Sixth : When a Friend is a Rival

14.8K 614 24
                                    

Helloooo!! Senang bertemu lagi!!

So excited about 1000 reads !!!!!!! Thank you ssoooooo muuuccchhhh!

Sekali lagi dan mungkin akan terus dikatakan, sorry banget update nya lama :( ... Well well so many things to do hehe!

And hi Yuyun yang udah menyemangati (?) saya agar cepat update dgn saran yaoi nya? hehe

Here it is, PART 6!!! *dancing*

---

*Ryan's POV*

Gerbang besar berada tepat di depan mobilku.Aku menekan interkom yang ada di dekat gerbang.

"Ini aku, bukakan gerbang sekarang."

"Baiklah, tuan muda."

Tidak lama gerbang rumahku yang tinggi besar itu terbuka dan aku melaju dengan mobilku.Aku menuju parkiran bawah tanah rumahku dan memarkir mobilku di tempat biasa.Aku keluar dari mobil dan menguncinya, lalu menaiki tangga di dekat sana.Aku menekan kode di tombol-tombol alat pengunci pintu otomatis lalu meletakkan jariku di alat pendeteksi sidik jari.

Pintu kaca yang membatasi parkiran bawah tanah dengan lantai dasar rumahku terbuka, dan aku membuka sebuah pintu berwarna coklat yang berada tepat dua meter di depan pintu kaca.Saat itulah aku bisa melihat Manfred, kepala pelayanku menungguku.

"Selamat malam, tuan muda."sapanya padaku.

"Selamat malam, Manfred."kataku.

Aku memperhatikan ruang tengah rumahku sudah diubah menjadi sebuah tempat pesta.Kau bisa melihat beberapa meja panjang yang sudah ditutup oleh taplak meja berwarna coklat dan entah berapa banyak makanan yang dipersiapkan ibuku untuk menyambut tamu-tamunya.

Bunga-bunga sudah ditata dengan rapi dan tentu saja, ibuku sudah mempersiapkan tempat sempurna untuk acara dansanya.Yeah, acara dansa yang menjadi alasannya untuk memintaku membawa pasangan.Agar ia tahu tentu saja siapa yang saat ini sedang kusukai.

"Manfred, kau harus menyediakan tempat untukku dan teman-temanku nanti, agar aku tidak perlu bergaul lama-lama dengan teman-teman Mother."

Manfred membungkuk sopan."Aku telah menyiapkan tempat untuk anda dan teman-teman anda."

Aku mengangguk."Di mana Mother?"

"Madam ada di kamarnya, tuan muda."

Aku menaiki tangga menuju kamarku.

"Ryan."

Mother berada tepat di belakangku ketika aku sampai di ujung tangga."Mother."

Mother maju mendekatiku.Aku bisa melihat dia baru saja pulang dari lokasi syuting nya karena ia kelihatan lelah dan make up nya masih tebal.

Percaya atau tidak, Mother tidak suka memakai make up tebal di kehidupan sehari-harinya.Mother sama sekali berbeda dengan dirinya yang ia tunjukkan di televisi.

Dia melihat ke arah seorang pelayan wanita yang berdiri di sampingnya."Anita, pergilah ke bawah.Aku ingin kau membantu Manfred dan pelayan lain menyiapkan pestaku."

Pelayan itu membungkuk lalu pergi menjalankan perintah Mother.

Ia lalu berbalik dan bicara kepada seorang pelayan wanita yang sedang menggantung lukisan yang kelihatannya baru didapat Mother."Lukisan itu miring beberapa sentimeter ke kanan, luruskan."

"Charlie,"panggilnya pada seorang pelayan pria yang sedang menggeser patung di ruang tengah rumah kami yang bisa dibilang mirip dengan ballroom,"geser patung itu ke sana."

I Lived With My Own Way (Boy x Boy)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang