "Daripada jejingkrakan dengan ratusan orang lainnya... entahlah,"

"Kamu nggak nyaman dengan orang banyak?"

"Tergantung dengan siapa aku pergi," kataku sambil tersenyum 3 jari. "Aku biasanya nolak ajakan temenku karena aku males sama dia. Atau kalau nggak, kita sama-sama cewek dan kata Papa itu beresiko untuk pergi nonton konser berdua doang,"

"Jadi.." kata Rio setelah meminum soft drinknya. "Kamu terima ajakan aku, karena kamu nggak males sama aku?"

"Yaa.. kamu boleh anggap seperti itu," kataku dengan tawa kecil. Kamu beda, Yo, lanjutku dalam hati.

Rio ikut tertawa sambil menatapku. Aku balas menatapnya. Beberapa saat kemudian, yang terdengar hanya keriuhan sound dari tempat konser yang berada di depan kami. Aku dan Rio sekarang ini sedang berada di dalam mobilnya, menghabiskan makanan yang barusan sempat kami beli di salah satu restoran cepat saji yang kami temui.

Rio masih menatapku dengan senyumnya. Harusnya aku ganti menatap ke depan untuk memutus kontak mata kami. Tapi yang kulakukan adalah balas menatapnya. Menatap mata tajamnya. Alis yang dengan rapih menaungi mata hitamnya. Turun ke hidung, dan berhenti di bibir. Bibir yang sedikit berwarna merah jika dibandingkan kulitnya yang kecoklatan. Aku membayangkan bagaimana rasanya jika bibir itu beradu dengan..

Shit! Sejak kapan aku berotak mesum seperti ini? 

Biasanya aku seperti ini jika sedang menonton drama korea. Lagipula, Rio bukan salah satu Ahjussi Korea yang aku elu-elukan.

LoFeverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang