"Jangan pergi."
• • •
Sudah seminggu lamanya Chanyeol terbaring di ruang rawat inap. Sudah seminggu lamanya pula Eunji di sana, mengajak Chanyeol bercanda walaupun hanya dia yang tertawa, menceritakan harinya, tertidur di samping ranjang Chanyeol, dan makan bersama Chanyeol. Semua Eunji lakukan bersama Chanyeol yang masih terlelap.
"Chan. . . Apakah kau tidak lelah tertidur terus? Apakah mimpimu terlalu indah sehingga kau enggan terbangun dari tidur? Bukalah matamu Chan. . . Sampai kapan aku harus menunggumu?!" Ucap Eunji sambil menggenggam tangan Chanyeol.
Eunji memperhatikan sekujur tubuh suaminya. Dadanya banyak ditempelkan alat-alat rumah sakit yang Eunji tidak tahu. Mulut dan hidungnya ditutupi dengan alat bantu pernafasan. Tangannya tertancap jarum infus dan darah. Eunji menatap sedih wajah suaminya yang pucat. Perlahan-lahan Eunji menyentuh lembut pipi suaminya. Tak sadar Eunji pun meneteskan air matanya yang sudah kesekian kalinya ia keluarkan. "Chan. . . Mengapa kau menyembunyikan semuanya? Sekarang kondisimu sudah begini. . . Aku sangat khawatir padamu, Chan. . ." Kata Eunji sambil terisak. Tak sadar, Eunji pun tertidur di samping ranjang Chanyeol.
Beberapa saat setelah Eunji tidur, Eunji terbangun karena gerakan kecil dari tangan Chanyeol. Eunji terkejut melihat tangan Chanyeol yang semakin erat menggenggam tangannya. Eunji segera memanggil Baekhyun, Dokter yang menangani penyakit Chanyeol. "Dokter, bagaimana keadaannya?" Eunji menanyakan itu kepada Baekhyun. "Kondisinya meningkat sangat pesat. Ia sudah melewati masa kritisnya. Kita hanya tinggal menunggunya siuman." Baekhyun keluar dari ruang inap Chanyeol.
Mata Eunji berbinar-binar melihat keadaan suaminya yang sudah melewati masa-masa kritis. Eunji tak lupa berdoa kepada Tuhan untuk memberikan yang terbaik untuk suaminya tercinta.
• • •
Sudah empat hari sejak Chanyeol melewati masa kritisnya, tapi matanya tak kunjung terbuka. Eunji masih sabar menunggu suaminya itu. Beberapa saat kemudian, Eunji tertidur pulas di samping ranjang.
Mata Chanyeol terbuka perlahan-lahan. Ia mulai menyesuaikan diri terhadap lampu-lampu rumah sakit yang menyilaukan matanya. Hal pertama yang ia dapat adalah istrinya yang tertidur lelap disampingnya. Ia pun mengangkat tangannya dan mengusap puncak kepala Eunji pelan. Eunji sontak terbangun dari tidurnya dan melihat suaminya yang sudah membuka matanya. Eunji terkejut. "C-Chan. Kau sudah sadar! Apa ada yang sakit? Sebentar, akan aku panggilkan dokter."
Tak lama kemudian Baekhyun pun datang ke ruang inap Chanyeol dan memeriksa seluruh tubuhnya. Chanyeol hanya diam menjalani pemeriksaan itu.
"Chanyeol, tubuhmu sudah lebih baik dari sebelumnya, kau hanya perlu istirahat beberapa hari lagi dan kau boleh pulang." Lalu Baekhyun pergi.
Eunji langsung menghampiri Chanyeol dan mengelus kepala Chanyeol pelan, lalu mengecup singkat bibir Chanyeol. Ketika Eunji ingin melepas ciuman itu, Chanyeol malah menarik tengkuk Eunji dan memperdalam ciumannya. Eunji melepas paksa ciumannya dan memukul lengan Chanyeol pelan. "Masih di rumah sakit, kita lanjutkan di rumah saja ya." kata Eunji sambil tersenyum tipis. "Akan kupegang ucapanmu sayang~"
• • •
Kondisi Chanyeol kian hari kian membaik. Kondisinya sudah pulih sepenuhnya, hanya perlu lebih banyak istirahat. Dia sudah diizinkan untuk pulang ke rumah.
Chanyeol dan Eunji sudah bersiap dan masuk ke mobil. Mereka jalan ke rumah milik eomma Eunji. "Eunji, akan kutagih janjimu nanti." Ucap Chanyeol sambil tersenyum kecil.
"Baiklah, hanya ciuman 'kan? Tidak lebih." Eunji tersenyum. "Setuju. Tapi siap-siap saja, akan kuterkam tubuhmu itu." Chanyeol tertawa kecil. "Terserah kau saja." Jawab Eunji pasrah.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALWAYS
FanfictionWARNING! Too much fluff! Will be ended in 20 chapters. [ SLOW UPDATE ]