Relikui yang tidak terbatas

76 11 2
                                    


Selama beberapa saat aku masih berdiri di tempatku, mencoba mencerna apa yang dikatakan oleh Megumi. Tapi aku tetap tidak memahaminya. Lagipula dalam hal apa dia tidak mau kalah? Dibandingkan aku yang biasa-biasa saja, dia jelas punya segala hal yang tidak aku miliki. Hah, entahlah. Kepalaku terasa berat untuk mencerna apa yang terjadi di sepanjang hari ini.

Jika aku ingat-ingat kejadiannya, hari ini dua orang serangga menempeliku kemanapun aku pergi. Bertemu dengan Ruka yang sepertinya telah berubah begitu jauh. Kemudian aku juga bertabrakan dengan Kaito dan akhirnya mendapatkan pernyataan yang sepertinya tantangan dan aku tidak paham apa maksudnya.Selesai.

"Miku, kau memotong rambutmu? Padahal rambut panjang cocok untukmu," komentar Kaito membuyarkan semua yang sedang aku pikirkan.

"Oh, ah... ya?" responku dengan tergagap.

"Kenapa kau memotong rambutmu?"

"Ah, itu... aku ingin kembali menjadi diriku yang dulu. Aku tidak ingin terus-terusan melarikan diri lagi.

Raut wajah Kaito mendadak berubah menjadi tidak suka.Dia mendekatiku dan untuk suatu alasan yang tidak aku mengerti, kakiku melangkah ke belakang. Tapi pada akhirnya punggungku tertahan tembok di belakangku. Kaito meletakkan kedua tangannya di kedua sisi kepalaku. Demi apa pun, ini rasanya baru saja terjadi beberapa detik yang lalu dan sekarang ini terjadi lagi.

Tangan kiri Kaito meraih sejumput rambutku, membuat napasku tertahan karena wajahnya begitu dekat denganku. Aku memalingkan wajahku, terlalu malu untuk melihatnya langsung. Kaito di sepanjang ingatanku sangat manis. Bagiku dia adalah sosok seorang kakak. Tapi sekarang dia terlihat menjadi orang yang berbeda. Dia menakutkan.

"Miku..."

"Kemana anak itu? Tch, itu karena kau sangat mengganggu!"

"Berisik! Itu karena kau yang membuatnya merasa tidak nyaman!"

Suara Kaito terpotong oleh suara itu. Entah mengapa aku merasa lega mendengar suara mereka meski sejujurnya beberapa detik yang lalu aku merasa terganggu dengan keberadaan mereka. Aku hendak membuka mulut untuk memanggil Yuu dan Ren. Tapi Kaito mendekatkan wajahnya padaku, membuatku menjadi kaku.

"Oii, Miku!"

Aku menoleh ke asal suara dengan reflek, hanya untuk menatap wajah bengong Ren dan Yuu. Reaksi benar-benar menyebalkan. Tapi syukurlah Kaito menjauhkan diri dariku. Dalam sekejap ekspresi Kaito berubah seperti sedia kala. Itu membuatku sedikit merinding karena dia dapat mengubah ekspresi secepat itu.

"Ah, maaf. Tadi ada kotoran di rambutmu jadi aku bermaksud membersihkannya," ucap Kaito ramah sambil menepuk kepalaku seperti biasa.

"Terima kasih." Aku yang tidak tahu harus berkomentar seperti apa hanya bisa berterima kasih padanya.

"Lain kali berhati-hatilah saat di lorong. Aku pergi dulu! Dan sebaiknya kalian juga segera kembali ke kelas!" ucap Kaito sembari berlalu.

Baik aku, Yuu dan Ren hanya menatapnya. Tiba-tiba saja Kaito berhenti di sebelah Ren. Dia menepuk bahu Ren kemudian dia membisikkan sesuatu pada Ren. Entah apa yang dikatakan oleh Kaito, tapi ekspresi Ren berubah menjadi tegang. Matanya terbeliak, kemudian Ren menatap Kaito dengan ekspresi rumit. Setelah itu Kaito kembali melanjutkan perjalanannya.

Demi apa pun, sebelum dia berbelok, aku menangkap seringaian asing yang seingatku tidak pernah aku lihat dari sosok Kaito. Kaito yang aku kenal adalah sosok seorang kakak yang selalu tersenyum dengan ramah. Tapi sekarang aku seperti melihat orang yang baru pertama kali aku temui. Aku tidak bisa tidak menatap kepergiannya dengan perasaan kecewa yang tidak aku mengerti.

Kisetsu wa watashi dake nokoshite #2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang