Author : Intanrsvln
Judul : Senja di Pulau Dewata.
Gift yang di mau : Negeri para Roh
***
"Rey, kamu yakin mau balik sekarang? nggak mau nunggu paman?"
Reyhan menggenggam erat tangan Reina. Diusapnya halus dan perlahan. Seolah memberi keyakinan kalau dia akan kembali tahun depan di hari yang sama.
"Aku janji, Ren. Kita pasti bisa ketemu tahun depan." Senyum Reyhan merekah, semakin manis karena diterpa sinar matahari dari bibir pantai.
"Kalau kamu berhasil dengan lukisan itu, Rey. Aku akan ikut senang."
"Lukisan ini, semua coretan ini, semua karena kamu, Ren. Kamu burung yang menghiasi awan imajinasiku, kamu penabur warna di setiap lukisan yang aku buat."
Rona merah menjalar di pipi Reina. Reyhan tahu gadisnya akan begini jika sedang berada di dekatnya. Reyhan mendakup pipi Reyna di tangannya, menyingkirkan rambut yang beterbangan bebas menutupi sebagian wajahnya.
"Kamu di sini wujudin keinginan kamu jadi penulis, aku di sana wujudin mimpi aku untuk jadi pelukis. Kita sama-sama berjuang ya, Ren. Jangan patah semangat, kita bisa!"
Deburan ombak di laut, menjadi saksi dua insan yang bergelut dengan hatinya masing-masing. Setelah ini bahkan Reyhan tidak yakin apakah dia bisa kembali, hatinya berkata lain, keluarga Reyhan membutuhkannya.
***
Akhirnya Reina bisa bernapas lega, buku kecil yang ia sebut kiki ketemu. Setelah seminggu terakhir entah bersembunyi di mana, sekarang sudah bisa Reina dapatkan kembali. Dia memeluk dan berguling-guling di kasur saking senangnya.
Di dalam buku itu, mimpi Reina tertuang. Dalam barisan tulisan yang berjejer seperti jalur kereta yang lurus. Setiap tokoh, adegan, dan runtutan kejadiannya begitu nyata. Setiap kata seakan memiliki jiwa.
Reyhan sendiri bertemu Reina juga karena tulisannya. Karena ketidaksengajaan saat Reyhan menabrak Reina waktu dia berlibur di pulau Dewata. Sejak saat itu, Reyhan tertarik membaca tulisan Reina. Awalnya baru sampai pertengahan, dan karena Reyhan bilang dia akan pulang ke Jakarta satu minggu lagi, Reina lembur menyelesaikan cerita itu.
Dan sampai sekarang baru Reyhan yang membaca tulisannya. Reina tidak memberitahu pamannya, takut.
Kembali, Reina meletakkan bukunya di atas meja rias dan menelpon Reyhan. Namun yang menjawab malah mbak-mbak operator. Reina kembali duduk menyandar di kasur, kepalanya menengadah ke atas.
"Rey, apa kamu sudah berhasil di sana? Semoga sudah."
***
Reyhan membereskan setumpuk berkas dan dokumen di meja kantornya. Tersenyum ramah pada seorang gadis yang tengah menunggunya di sofa. Kemudian Rey berdiri dan gadis itu juga ikut berdiri.
"Ayo, Rey. Kita pergi ke butik mama, sekalian fitting baju tunangan kita."
Rey hanya tersenyum simpul dan diam saja ketika Dania Rere melingkarkan tangan di lengannya. Semua berjalan di luar kendali Rey. Perjodohan ini, semua ini bukan keinginan Rey. Tapi, apa kekuatan Rey untuk menolak, impiannya saja sebagai pelukis harus putus karena keluarganya. Keluarganya menginginkan pewaris, sedangkan Rey ingin jadi pelukis.
Rey ingin berontak, hanya saja dia juga terlalu sayang papa, mama, dan adik perempuannya. Dia satu-satunya penerus bisnis keluarga papanya. Dan semua keinginan orang tua Rey bagaikan hantaman besar untuk hatinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bebaskan Pilihanmu
ContoKUMPULAN SHORT STORY MEMBER WWG. Didedikasikan khusus untuk kak Asri Tahir untuk menjawab tantangan beliau mengenai cerpen bertemakan kebebasan. So, Please feels free in your life. Enjoy dengan suguhan ala WWG tentang arti sebua...