[5] - Dating

634 75 0
                                    

"Sumpah gue nggak bohong, Via. Dia tahu-tahu ngulurin buku yang gue cari. Parah banget kan?" kataku sambil membuka lemari bajuku.

"..."

"Ya mana gue tahu. Gue nggak ada bilang ke dia kalau gue lagi cari buku O'brien." kataku. "Gue aja berdiri sambil liatin rak pas dia dateng. Gue nggak ada tanya ke petugas,"

"..."

"Ya gue udah bilang ke dia, gue nggak suka diikutin kaya gitu. Dia udah iyain sih bakal nyapa gue, at least nggak nunjukin kalau dia tuh penguntit." kataku. "Ah udah ah, besok aja kalau ketemu gue cerita. Mau pergi nih,"

"..."

"Gramed, sendirian." kataku. "Nggak apa-apa nggak ditemenin. Pakai gojek ini gue. Bokap mana mau nganter, dan dia nggak mungkin mau kasih pinjem mobilnya. Gue lagi males bawa motor. Parkirnya cyin, males gue."

"..."

"Hah? Buku lo kemana emang?" tanyaku sambil kali ini berjalan kearah rak buku. "Yaudah ntar gue mampir. Udah ya ntar gue kemaleman. Bye,"

Setelah mematikan telepon, aku segera berganti baju. Hari ini aku akan kembali melaksanakan sedekah untuk diriku sendiri. Ponselku kembali berbunyi, menampilkan notif chat baru.

Ify?

Nomor asing, belum pernah kusimpan. Untungnya ini adalah whatsapp jadi aku bisa mengecek pengirimnya melalui foto yang ia tampilkan. Dan kalian tahu siapa pelakunya?

Rio?

Yes.
Bener nomor kamu ternyata.
Saya dpt dr Rena.

Oh.
Iya ini nomorku, wkwk.
Ada apa?

Ngecek doang sih, hehe.
Lg apa fy?

Mau pergi nih, ke gramed.

Sama?

Diri sendiri. Hahaha.

Mau ditemenin?

Eh nggak usah repot2.

Nggak ngerepotin kok.
Boleh?

Ya boleh lah, Yo, gila aja. Malah seneng gue. Ingin sekali aku mengetik balasan seperti  itu, tapi sepertinya itu kurang sopan, jadi aku hanya menulis:

Boleh dong. Masih inget rumahku kan?

Masih.
Otw.

Waiting for ya.


====


"Setiap bulan?" aku mengangguk. "Segitu sukanya baca ya?" aku mengangguk lagi.

"Kamu tahu nggak sih, baca tuh udah kaya kita jalan-jalan. Versi nggak pake capek, dan irit ongkos aja. Kita bisa dibawa penulis kemanapun dia pergi. Aku jadi tahu keindahan New York lewat buku. Aku tahu berapa suhu saat salju pertama turun di Tokyo lewat buku. Dan aku bisa tahu kegiatan orang di pesantren, lewat buku juga." kataku.

"Nggak bosen?" tanyanya sambil membuka salah satu buku yang sudah dibuka plastiknya dirak.

"Sejauh ini, enggak." kataku. "Aku pakai buku untuk media doing nothing versi aku."

"Gimana bisa?"

"Yaa, tinggal tiduran. Bermanfaat banget nggak sih, kita bisa tetep tambah wawasan dengan sambil tiduran disuatu tempat,"

LoFeverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang