Ninth : Jaden's Feelings

8.8K 500 36
                                    

Hi guys! Long time no see! I hope that you're not getting bored with me or my story!

I keep trying my best to write it right butt (yes, I put two T) sometimes it just stuckkkk!

Thanks anyway for ur support!

Please enjoy!

---

*Jaden's POV*

Aku berada di klub Dad sampai malam.Hingga akhirnya ia dan aku pulang karena Sam paling tidak suka kami terlambat untuk makan malam.Dad sangat sayang pada Sam, ia suka membuat Sam marah, tapi Sam tidak marah saat kami terlambat, ia sedih.Karena itulah sebisa mungkin Dad tidak terlambat pulang, karena ia benci jika Sam sedih.

"Ayo, kalian berdua! Aku sudah menyiapkan makan malam untuk kalian!"katanya begitu kami masuk ke dalam apartemen.

Sam nampak begitu...muda dan imut malam itu.Well, dia memakai baju lengan panjang putih yang agak kebesaran sehingga tangannya tertutup dan ia mengenakan celana panjang berwarna hitam yang juga agak kebesaran.Dan kelihatannya ia baru saja selesai mandi karena rambutnya masih basah.

Aku melirik ke arah Dad.Astaga, ia tidak bergerak melihat Sam dan itu pertanda bagiku untuk pergi sesegera mungkin setelah makan malam.Yeah, aku harus segera makan, mandi lalu masuk ke dalam kamarku dan mendengarkan musik dengan headphone ku.

Aku sengaja mendahului Sam dan Dad ke meja makan.Aku bahkan tidak terganggu untuk mencuci tanganku dulu.

"Don..!"

Aku mendengar suara Sam.Oh no, aku harus segera pergi dari sini.

Sam dan Dad akhirnya masuk ke ruang makan.Aku melihat pipi Sam memerah dan bibirnya basah.Dad baru saja mencium Sam dengan..hebat..

Jeez, kapan aku bisa seperti mereka bersama seseorang yang manis dan kucintai seperti Jesse?

Jesse...

Aku tidak bisa melepaskan pikiranku dari dia.Tapi aku tahu aku harus.Aku tidak sesabar dan sebaik itu membiarkan dia mengabaikan perasaanku.

Mungkin ini juga salahku karena menyakiti Nadine.Well, harus kukatakan itu juga bukan salahku.Gadis itu tahu aku suka pada Jesse.Tapi ia malah mendekati Jesse.Begitu aku bicara dengannya mengenai itu, ia malah menyatakan perasaannya padaku.

Kenapa ada orang yang begitu percaya diri akan diterima ketika ia mendekati orang yang disukai oleh orang yang 'ditembak' nya?

Dan kupikir Nadine itu pandai, tapi ia malah menangis dan menanyakan alasanku menolaknya.Kurasa semua sudah jelas kan?Aku bahkan terang-terangan mengatakan padanya kalau aku suka pada Jesse.

Ponselku berbunyi.Ada pesan masuk.

Dari Chelsea.

'Hai, cutie.Terima kasih sudah mengajakku ke pesta temanmu yang hebat itu.Apakah kau tidak apa-apa? Kau cukup membuat kehebohan tadi.'

Well, kurasa aku berhutang maaf pada Chelsea.Dia sampai-sampai harus menungguku tadi.

'Hai, Chelsea.Aku senang bisa mengajakmu.Maafkan aku karena sudah membuatmu menunggu tadi, dan aku baik-baik saja.'

'Oh, please.I got a few gay friends and sometimes they do the same thing like what you did, cutie.Well, but you do owe me an explanation about it, right? After what you made me going through?'

Well, aku tahu Montana pasti tidak henti-hentinya bicara mengenai Terrence padanya dan aku yakin sejumlah orang menanyakan Chelsea mengenai aku karena ia datang bersamaku, yang membuat kekacauan di pesta ibunya Ryan.

I Lived With My Own Way (Boy x Boy)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang