Will You Love Me ?

115 6 3
                                    



~ Happy Reading ~


Taman pada malam hari begitu sepi, apalagi hujan terus mengguyur kota tokyo seharian. Seorang gadis dengan rambut hitam pendek berjalan sendiran dengan menggunakan payung, jalannya begitu cepat dan sesekali ia menoleh kebelakang untuk memastikan sesuatu.Dari tiga hari yang lalu memang selalu ada yang mengikutinya. Karena terburu - buru, dirinya tidak menyadari jika ada seseorang yang berdiri di depannya dan langsung memukulnya dengan payung, sehingga gadis itu terjatuh di tanah.

Wajah gadis itu tertutupi tudung jaket sehingga gadis itu tidak tahu sosok yang memukulnya. "Apa maumu?" tanya sang gadis dengan ekspresi ketakutan.

Dari bawah ia bisa melihat sosok itu menyeringai kearahnya. sosok itu lantas memukul kepalanya dengan payung berkali - kali hingga mata gadis itu berkunang - kunang karena pusing dan juga darah yang mengalir dari kepalanya.

"AKKHHHH!!!! HENTIKAN!!" gadis itu berteriak kesakitan hingga menangis tersedu-sedu.

"Kenapa?! kau pantas mendapatkannya" teriak sosok itu yang ternyata perempuan dari suaranya.

Sosok itu mengambil batu besar yang ada disana dan memukulkan batu itu ke kepala gadis itu. Korban pun berteriak kesakitan hingga akhirnya mati dengan kondisi kepala hancur.Ternyata sang pelaku tidak berhenti disitu, sebuah pisau ia keluarkan dan disayatkan pada tangan gadis yang sudah tidak bernyawa itu.

Kemudian pisau itu ia tancapkan di dada sang korban dan membentuk sayatan panjang sampai perut. Sosok itu tersenyum mengerikan setelah itu berlalu.


***

"Mikaaa!" seorang gadis dengan abu-abu berlari kearah seorang pemuda dengan surai hijau.

Pemuda yang dimaksud menoleh dan tersenyum. "Pagi Yuki-chan" sapa pemuda yang bernama lengkap Mikaze.

Gadis yang di panggil Yuki hanya tersenyum riang sebelum mengalungkan tangannya di lengan Mika dengan manja. "Pagi juga Mi-kun" balasnya.

"Ehem, kalian menganggu jalanku" dehem gadis yang ber name tag Sayaka.

Sayaka hanya memandang dua orang di depannya dengan datar. Ia tidak memperdulikan dua orang yang memandangnya berbeda. Mikaze dengan raut wajah menyesal, sedangkan Yuki memandangnya dengan tatapan sebal.

" Minggir" desisnya pelan sebelum masuk ke dalam kelas. Baru saja masuk ke dalam kelas, ia sudah di sambut sahabatnya yang bernama Reina.

"Ohayou Yaka" sapanya menarik Sayaka ke tempat duduknya hingga gadis itu hanya tersenyum tipis dengan tingkah sahabatnya.

"Kau tahu, kabarnya Mizu ditemukan tewas mengerikan di taman" cerita Reina dengan wajah yang sulit di jelaskan. Kosong dan sedih.

"Benarkah, siapa yang melakukannya?" tanya Sayaka sedikit syok dengan kabar itu. ia memang tidak dekat dengan Mizu karena beda kelas, tapi mereka satu tempat les.

" Ini aneh, seminggu yang lalu Nichole juga tewas mengerikan di apartemennya, lalu menyusul Ichigo yang tewas di kolam sekolah dengan kepala di kolam dan tubuh berceceran di sana. Itu sungguh mengerikan" tutur Reina dengan ekspresi tidak percaya sekaligus ngeri.

"Apa polisi sudah menangkap pelakunya?" tanya Sayaka memandang Reina yang melamun.

"Belum, ini akan sangat bahaya" tutur Reina yang memandang tidak suka Mikaze dengan Yuki.

"Aku yakin mereka ada apa-apa" kata Reina kemudian.

"Biarkan saja" ujar Sayaka hanya cuek.

.

.

.


Pulang sekolah Yuki yang memang sedang menunggu jemputannya nampak sangat gelisah, pasalnya sekolah sudah sepi dan dirinya belum di jemput sampai sekarang. Harusnya ia menyetujui ajakan Mika yang akan mengantarnya pulang.

Yuki mencoba berjalan di depan gerbang dengan langkah cepat tanpa tahu seseorang tengah menyeringai kejam ke arahnya. Dan seperkian detik sebuah anak panah melesat cepat mengenai kaki kiri Yuki yang langsung berteriak kesakitan.

"Keluar kau!"

Yuki berteriak memanggil seseorang yang baru saja melukai kakinya dengan anak panah.

"Kau punya nyali juga, dasar jalang!"

Sosok Sayaka berdiri di depan Yuki dengan busur berada di tangannya, Yuki kelihatan sangat terkejut melihat Sayaka di depannya. Sayaka memiringkan kepalanya dan tersenyum manis.

"Ah, jemputanku sudah menunggu"

Kata Sayaka yang menarik rambut Yuki dan menyeretnya menuju sebuah mobil hitam. Sang supir keluar dan menyeret sosok Yuki menuju bagasi mobil, sebelumnya supir tadi mengikat kedua tangan dan kaki Yuki juga tak lupa menutup mulut gadis itu dengan lakban. Sedangkan Sayaka sudah duduk manis di dalam mobilnya.

Sayaka tidak akan khawatir jika sang supir membocorkan apa yang di lakukannya, karena supir keluarganya sudah di ancam untuk tutup mulut dengan segala tindakan Sayaka.

"Apa mommy ada dirumah?"

Sayaka memandang supir di depannya yang sedang menjalankan mobil. Bukannya apa? Tapi ibu nya itu banyak menghabiskan waktu di rumah dan dia juga tidak takut apabila sang ibu berteriak histeris dengan apa yang di lakukannya. Justru ibunya akan ikut campur, itulah kenapa Sayaka menanyakannya dahulu.

"Tidak nona muda, nyonya sedang berada bersama tuan besar dan akan pulang larut"

Mendengar jawaban sang supir, Sayaka sontak mengulum senyum kemenangan. Hingga tidak terasa dirinya sudah sampai di rumahnya, ia pun menyuruh sang supir membawa Yuki yang pingsan ke dalam kamarnya.

Sampai di depan pintu kamarnya Sayaka mengernyit heran melihat memo yang tertempel di sana. Ia mengambil dan membaca tulisan itu "Dasar momy" gerutu Sayaka dengan senyum geli.

Di bukanya pintu kamar diikuti sang supir yang langsung melempar Yuki ke lantai. Sayaka kemudian menyuruh sang supir mengikat Yuki dengan posisi terbalik di sebuh papan DART yang besar . Setelahnya, dia menyuruh supir tadi keluar dari kamarnya. Sayaka mengunci pintunya dan mengganti pakaiannya sembari menunggu Yuki sadar.

Tapi Sayaka sangat tidak sabar sehingga setelah mengganti pakaiannya Sayaka langsung menyiram wajah Yuki dengan air. Setidaknya itu membuat Yuki langsung sadar.

"Sudah sadar" desis Sayaka duduk di lantai sambil memandangi Yuki dengan tajam.

"AAAAAAAAAA!!! TOLOOOOOONG!! YAKA APA SALAHKU?" teriak Yuki yang ketakutan.

"HAHAHAHA!! KAU BERTANYA APA SALAHMU?! KAU MEREBUTNYA DARIKU DASAR JALANG!"

Sayaka balas berteriak dan menatap Yuki dengan penuh amarah. Bersyukur kamarnya kedap suara sehingga apa yang akan di lakukannya pada gadis di depannya itu tidak akan membuat maid dirumahnya menjerit ketakutan.

Dengan penuh amarah Sayaka langsung merobek seluruh pakaiah yang di gunakan Yuki hingga gadis itu telanjang bulat.

"JANGAN YAKA!! AKU MOHOON!! DASAR PSIKOPAT GILA!!"

Teriakan Yuki justru menjadi musik indah untuknya, dia pun mengambil pisau dan menggoreskannya ke perut Yuki membentuk sebuah lingkaran besar dan lingkaran kecil di dalamnya.

"Ayo bermain bersamaku Yuki!"

Ajak Sayaka yang mengeluarkan 20 DART dengan berbagai warna yang ujungnya memang tajam. Ah! Sayaka tidak sabar untuk ini.

Sayaka duduk di sebuah kursi belajar dan fokus pada tubuh telanjang Yuki. Sayaka tertawa melihat raut ketakutan dari wajah Yuki, itu menjadi hiburan sendiri untuknya.

DART satu di lempar dan mengenai belahan dada Yuki sehingga gadis itu berteriak kesakitan. "Ups! Maaf meleset" Sayaka tidak menunjukan raut bersalah melainkan kikikan geli.

"Hiks...Sayaka.. Hiks.. Maafkan aku..hiks..aku akan menjauhi Mika..hiks!" Isak Yuki menahan sakit yang teramat sangat.

"HAHAHAHAHA! TIDAK AKAN!"

DART dua kembali di lempar dan kali ini mengenai lingkaran kecil di perut Yuki. "AAAARRRGGHHHHHH!!! HENTIKAAAN!!" Teriak Yuki merasakan perih.

DART tiga di lempar dan kali ini mengenai paha kiri Yuki, kembali gadis itu berteriak kesakitan dan mengumpat Yaka yang langsung melempar DART keempat yang berhasil mengenai lengannya di susul DART kelima yang mengenai mata kirinya.

"AAARRRGGHHHHH!!!!"

"Ini menyenangkan" pekik Sayaka yang melonjak kesenangan, kemudian DART tadi di ganti menjadi 3 pisau yang berujung tajam.

Pisau pertama di lempar kembali mengenai perut Yuki, pisau kedua kembali di lempar dan mengenai perut Yuki lagi. Sayaka menguap dan membelai pisau terakhir, ditatapnya tubuh Yuki yang sudah dialiri darah. Kemudian didekatinya tubuh Yuki tanpa memutar papan DART nya itu.

"Kau tahu Yuki! Aku membencimu, sangat membencimu. Kau adalah jalang perebut kekasih orang" adu Sayaka dengan wajah sedih.

Ya! Mika itu sebenarnya adalah kekasih dari Sayaka, tapi Yuki merebut Mika darinya. Yuki selalu mendekati Mika dan merebut perhatian kekasihnya. Bahkan karena Yuki hubungannya dengan Mika menjadi renggang. Itulah kenapa Sayaka sangat membenci Yuki.

Tapi Yaka juga sadar ini juga salah Mika, pemuda itu sudah sangat melukai perasaannya karena mementingkan sahabatnya tanpa tahu jika saat itu Sayaka selalu menangis.

Sayaka memainkan pisau yang dipegangnya kemudian di tusukkan di telapak tangan kiri Yuki.

"AAAAHHHKKKKKKKKK!!

Dicabutnya pisau yang menancap di perut Yuki dan di tusukkan di telapak tangan sebelah kanan. "Aakkkhhhh!" kembali Yuki berteriak kesakitan. Kepala Yuki begitu pening karena banyak darah yang keluar dari tubuhnya. Sedangkan Sayaka hanya berwajah datar.

"Sepertinya aku harus menyelesaikannya mengingat Mika akan kemari satu jam lagi"

Beritahu Sayaka yang mencabut pisau di perut Yuki dan menusukkan di paha Yuki. Dikoyaknya kaki Yuki hingga mencapai pahanya hingga darah yang keluar semakin banyak.

"AAAAKHHHHH!"

Kembali Sayaka mengambil tang dan mencabut dua pucuk kemerahan di dada Yuki dan kembali teriakan favorit Sayaka terdengar. Di congkelnya mata kanan Yuki dan diambil DART di mata kiri Yuki. Sayaka tersenyum miring dan memotong kedua telapak tangan Yuki yang selalu digunakan untuk menyentuh Mika.

"Baiklah, bagian selanjutnya" Seringai Sayaka

"AAAAAAKKKKHHHHHHHH!!!!"


---------------------------------------------------------------------------------------------


"Ah! Tuan Mika anda sudah datang" pelayan pria dirumah Sayaka menyapa kekasih nona mudanya.

"Apa Yaka sudah pulang, aku menghubunginya dan tidak diangkat?" tanya Mika kepada pelayan pria itu.

"Ah, ya nona muda sudah pulang dan sekarang sedang berada di kamarnya" beritahu sang pelayan.

Lalu munculah Sayaka dari arah tangga, gadis itu nampak riang dan menghambur memeluk Mika yang balas memeluknya. "Kau terlambat lima belas menit" rajuk Yaka yang menggembunkan pipinya.

"Maafkan aku Yaka, tapi sepertinya aku tidak bisa lama-lama disini karena ada sebuah urusan"

Mika benar-benar menyesal melihat raut ceria Sayaka menghilang, tapi mau bagaimana lagi? Yuki belum pulang dan dia sangat mencemaskannya.

"Tidak masalah, tapi aku ingin memberimu hadiah kecil Mika" raut wajah Sayaka yang semula sedih kini berganti menjadi ceria. "Hanya sebentar" tambahnya saat Mika akan menolak.

"Baiklah" kata Mika. Sontak Sayaka langsung menarik Mika menuju kamarnya, tanpa  Mika sadari kini Sayaka menyeringai tipis.

Sampai di kamar Sayaka, Mika kebingungan karena kamar Sayaka begitu gelap dan saat di nyalakan betapa terkejutnya Mika melihat seonggok mayat terikat di DART tanpa mata, tanpa tangan dan isi perutnya keluar, apalagi dada gadis itu berlubang, oh dan tidak lupa bagaimana leher gadis itu hampir lepas serta bibirnya yang tergores sampai telinga.

"AAAAAAAAAAAAA!!!!"

Teriak Mika saat mengetahui siapa gadis itu, sahabat yang sedang di carinya. Sungguh rasanya Mika ingin muntah melihat pemandangan di depannya. Dia berbalik dan melihat Sayaka yang berwajah datar.

"APA MAKSUDNYA INI YAKA? APA YANG KAU LAKUKAN PADA YUKI!!"

Bentak Mika dengan galak, tatapannya sangat tajam tapi Sayaka masih berwajah datar.

"Itu salahmu! Kau menyakitiku, kau lebih mementingkan dia! KAU JAHAT MIKA!!"

"Apa kau pikir aku tidak tahu jika kau sering berkencan dengan gadis lain di belakangku!"

Sayaka berkata seperti itu sambil mengambil katana yang berada di belakang pintu dan mengayunkannya ke arah tangan  kanan Mika yang langsung tertebas oleh katana milik Sayaka.

"AAAAAKKKKKKKHHH!!!!! KAU GILA YAKA!! KAU GILA!!"

Teriakan Mika membuat Sayaka semakin emosi dan ia pun menebas kaki kiri Mika hingga tubuh Mika terjatuh di lantai. Melihat darah yang mengalir dari kaki dan tangan Mika membuat Sayaka semakin senang.

Sayaka membuang katana itu ke lantai dan mengambil tang yang ia gunakan untuk mencabut pucuk dada Yuki. Di belainya tangan kiri Mika dan di lihatnya kuku Mika yang sedikit panjang.

"Mika, aku akan membantumu menggunting kuku"

Kata Sayaka yang mencabut kuku Mika dengan tang dan teriakan Mika selalu terdengar setiap Sayaka mencabut lima kuku kekasihnya itu. Sedangka Sayaka hanya tersenyum manis dan fokus pada kegiatannya.

"Dan selanjutnya"

Sayaka pun memotong jari Mika satu-satu persatu, tidak peduli jika kekasihnya kesakitan.

"AAAAAKKKHHHHH!!! HENTIKAAAN!! AAAKKHHH YAKAAA!!!"

Sayaka memandang Mika polos dan penuh kebingungan, kenapa harus di hentikan? Kan dia menyukai kegiatan ini. Sayaka nampak berfikir sambil memandang tubuh Mika yang lemas.

"Ah!"

Dijentikan jarinya dan dia mengambil pisau, di tatapnya Mika dan di elus pipinya.

"Dia menciumu disini kan"

Lirih Sayaka yang langsung menusuk pipi kanan Mika dengan kasar dan melubangi pipi itu.

"Aku benci padamu Mika, mata ini hanya boleh memandangku harusnya"

Sayaka tersenyum sendu dan menusuk kedua mata Mika dan kemudian Sayaka terisak lirih.

Kemudian Sayaka menusuk perut Mika dan melubangi perut itu hingga isinya keluar, bukan hanya itu. Sayaka pun menusuk dada Mika dan mengeluarkan hati punya Mika dan di hancurkannya hati itu.

Entah apa yang akan Sayaka lakukan pada dua mayat itu, tapi Sayaka hanya ingin menikmati  melukai tubuh Mika.


.

.

Esoknya Sayaka duduk di bangkunya sambil membaca buku, tak lama datanglah Reina yang langsung menghampiri Sayaka dengan heboh. Sayaka memandang sahabatnya dengan bingung.

"Kau tahu Yaka, Mika dan Yuki di temukan dalam keadaan mengenaskan di sebuah gang kecil. Kabarnya jika saat itu keduanya di rampok dan di bunuh secara menyakitkan"

Ucapan Reina membuat Sayaka sedih. Sangat di sayangkan karena di usia muda mereka mati mengenaskan.

"Haaah.. Aku memang benci pada mereka. Tapi mendengar mereka mati seperti itu, aku sangat sedih"

Ucapan Reina membuat Sayaka tersenyum tipis, dia menepuk bahu Reina dan mengatakan untuk mendoakan mereka saja. Setelahnya Sayaka kembali membaca buku dengan bibir menyeringai.


END





will you love me?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang