Author : meoowii
Judul : AKU INGIN BEBAS
Gift yang dipilih : Negeri Para Roh.
***
"... biar sangkarku terbuat dari emas, lebih baik 'ku hidup di hutan luas."
- PanbersTubuhku terasa mati, lemah tak bertenaga. Kupejamkan mataku kuat-kuat ketika rasa sakit itu datang kembali, mengoyak tiada henti, mencabik-cabik sel-sel yang ada di dalamnya dan menggerogotinya perlahan sampai tak tersisa.
Raga yang dahulu sangat kubanggakan sekarang tak lebih dari tulang berbalut kulit, rambut yang menutupi kepalaku mulai menipis, beberapa luka kecil pun tak luput menghiasi.
Aku sungguh menjijikkan! Bahkan sekarang tak ada lagi orang yang sudi dekat denganku. Kebahagiaanku seakan terenggut, kemerdekaanku terasa dicabut. Aku bagai seonggok manusia yang tak berguna, tak ada artinya.
Kenapa tak kau ambil saja nyawaku Ya Allah ... kenapa?
"Mbak ... diminum obatnya, ya," ujar seorang wanita paruh baya itu lembut, satu-satunya orang yang masih memerdulikanku.
Tadi apa katanya? Obat? Bahkan banyak orang berkata tidak ada penyembuh untuk penyakit ini, lalu apa gunanya aku meminum obat? Untuk memperpanjang nyawaku? Menambah siksaanku?
Kupalingkan wajahku lemah, seolah menolak secara halus sodoran dari tangan keriput itu.
"Mbak ... jangan kayak gitu, nanti kapan sembuhnya?"
"Sembuh?" ucapku lemah, mungkin hampir tak terdengar. "Ibu dengar kan apa yang dikatakan makhluk brengsek berjas putih itu kemarin?" Tanganku mengepal kuat. "Dia bilang aku hanya menunggu waktu, Bu?"
Wajah itu berubah sendu, tangannya menjulur ke kepalaku, membelainya halus. "Jangan bilang seperti itu, Nak. Kamu nggak kasihan sama Ibu?"
Justru karena aku kasihan, Bu. Justru karena aku tak ingin kamu semakin tersiksa mengurus mayat hidup ini, mendengar caci maki sana-sini. Aku ingin di sisa umurmu kamu bisa merasakan kebebasan. Sudah seharusnya kamu menikmati masa tuamu, menyemai buah yang kau tanam sedari dulu. Bukan mengurusku! Anak yang tidak tahu diri, yang terus menyakitimu sepanjang waktu.
Anganku berkeliaran ke memori masa lampau, saat aku masih bisa dengan bangganya memamerkan kecantikanku, tubuh molekku. Setiap hari yang ada hanya bersenang-senang, tak kuhiraukan wanita renta yang selalu memperingatkanku untuk berhati-hati, menjaga diri. Yang ada dikepalaku saat itu hanya satu, hidup tanpa kekangan, tanpa paksaan. BEBAS.
"Aku sudah besar! Aku bisa mengurus diriku sendiri!" kataku dengan pongahnya kala itu.
Mengurus diri sendiri? Ck! Sekarang untuk berdiri sendiri pun aku kepayahan.
Penyesalan memang selalu datang terlambat, bukan?
"Sudahlah, Bu. Kalau emang nggak mau nggak usah dipaksa." Suara seorang gadis nyaring di telingaku. Ia menatapku sinis dengan ekor matanya, seolah aku makhluk paling menjijikkan yang ada di bumi ini.
"Kenapa sih cewek ini nggak mati saja? Gara-gara dia aku jadi bahan bully-an seluruh sekolah," ucapnya lagi.
Mata Ibuku membulat lebar. "Lia, jaga bicara kamu! Bagaimanapun juga, dia tetap kakak kamu."
"Aku nggak sudi punya kakak seperti dia!" teriaknya lantang. "Seseorang yang mempunyai penyakit yang tidak lazim diidap oleh gadis baik-baik." Ada jeda sejenak sebelum akhirnya ia kembali berujar, "Dulu dia kan yang ingin hidup bebas? Tak memedulikan keluarganya sama sekali. Lalu kenapa sekarang dia kembali lagi? Membawa penyakit yang hanya menjadi aib untuk keluarga."
KAMU SEDANG MEMBACA
Bebaskan Pilihanmu
Kısa HikayeKUMPULAN SHORT STORY MEMBER WWG. Didedikasikan khusus untuk kak Asri Tahir untuk menjawab tantangan beliau mengenai cerpen bertemakan kebebasan. So, Please feels free in your life. Enjoy dengan suguhan ala WWG tentang arti sebua...