Seven

78 9 4
                                    


[Through the Rain – Mariah Carey]

'Hujan. Acap kali membuat seseorang teringat kenangan yang menyakitkan. Tapi aku yakin, kau bisa memulihkan hatiku dengan menggenggam erat tanganmu sampai buku-buku tanganku memutih.'



Awan mendung mendampingi cuaca kala sore itu, seluruh siswa pada acara camp takut dan khawatir kalau-kalau terjadi hujan dan tenda mereka bocor ataupun digenangi air. Beberapa guru pendamping turut cemas akan hal itu dan meminta kepala sekolah untuk membatalkan camp, namun cara untuk kembali ke sekolah sore itu mustahil, karena bus sudah kembali sekitar lima jam yang lalu, apalagi tempat dilaksanakannya camp adalah di sekitar bukit yang tinggi dan rimbun pohon, akan sangat merugikan jika membatalkan camp di tempat yang ekstrim dan seru seperti itu.

Dengan sangat berat hati guru pendamping atas perintah kepala sekolah mengumumkan agar siswa merespon dengan tenang dan melanjutkan camp seperti sediakala. Namun, tentu saja sebagian besar siswa masih linglung dibuatnya. Termasuk Devia.

"Udah tau mendungnya segede itu masih aja mau dilanjutin camp nya!" Devia menggerutu tanpa henti di dalam tenda sambil memeluk kedua kakinya yang terasa dingin terbawa suhu kala itu.

Mendengar Devia yang terus mengoceh, Renandha langsung mencoba menenangkannya bersama Anisya tentunya, "Itu lagi si Angel kemana ya,"

Anisya mengerucutkan bibirnya "Tau, ngilang tuh."

Pas! Ketika Anisya selesai berbicara, tenda terbuka dari luar. Angel membuka tenda dan berusaha tersenyum dari sela-selanya, kemudian beranjak masuk.

"Darimana lo?" Tanya Anisya tanpa ba-bi-bu

Angel mendesah pelan, lalu menjawab "Dari nyari udara seger."

"Oh." jawab Anisya sambil membuka mulutnya menyerupai huruf 'o'

Devia yang merasa suasana agak canggung, langsung melepas dan meletakkan jacket pada tas dan lekas mendekati pintu tenda yang terbuat dari parasut tersebut.

"Mau kemana lo Dev?" Tanya Renandha sambil menautkan alisnya.

"Gue mau minta minyak kayu putih sama Panitia."

"Oh yaudah deh, gue temenin ya," tawar Anisya pada Devia.

"Yaelah, gue udah gede. Bisa sendiri kok." Devia langsung melenggang pergi tanpa menunggu jawaban dari salah satu penghuni dari tenda itu. Yang sekarang hanya tersisa tiga orang , tanpa mengucapkan sepatah kata dan hanya saling pandang.

***

"Mending gue tadi gausah keluar kali ya." Devia bermonolog dan duduk di tepian danau sambil melempar kerikil beberapa kali. Memang sengaja Devia keluar tenda karena merasa kurang nyaman dengan keadaan di dalam tenda, terlebih lagi Angel baru saja datang sehingga mau tidak mau Devia harus sedikit menjauh agar konflik yang dikarang oleh kedua sahabatnya tadi semakin menjadi-jadi, sehingga ia harus menenangkan pikiran dengan berpura-pura meminta minyak kayu putih. Toh keadaan pasti akan semakin membaik jika menunggu waktu.

Di sela-sela kegiatan merenung, terdengar langkah kaki mendekat, seolah akan menghampiri Devia. "Ngapain lo?"

Devia hanya menoleh sekilas "Menurut lo?"

"Mau bunuh diri lo? Jangan disini. Mungkin cara yang lebih efektif lo bisa loncat dari gedung. Kalo disini susah nyari mayatnya, yakali, tukang nyebur kan ongkosnya mahal."

"Rese lu,"

Baruna langsung duduk tak jauh dari tempat Devia melempar kerikil, ia melepas kacamata mainan lalu menatap jauh ke tengah danau.

Sweet ThursdayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang