Baca A/N yaa !
Chanyeol mengemudikan mobilnya dengan kecepatan yang tinggi. Keberuntungan sedang berpihak padanya, fitur GPS yang ada di handphone Eunji masih aktif dan berfungsi dengan baik, sehingga Chanyeol dengan mudah melacak keberadaan istrinya itu.
Chanyeol's POV
Akhirnya aku tiba di club yang Eunji datangi, 'Sial, aku membuat kesalahan yang cukup besar.' Batinku. Aku segera memarkirkan mobilku lalu masuk ke dalam club dengan langkah yang terburu-buru.
Setelah lebih dari 10 menit aku mencari Eunji, akhirnya aku menemukannya sedang bercengkerama dengan seorang pria. Aku tahu bahwa Eunji-ku sedang dalam keadaan mabuk, terlihat jelas dari matanya yang sayu dan segelas tequila yang sedang dipegangnya.
'Tunggu, bukankah itu Do Kyungsoo?' Aku memicingkan mataku, berusaha mengenali wajah pria yang sedang duduk di sebelah Eunji. Benar, itu adalah Do Kyungsoo yang menawarkan proyek kepadaku. Aku melihatnya tertawa atas tingkah laku istriku, 'Apa yang sedang mereka bicarakan? Mengapa Kyungsoo melihat istriku dengan tatapan seperti itu?' Darahku mulai mendidih. Beberapa detik kemudian, Kyungsoo mendekatkan wajahnya ke wajah Eunji, lalu menciumnya lembut. Aku mengepal tanganku penuh amarah. Berani-beraninya dia mencium istriku? Tidakkah dia tau bahwa Eunji sudah memiliki suami yaitu aku?!
Amarahku semakin menggebu, tapi aku tidak mau membuat keributan di tempat seperti ini. Aku memasang wajah datar, masih menatap lekat ke arah mereka berdua.
"Permainan yang bagus, Do Kyungsoo."
Kyungsoo melepas tautannya dengan Eunji, menoleh ke arahku. Eunji yang masih setengah dalam keadaan mabuk juga ikut menoleh ke arahku. "Sudah puas mencium istriku?" Ucapku sedingin mungkin. "Yeol-ah! Kau sudah tidak marah padaku?" Eunji dengan wajah polosnya meraih bajuku. Kurasa ia memang sangat mabuk sampai-sampai bertingkah seolah tak terjadi apa-apa.
"Masih belum mau membuka mulut, Kyungsoo-ssi?" Tanyaku sekali lagi, menekan setiap kata yang keluar dari mulutku. Kyungsoo tersenyum, masih dengan kakinya yang tersilang dan tangan yang terlipat rapi di atas pahanya, persis dengan pose saat ia menawarkan proyek kepadaku. "Apakah kau tidak tahu, bahwa istrimu pernah hampir menjadi milikku dulu? Jika bukan karena Oh Sehun yang mengingatkannya tentang dirimu, pasti Eunji sekarang sedang bersamaku menikmati daun maple yang berjatuhan, bukan menangis di club malam karena dirimu." Kyungsoo tersenyum simpul. Aku masih berusaha untuk menahan emosiku, walaupun rasanya kepalaku mau meledak mendengar setiap kata yang dilontarkan oleh Kyungsoo.
Eunji? Dia tertidur di rangkulanku, sambil menggenggam sebelah tanganku yang bebas. Aku menutup kakinya dengan jas yang belum kulepas sepulang dari kantor. "Persetan dengan semua itu. Nyatanya Eunji sudah memilihku dan sudah resmi menjadi pendamping hidupku." Aku mengeratkan genggamanku, tidak tahan dengan tingkah dan perkataan Kyungsoo yang membuatku merasa seolah-olah aku adalah pria paling brengsek yang hadir di hidup Eunji. Aku pun beranjak dari kursi, menggendong Eunji lalu meninggalkan club itu.
Aku mengemudikan mobilku dengan perasaan yang saling beradu. Aku melihat sekilas Eunji yang terlelap, ia terlihat sangat damai. Hatiku luluh melihatnya. Rasa bersalah menyelimutiku, aku pun menggenggam tangannya, "Maafkan aku sudah membuatmu menangis. Aku adalah pria yang buruk, bukan? Aku sangat menyesali perkataanku di kantor tadi." Kucium punggung tangannya yang masih kugenggam dengan halus, lalu mengelusnya pelan.
• • •
Ia meringis tak lama setelah terbangun dari tidurnya yang nyenyak. Rasa sakit menyeruak di dalam kepala Eunji. Ia menatap sekitar, lalu melihat baju yang sekarang ia kenakan. Ia sudah berada di kamar, mengenakan piyama favoritnya. 'Chanyeol yang mengganti pakaianku?' Pikir Eunji.
"Kau sudah bangun? Minumlah dulu." Chanyeol menyodorkan segelas air kepada Eunji. "Terima kasih." Sahut Eunji dengan suaranya yang serak lalu meneguk air yang diberikan Chanyeol sampai habis. "Apakah sudah merasa lebih baik?" Tanya Chanyeol, yang dijawab dengan anggukan pelan dari Eunji. "Syukurlah, apakah kau mau makan? Aku sudah membuatkan sup untukmu. Mungkin tak seenak sup yang kau buat, tapi menurutku ini lebih ampuh untuk meredakan sakit kepala setelah mabuk." Chanyeol menggenggam tangan Eunji lembut. 'Ada apa dengannya? Semalam ia berlaku dingin dan kasar, sekarang malah bertingkah sangat manis. Aneh.' Tanya Eunji dalam hati.
"Bagimana? Enak?" Chanyeol menunggu respon dari wanita yang sedang duduk berseberangan dengannya. "Hm, lumayan." Eunji mengendikkan bahunya, merespon Chanyeol dingin. Chanyeol menghela nafas pelan, "Lihat, aku minta maaf atas tindakan dan perkataanku yang menyakitimu. Aku tidak bisa berfikir jernih saat itu. Aku menyesalinya, kumohon maafkan aku, hm?" Chanyeol menatap Eunji lekat, sedangkan wanita yang ditatap Chanyeol itu sedikit tersedak. "Ehm- iya. Sejujurnya aku sudah memaafkanmu, aku mengerti akan situasimu yang sedang mengalami banyak tekanan, apalagi proyekmu lumayan besar-" Eunji berdeham, mengingat kejadian dimana ia bertemu Kyungsoo di club. Chanyeol menaikkan sebelah alisnya.
"Aku sudah membatalkan proyek itu." Chanyeol menatap makanannya, menghindari kontak mata dengan istrinya. "Eh? Mengapa seperti itu? Bukankah kau bilang itu sangat menguntungkan?" Eunji meletakkan sendoknya, menatap Chanyeol dengan matanya yang sudah membola.
"Aku lebih memilih istriku daripada proyek itu." Chanyeol meletakkan piring bekas sarapan mereka ke wastafel dengan santai. Eunji mengernyitkan dahi, menatap Chanyeol bingung. "Apa kaitannya denganku?" Tanya Eunji.
"Do Kyungsoo, bajingan itu, mencium bibirmu. Bibir yang seharusnya hanya aku yang boleh menyentuhnya." Chanyeol berjalan ke mesin kopi di pojok dapur mereka, membuat espresso kesukaannya dan latté kesukaan Eunji. Chanyeol dengan telaten mengoperasikan mesin kopi, momen yang selalu membuat Eunji berdebar setiap pagi karena suaminya terlihat sangat tampan saat membuat kopi untuk mereka berdua dengan lengan kaus putihnya yang digulung ke atas, mengekspos lengan Chanyeol yang kekar.
"K-Kyungsoo? Menciumku?" Jawab Eunji terbata. Chanyeol melirik Eunji sebentar, lalu melanjutkan kegiatannya. "Hm, di depan mataku." Chanyeol masih terlihat sangat santai, walaupun ia sangat ingin membanting gelas-gelas di depannya. Namun ia sudah berjanji pada dirinya sendiri untuk tidak membuat Eunji merasa sedih, kecewa ataupun bersalah atas perbuatan Chanyeol. Ia sangat mencintai istrinya.
Eunji masih bingung dengan apa yang dikatakan Chanyeol, benarkah ia melakukan hal itu? Ia sama sekali tidak dapat mengingat apapun selain bertemu dengan Kyungsoo lalu berbincang dengannya sebentar.
Eunji yang masih tak tahu apa-apa beranjak dari meja makan. Ia menghampiri Chanyeol, memeluknya dari belakang. Chanyeol yang sedikit terkejut menoleh ke belakang, mendapati istrinya yang sudah menempelkan sebelah pipinya ke punggung Chanyeol yang lebar.
"Maafkan aku, tapi otakku yang bodoh ini tidak dapat mengingat apapun selain berbincang dengan Kyungsoo sebentar." Eunji mengeratkan pelukannya sedikit, senyum Chanyeol merekah. Ia berbalik badan, membuat Eunji memeluknya dari depan sekarang. "Terima kasih kepada Tuhan karena masih memberikan aku kesabaran yang ekstra. Jika tidak, mungkin kau hanya bisa melihat Kyungsoo di rumah sakit sekarang." Chanyeol tertawa kecil. Eunji mengerucutkan bibirnya, membuat Chanyeol sangat gemas dengan tingkah istrinya, alhasil Chanyeol menangkup kedua pipi Eunji, lalu menciumnya dengan sangat lembut seakan Eunji terbuat dari porselain tipis yang rentan pecah.
'Benar, Chanyeol. Ayo hadapi masalahmu dengan kepala dingin.' Batin pria jakung yanh sedang mencium istri tercintanya.
TBC.
A/N :
6 chapter menuju ending, nih ! Mau sad end atau gantungin aja ceritanya? 😏
KAMU SEDANG MEMBACA
ALWAYS
FanfictionWARNING! Too much fluff! Will be ended in 20 chapters. [ SLOW UPDATE ]