THE TIME

146 21 1
                                    

Author : WindaZizty

Judul : The time.

Gift yang dipilih :

****

Sore itu, angin berhembus kencang sekali. Dedaunan ikut menari bersama angin. Sedang langit berubah warna. Menghitam dengan kilat yang sesekali menampakkan diri.

Sore itu, jalanan lumpuh parah. Aspal jalanan runtuh, tindih menindih dengan bebatuan. Mobil-mobil berserakan tanpa ampun. Bumi seolah meratakan tubuhnya.

Aku berdiri dalam diam. Menyaksikan kekacauan yang sudah terencana. Jubahku berkibar, hampir menutup separuh langit. Sayapku terkepak saat sebuah bayangan terangkat naik menuju langit.
Tugas memanggilku. Dan aku harus bekerja.

***

Aku tengah mencatat di buku catatanku saat gadis itu melewatiku. Kacamata tebalnya membungkus bola mata bundarnya. Poninya yang terjuntai ke bawah sedikit menutupi mata yang memancarkan kelembutan itu.

Ia melangkah pelan dengan buku tebal di pelukan tangannya. Kepalanya tertunduk, membuat poninya semakin jatuh di wajahnya.
Kemejanya kebesaran dan sedikit lusuh. Rambut hitamnya dibiarkan terurai, sedikit kusut seolah tak disisir. Sesekali ia membetulkan letak kacamata yang selalu merosot di hidungnya.

Hidung mungilnya begitu kontras dengan kulit pucat dan wajah tirusnya. Sepatu lusuhnya membungkus kaki yang kini menghentikan langkah secara tiba-tiba.

Gadis itu mendongak hati-hati. Tersentak saat mendapati tiga gadis berpakaian modis tengah berdiri di hadapannya. Tatapan mereka begitu tajam dan menusuk.

"Eh, ada si Cupu."

Salah seorang dari ketiga gadis itu menyapanya. Dagunya terangkat, seolah mengatakan pada dunia bahwa dia yang paling berkuasa. Dua gadis di belakangnya tersenyum miring melihat gadis dengan wajah tertunduk itu.

"Nunduk melulu kerjaannya. Nyari apa, sih? Duit jatuh?"

Tawa ketiga gadis itu pecah. Berbisik penuh ejek pada gadis yang masih bergeming di hadapannya.

Buku catatanku kututup seiring dengan langkahku yang mendekati mereka. Bisa kurasakan gadis berkacamata itu tengah menahan diri. Terbukti dari kepalan tangan yang menggantung di sisi tubuhnya.

"Udah ah, Ser, tinggalin aja Cupu satu ini. Gimana kalau kita shopping aja? Ada diskon di butik langganan gue." Usul gadis berambut ikal.
Serina, si gadis yang bertingkah sok itu menoleh sekilas. Menekan dagunya dengan gaya berpikir.

"Hm, ide bagus tuh." Ia menjentikkan jemari lentiknya.

Dikibaskannya rambut hitam yang bersinar itu. Tersenyum merekah saat sadar tatapan kagum orang-orang di sekitarnya. Baru beberapa langkah, ia berbalik. Menatap gadis cupu yang masih bergeming di tempatnya.

"Hei Cupu, mending lo mati aja deh daripada ganggu pemandangan di kampus ini."

Kata-kata pedas itu membuat telingaku cukup sakit. Kutolehkan wajah pada gadis itu. Aku tak kaget lagi saat melihat matanya menggenang.
Ia kembali menunduk. Melanjutkan langkah yang sempat terhenti. Dan aku yakin, dadanya begitu sesak karena rasa sedih dan amarah yang terpendam.

***

Aku terbang menyentuh langit, turun ke bumi tepat sesudah bumi berguncang hebat. Jalanan menyatu dengan tanah. Ambruk tak berbekas.
Tangis dan jerit terdengar begitu pilu walau aku belum sepenuhnya menginjak bumi. Air mata mereka terus mengalir melihat tubuh orang terkasih tergeletak kaku. Tak bernyawa.
Sayapku mengepak, meluruh dan lenyap seketika saat aku mendarat di dekat sebuah tebing. Menyaksikan kepedihan itu walau aku tak bisa merasakannya. Mana mungkin aku merasa jika perasaan pun aku tak punya.

Aku mendongak menatap langit. Pintu langit telah tertutup karena para malaikat telah turun ke bumi. Mengemban tugas yang sama denganku: menjemput jiwa baru yang terlepas dari raganya.

Kulirik buku catatanku. Sebuah foto gadis yang cukup manis langsung menyambut mataku. Di dekatnya terdapat profil mengenai gadis dalam foto tersebut. Kutengadahkan wajah, menatap langit. Menghitung waktu yang tepat dan sesuai dengan yang tertulis di catatanku.

Saat kurasa waktunya telah tiba, aku langsung mendekati kumpulan raga yang mulai sekarat. Mataku menatap sekeliling. Mencari objek yang menjadi tugasku.

Saat tengah sibuk mencari targetku, saat itulah aku melihat gadis itu. Kacamatanya telah tanggal dari wajahnya yang kini berlumur darah. Nafasnya megap-megap seperti ikan yang menyapa daratan.

Tak lama, kulihat gerakan tubuh gadis itu terhenti. Seberkas cahaya perlahan keluar dari tubuhnya. Dan tahulah aku, waktu kerjaku telah tiba. Kukepakkan sayapku. Mengejar cahaya yang menjelma menjadi bayangan di langit. Tugasku menjadi pemandunya menuju akhirat.

Kusimpan buku catatanku di sela sayapku. Menyimpan informasi gadis itu dalam otakku.
Gadis yang terbebas dari beban dunia. Yang raganya telah menolak untuk diisi roh. Ia telah bebas. Tak perlu lagi dicaci maki seperti yang sudah.

Nama gadis itu Ameera.

Gadis cupu yang waktunya telah habis di dunia.

--END--

0nly_Reader bettaderogers meoowii deanakhmad irmaharyuni whiteghostwriter NisaAtfiatmico glbyvyn Icha_cutex WindaZizty rachmahwahyu AndiAR22 Nona_Vannie spoudyoo umaya_afs megaoktaviasd Vielnade28 whiteghostwriter Riaa_Raiye

TiaraWales beingacid umenosekai RaihanaKSnowflake iamtrhnf nurul_cahaya opicepaka destiianaa aizawa_yuki666 somenaa realAmeilyaM summerlove_12 FairyGodmother3 TriyaRin

Jagermaster fffttmh CantikaYukavers Tyaswuri JuliaRosyad9 SerAyue brynamahestri HeraUzuchii NyayuSilviaArnaz Intanrsvln EnggarMawarni holladollam veaaprilia sicuteaabis Bae-nih MethaSaja xxgyuu Nurr_Salma AnjaniAjha

Bebaskan PilihanmuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang