[Teka teki - Raisa]
'Cewek sih, kan emang baperan.'
Suasana kelas kelas sudah nampak sepi, Baruna segera memasukkan buku nya ke dalam tas yang berwarna hitam yang sedari tadi ia bawa. Jam sudah menunjukkan pukul empat sore, sekolah pun bisa terbilang senyap, yang ada hanyalah beberapa siswa yang mengikuti pelatihan olahraga dan segenap pengurus osis. Perangainya yang kalem membuat ia tampak cool saat berjalan di koridor sekolah. Namun tak selang beberapa lama, langkahnya terhenti.
"Unaaaa!" panggil salah satu gadis yang hendak menghampirinya.
Salah satu alis Baruna terangkat, lalu melirik ke arah suara tadi.
'Aneh, penghinaan banget, pertama kalinya ada cewek manggil gue Una selain Manda!' ia bergumam sendiri dalam hati lalu hanya diam tak bergeming dari tempatnya berdiri. Lalu datanglah dua orang gadis menghampirinya. Ya, Devia dan Anisya yang menghampirinya. Sangat jelas terlihat raut wajah yang malu Anisya yang mengikuti Devia dari belakang, berbeda dengan Devia, gadis yang satu ini terlihat santai namun tegas dan percaya diri.
"De..via.. kan?" laki-laki itu menerka-nerka sambil menggaruk kepalanya yang tak gatal.
"Iya, kok lo tau gue sih?"
Baruna hanya bisa kesal terhadap Devia, ingin sekali rasanya dia menjambak rambutnya sendiri sambil mengomeli Devia saat ini juga!
'Ya iyalah! Kan elu ketua osis, bego! Peak!' Namun tentu saja, kalimat ini tak berhasil ia utarakan, melainkan..
"Oh, ya, gue pernah denger aja."
Lalu suasana pun berubah menjadi awkward.
Devia lalu mengeluarkan senyuman khas nya, didampingi oleh Anisya yang berdiri dibalik badan Devia yang terlihat masih malu-malu dan terus menunduk.
"Ohh gitu toh.. hehe, oke! To the point aja, gue disuruh pak Farid buat nge data nama siswa yang ikut turnamen bola minggu lalu, berhubung lo ketuanya, jadi menurut gue ya lebih praktis aja kalo gue langsung nanya ke lo, pastinya lo hafal kan sama nama-nama anggota lo, iya kan?" Jelas Devia dengan rinci.
Baruna terdiam sejenak membuang arah matanya ke langit-langit sekolah, tangannya menjamah areal dagunya. Tampak seperti seseorang yang sedang mengingat-ingat sesuatu.
Hening beberapa saat.
"Oh gitu, sini bolpen lo."
Dengan muka yang bersemangat Devia menyerahkan sebuah buku, lebih mirip note, berwarna hitam dengan cover yang bergambarkan Anime Inuyasha dan pulpen faster.
Baruna lalu menuliskan nama anggota dengan gesit, setelah itu ia mengembalikan seperangkat alat tulis Devia dengan tertawa. Devia menatapnya galak lalu meraih peralatannya tadi.
"Apa lo ketawa, ha?" gadis itu mengernyitkan dahinya, bingung.
"Gaada sih, ya tumben aja gue liat cewek suka Inuyasha," Baruna tak henti-hentinya menutup mulutnya, mencegah suara tawanya lebih keras lagi.
"Nyebelin lo, yaudah gue pergi, btw, makasi data nama nya!"
Devia segera melenggang pergi, diikuti oleh Anisya yang terkekeh kecil di belakang Devia, meninggalkan Baruna yang masih tertawa dengan lepasnya, sendirian. Di koridor sekolah. Aneh? Horror.
Devia menghentakan kakinya keras saat berjalan, ia lalu mengacak rambutnya sendiri, tak henti-henti nya dia berdecak kesal. Dengan sebuah buku dan bolpen yang masih ia bawa di tangan kanannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Thursday
Novela Juvenil"Sebab aku memilih Kamis untuk mengakhiri cinta yang tragis, dan memilih Kamis pula aku memulai cinta yang manis." Devia mengerjapkan matanya ketika Baruna mulai menggenggam tangannya. Hangat dan lembut, itu kesan pertama bagi Devia terhadap laki-la...