Author : SerAyue
Judul : Kebebasan adalah aku.
Hadiah yg dipilih : Negeri Para Roh
--------------------------------------------------------
"205!"
205. Kalian tahu nomor apa itu? Mari mendekat. Akan aku ceritakan sebuah kisah.
###
Hujan deras mengguyur kota Indramayu. Di saat orang-orang sibuk meringkuk mencari kehangatan di malam minggu. Aku menggigil memeluk diri sendiri. Menatap langit yang tampak muram, diiringi rintik hujan yang semakin deras. Mendesah, pasrah dengan rasa lapar yang semakin melilit perut.
Suara deru mobil yang memekik membuatku menengadah. Seorang lelaki ke luar dari mobil truk, dan berlari kecil ke arah gubuk di mana sekarang aku berteduh.
"Berengsek!" makinya, lantas duduk di bangku kayu. Lelaki itu nampaknya belum menyadari keberadaanku.
Aku terus memperhatikan dalam diam. Dia mengibaskan topi, lalu menaruhnya di samping. Dia mengeluarkan rokok dari saku celana, memantik api dari korek dan membuat ujung benda kecil itu terbakar. Segera saja asap mengepul di sekelilingnya.
Aku memicing. Melihat lelaki itu asyik memainkan asap dari rokoknya. Aku mulai bertanya-tanya, apakah dengan merokok bisa menghilangkan rasa lapar? Jika iya, maka aku akan memintanya walau hanya sebatang.
Setelah hampir habis, dia menjatuhkan rokoknya asal, lalu menginjaknya dengan ujung sepatu dan beranjak dari bangku.
"Tunggu," cegahku lirih. Membuat lelaki itu berbalik, melirik sekeliling hingga akhirnya mata itu terpaku menemukan keberadaanku.
"Kau siapa?"
Kalau biasanya orang akan langsung lari menjauh, saat melihat diriku yang menyerupai orang gila. Dia justru mendekat.
"Aku lapar. Berikan aku rokok ... sebatang saja." Setelah mengumpulkan keberanian, kata itu berhasil kuucapkan juga. "tolong," pintaku memelas ketika dia hanya diam terpaku. Entah apa yang dipikirkan. Apakah sebatang rokok terlalu mahal baginya?
Aku ingin manangis kala dia berbalik meninggalkanku, berlari menuju mobil truknya. Mungkin besok pagi akan ada berita di koran; Seorang gadis gila diketemukan mati kelaparan.
Sekali lagi mendesah pasrah, membenamkan wajahku di lipatan lutut.
"Ini. Makanlah."
Aku mendongak. Dia kembali dengan membawa sebungkus lemper dan air mineral.
Dengan tangan gemetar, aku menerima makanan tersebut. Dia tersenyum lalu mengangguk.
Aku menghabiskan lemper dalam waktu singkat.
"Siapa namamu? Kenapa ada di sini? Di mana rumahmu?"
"Aku...."
###
Aku, Huriah. Sejak bisa mengingat hingga usiaku lima belas tahun, aku tinggal di panti asuhan Mutiara Kasih.
Tidak ada yang mengetahui siapa orangtuaku, dan dari mana aku berasal. Pun dengan Bu Lilis, yang menemukanku pada tanggal tujuh belas Agustus.
Dari situlah, Bu Lilis memberiku nama 'Huriah', dari kata alharriat yang berarti kebebasan. Dan menjadikan hari itu sebagai hari ulang tahunku.
Mutiara Bunda bukanlah panti asuhan besar. Hanya rumah dua lantai biasa, yang dikelilingi oleh bunga-bunga bermekaran.
Hari berganti. Ada yang datang, ada yang pergi. Aku selalu berdoa, semoga ada orang yang mau mengadopsi, atau malah orangtua kandung yang datang menjemput.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bebaskan Pilihanmu
Short StoryKUMPULAN SHORT STORY MEMBER WWG. Didedikasikan khusus untuk kak Asri Tahir untuk menjawab tantangan beliau mengenai cerpen bertemakan kebebasan. So, Please feels free in your life. Enjoy dengan suguhan ala WWG tentang arti sebua...