Ketika di sekolah, aku hanya duduk di kursiku sambil memperhatikan apa yang dilakukan oleh Lukas. Dia hanya duduk di kursinya sambil membaca buku, tetapi sesekali ia memainkan hpnya. Kalau sedang bosan di kelas, ia pergi ke perpustakaan sekolah dan membaca beberapa buku di sana. Aku mengikutinya ke perpustakaan lalu memandanginya dari kejauhan sambil berpura-pura membaca buku. Dia tak pernah melihat ke arahku, karena dia hanya fokus ke buku yang ia baca. Ketika ia selesai membaca, aku menutup wajahku dengan buku agar ia tak melihatku.
Lalu saat ia pulang sekolah, aku mengikutinya dengan sepeda motorku agar aku bisa mengetahui alamat rumahnya. Ia selalu pulang berjalan kaki karena rumahnya tak terlalu jauh dari sekolah. Pernah aku menunggunya di depan rumah, ia tak pernah keluar meski hanya sebentar. Mungkin dia merasa nyaman sendirian di kamarnya. Dia memang menyukai kesendirian dan tempat yang tenang. Aku sedikit kasihan padanya, mungkin dia merasa kesepian selama ini. Setiap kali aku melihatnya, ia hanya sendirian. Hanya ditemani oleh buku yang ia baca.
Entah mengapa aku bisa tertarik kepada orang yang kesehariannya hanya diam dan membaca buku bagaikan patung. Apa karena aku mengagumi kesempurnaannya? Sang Mr. Perfect, yang mampu membuatku menjadi seorang stalker seperti ini.
Saat pelajaran Biologi, Bu Enda membagikan kertas berisi soal-soal yang harus dikerjakan. Aku mengerenyitkan dahi, soal-soal ini lumayan sulit untuk diselesaikan sendiri.“Kalian semua ambil kertas undian di depan untuk menentukan teman kelompok kalian. Soal ini tidak dikerjakan secara individu, tetapi berkelompok. Masing-masing kelompok 2 orang saja. Tugas dikumpulkan maksimal sampai lusa.”jelas Bu Enda.
Syukurlah tugas sulit ini bukanlah tugas individu. Aku mengambil kertas undian dan membukanya. Aku mendapat kertas bertuliskan nomor 14. Lalu aku mulai mencari orang yang memiliki kertas dengan nomor yang sama denganku.
“Siapa yang dapat nomor 14?”tanyaku dengan suara lantang.
Lukas menghampiriku, lalu ia menunjukkan kertas yang ia dapat. Ternyata nomornya sama denganku. Aku senang sekali, mungkin inilah yang dinamakan takdir. Ini kesempatanku untuk bisa berbicara dengannya, dan bisa lebih dekat dengannya.
“Wuih ternyata lu sama Lukas ya?”tanya Sony tiba-tiba.
Aku mengangguk.
“Tukeran dong Ga, plisss.... Soalnya gue 3 hari ini ada acara keluarga. Habis istirahat siang, gue mau ijin dan pergi ke luar kota. Jadi gue gak bisa kerja kelompok. Gue yakin Lukas bisa ngebantu gue ngerjain lebih cepet biar siang ini bisa selesai. Boleh kan, pliiisss banget, Ga?”pinta Sony.
“Ta...tapi...”
“Ayolah, gue gak akan minta tukeran kalau gak ada acara.”
“Hmm..., ya udah deh.”Akhirnya aku setuju untuk bertukar dengan Sony. Cih, padahal ini kesempatanku untuk bisa dekat dengan Lukas. Kenapa malah ada pengganggu? Yah, mau bagaimana lagi, dia teman dekatku dan aku tak bisa menolaknya. Lagian selama ini dia sudah banyak membantuku, aku tak boleh egois.
Hubunganku dengan Lukas masih belum ada peningkatan. Aku masih saja menjadi seorang stalker. Sebenarnya aku lelah, tetapi aku tak pernah punya nyali untuk berbicara dengannya. Hari ini aku menaiki angkutan umum karena sepeda motorku sedang diperbaiki. Aku bertemu dengan rombongan cewek yang sepertinya seangkatan denganku.
“Hei, kalian tau Lukas gak?”tanya cewek A.
“Lukas anak kelas MIPA 1A itu?”tanya cewek B.
“Iya yang itu. Keren banget kan dia?”jawab cewek A.
“Iya bener, cool banget. Pendiam dan misterius, ganteng lagi.”timpal cewek C.
“Dia jarang banget keluar kelas, jadi susah juga kalau mau ketemu. Huh, padahal pengen banget ngeliat dia. Rasanya sosoknya itu menenangkan hati banget.”ujar cewek D.
“Bener-bener cowok idaman ya...”kata cewek B.Aku tak sengaja mendengar pembicaraan mereka tentang Lukas. Sepertinya mereka ngefans sama Lukas. Hmm..., aku baru tau kalau Lukas memiliki banyak fans wanita. Ternyata dia populer di kalangan cewek. Benar-benar hebat sosok si Mr. Perfect yang aku kagumi.
Sesampainya di rumah, kubaringkan tubuhku ke atas kasur yang empuk. Melepas penat setelah seharian sekolah, bergumul dengan buku-buku tebal. Kuraih hp kesayanganku dari saku, lalu memulai rutinitasku. Yap, stalking! Kali ini aku menemukan foto Lukas bersama dengan anggota klub sains sekolah. Seseorang men-tag akun Lukas di foto itu, jadi foto itu bisa muncul di timeline-nya. Jika kulihat dari posenya, Lukas seperti dipaksa untuk berfoto dengan mereka. Hahaha..., aku berusaha menahan geli melihat foto itu. Lukas, kau semakin membuatku tertarik padamu.
To be continued
KAMU SEDANG MEMBACA
Stalker
Novela JuvenilSelama ini aku hanya bisa mengaguminya dari kejauhan, entah mengapa aku bisa tertarik padanya. Bukan berarti aku mencintainya, aku hanya tertarik saja padanya. Dia sungguh sempurna, belum pernah aku melihat manusia sesempurna dia.