Beberapa minggu kemudian, setelah Ulangan Kenaikan Kelas selesai, sekolahku mengadakan event Student Song Festival (SSF). Festival yang selalu diadakan setiap tiga tahun sekali di sekolahku. Aku Yoga Adi Gunawan, adalah mantan vokalis band saat SMP. Teman-teman SMP-ku, teman-teman dekatku mulai menyuruhku untuk berpartisipasi. Begitu juga dengan Lukas, sahabat sekaligus orang yang aku kagumi.
“Yoga, kamu sebaiknya ikut SSF! Aku pasti akan mendukungmu!”kata Lukas bersemangat.
“Kamu ini sama saja seperti yang lain, datang datang cuma menyuruhku untuk ikut event itu.”kataku.
“Kata Sony, kamu adalah mantan vokalis band saat SMP. Pasti suaramu bagus! Ini event hanya terjadi sekali dalam hidup kita. Karena saat diadakan event selanjutnya, kita pasti sudah lulus. Ini kesempatan bagus untukmu, menunjukkan bakatmu ke semua orang!”
“Tapi aku kan vokalis band bukan penyanyi solo.”
“Memang apa bedanya? Kan sama-sama menyanyi.”
“Aku tidak ingin menceritakannya.”Lukas terdiam, lalu duduk di sampingku.
“Ceritakanlah padaku, aku akan mendengarkan! Kau sendiri kan yang bilang kalau teman bisa meringankan beban masalahmu? Menjadi pendengar keluh kesah dan cerita-cerita bodohmu?”pinta Lukas.
“Baiklah sebenarnya dulu aku pernah diminta untuk tampil solo tetapi banyak orang yang meremehkan kemampuanku dan aku ditarik mundur dengan paksa. Aku sempat trauma menyanyi. Tapi teman-teman band Underground melirik bakatku dan mereka menjadikanku vokalis di band mereka. Mereka membuat traumaku sembuh. Akan tetapi, aku belum pernah tampil solo sejak itu, maka aku masih ragu apakah aku masih bisa tampil solo.”ujarku.
“Tenang saja, aku yakin kamu pasti bisa! Aku akan selalu ada untukmu, mendukungmu!”
“Be...benarkah?”
“Tentu saja, kamu adalah sahabatku. Sekarang, ayo aku antar kamu untuk mendaftar ke panitia lomba!”Lukas menarik tanganku dan berlari ke ruang panitia untuk mendaftar. Aku jadi semakin bersemangat mengikuti SSF ini. Apalagi Lukas mendukungku dan memberiku semangat. Aku berlatih sekeras mungkin mengolah vocalku. Aku sudah lama tidak bernyanyi jadi aku harus membiasakan diri lagi. Aku meminta Lukas untuk mengoreksi hasil latihanku.
“Lukas? Bisa temani aku berlatih di rumahku nanti sepulang sekolah?”tanyaku.
“Pulang sekolah ya? Maaf, aku ada urusan. Lain kali saja ya?”jawab Lukas.
“Eh, tidak biasanya. Urusan apa? Bukannya hari ini tidak ada kegiatan klub ya?”
“Ya memang, tapi ketua bilang, hari ini ada praktikum karya ilmiah penting untuk dilombakan ke tingkat nasional.”
“Apa kau tidak bisa bilang ke ketuamu si Rania itu untuk membatalkannya? Aku benar-benar butuh bantuanmu!”
“Maaf Yoga, tapi ini benar-benar tidak bisa dibatalkan karena lombanya hanya tinggal seminggu lagi. Oh iya, kan ada voicemail di BBM! Kita bisa memanfaatkannya untuk mengoreksi latihanmu. Nanti aku BM kamu, oke?”
“Sayang sekali ya, walaupun lewat voicemail tetap saja rasanya berbeda.”
“Jangan gitu ah, aku kan juga punya urusan sendiri.”Hari demi hari Lukas hanya bisa menemaniku latihan dengan fitur voicemail di BBM. SSF semakin dekat, aku sudah siap menghadapinya. Aku sudah latihan keras dan mengeluarkan seluruh kemampuanku. Aku melakukannya demi Lukas, aku ingin membuatnya senang dan bangga padaku. H-1 sebelum event dimulai, seperti biasa aku makan siang dengan Lukas. Kini Lukas sudah membawa bekal sendiri, dan aku tidak lagi membuatkannya bekal.
“Eh, kamu sudah pintar memasak nih.”pujiku padanya.
“Ah, aku masih pemula kok.”katanya merendah.
“Kelihatannya enak.”
“Iya, aku belajar dari tanteku. Aku merasa tidak enak padamu karena selalu membuatkanku bekal setiap hari. Aku tidak mau lagi bergantung pada orang lain, aku juga harus bisa memasak sendiri. Mau coba?”Aku mencicipi bekal buatannya. Ternyata rasanya enak, permulaan yang bagus bagi seorang pemula.
“Enak, kamu berbakat jadi koki nih!”pujiku.
“Kamu berlebihan ah!”kata Lukas.
“Lukas...”
“Iya?”
“Besok, kamu akan melihat penampilanku kan?”
“Tentu saja! Mana mungkin aku melewatkannya!”
“Janji ya, kamu bakal nonton!”
“Iya, janji!”To be continued
KAMU SEDANG MEMBACA
Stalker
Teen FictionSelama ini aku hanya bisa mengaguminya dari kejauhan, entah mengapa aku bisa tertarik padanya. Bukan berarti aku mencintainya, aku hanya tertarik saja padanya. Dia sungguh sempurna, belum pernah aku melihat manusia sesempurna dia.