Two

298 52 31
                                    

[Leave Your Lover- Sam Smith]

'Aku tidak pernah berpikir sebelumnya hal apa yang akan aku alami jika aku memilih pergi . Karena aku bodoh tetap berdiam diri dan menghianati hati.'


Bel sekolah berbunyi dengan nyaringnya, membuat penghuni sekolah bersenang ria. Apalagi yang paling menyenangkan selain bel sekolah? Itulah yang dirasakan para siswa saat ini. Namun ditengah riuh sekolah yang sesak oleh siswa yang berjalan pulang, Devia, Renandha, dan Anisya masih sibuk di ruang Osis. Ya. Tiga bersahabat yang komplit. Devia sebagai ketua, Renandha sebagai bendahara, dan Anisya sebagai sekretaris. Hebat bukan? Maka sudah pasti persahabatan mereka terkenal di penjuru sekolah.

"Eh gue dapet tugas dari pak Farid nih." Devia membuka pembicaraan.

"Tugas apaan Dev?" Renandha mengernyitkan dahinya, lalu melanjutkan "kok rasanya dapet tugas mulu deh, ah pusing gue."

"Tugas apaan Dev?" lalu Anisya menambahkan.

Devia tersenyum simpul lalu berkata dengan nada yang sedikit dipelankan dari biasanya.

"Ini tugasnya gampang kok. Lagian Anisya pasti doyan banget ama ni tugas." Devia lalu menyengir sambil menepuk pundak Anisya, sahabatnya.

"Udah sih, gausah isi berbelit gitu ah, kasian tuh Anisnya mulai kepo," Renandha mulai mengikuti Devia. Nyengir ga karuan, padahal ia sendiri tak tau tugas apa yang diberikan oleh pak Farid.

"Ah elo Re, kayak tau aja." Devia menoyor kepala Renandha satu kali lalu melanjutkan "Gue dapet tugas dari pak Farid buat nyatet nama-nama siswa yang ikut turnamen bola minggu lalu lohhhh,"

Krik...krik... suasana di ruang osis hening sejenak. Renandha dan Anisya diam seribu bahasa tanda tak mengerti. Devia yang merasa jengkel lalu menggaruk tengkuknya yang tak gatal.

"Itu lohh, kalian telmi banget sih, gue kan bilang turnamen bola, dan kapten di sepak bola kan Baruna, jadi ini termasuk berita bahagia lah buat Nisya." Devia menaikkan nadanya satu oktaf.

Suasana masih hening, Renandha dan Anisya mulai meresapi perkataan Devia. Lalu satu...dua...tiga

"Ooooohh!!!!" jawab mereka berdua serempak

Devia yang hanya bisa jengkel lalu mulai mengemas barangnya, lalu berkata

"Nisya pokoknya besok lo anterin gue nyari Baruna buat nge data nama-nama siswa yang ikut turnamen bola ya, ga boleh nolak, titik!"

Anisya hanya bisa meringis mendengar paksaan temannya, dia terdiam sesaat lalu menyenderkan kepalanya di tembok, menatap langit-langit.

"Gue kan malu lho Dev." Gumam Anisya pelan

"Gaada alesan malu, ikut gue, perintah ketua lho, gaboleh nolak."

Renandha hanya tertawa kecil ketika melihat kedua sahabatnya tersebut.

****

Baruna sedang memainkan pena nya sambil termenung sendiri, earphone yang terpasang di telinganya sama sekali tak mengeluarkan suara, karena saat ini, Baruna hanya ingin mengenakannya saja, supaya terlihat lebih cool di mata orang-orang yang meliriknya. Yah selain pendiam, Baruna juga mempunyai sisi ingin diperhatikan.

Tiba-tiba Aldo datang dengan cengiran jahilnya, Aldo adalah teman Baruna. Lebih tepatnya mereka sudah bersama-sama sejak kecil. Ia menepuk pundak temannya dengan kencang hingga menyebabkan suara yang cukup keras.

Buggg.....

Laki-laki yang pundaknya ditepuk langsung menoleh kepada asal tepukan tersebut. Ia melihat Aldo sedang unjuk gigi di depannya, wajahnya yang terkesan ke cewek-cewek-an membuat Baruna menjadi bergidik ngeri sekaligus menatap temannya tajam.

Sweet ThursdayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang