Sebuah penjelasan

77 8 0
                                    


"Lama!"

Seruan Ren membuatku terkejut sehingga aku meloncat dari posisiku, seperti kucing. Dengan langkah gontai, aku kembali melangkah. Aku berpura-pura tidak melihatnya dan berjalan melewatinya begitu saja. Tapi Ren dengan tanggap menangkap tanganku. Aku ingin memberontak untuk melepaskan diri darinya, tapi aku tidak sanggup. Bahkan untuk melihat wajahnya aku tidak sanggup. Aku tidak siap melihat kemarahannya.

"Oi! Jangan menghindar dariku!" ucapnya sambil menyentakkan tubuhku sehingga mau tidak mau aku menoleh padanya.

Ujung mataku tiba-tiba saja memanas dan aku memilih untuk membuang wajah ke arah yang lain. Seolah mengerti apa yang sedang aku pikirkan, Ren berkata, "Soal yang tadi..."

"Itu hanya salah paham! Itu tidak seperti yang kau pikirkan!" Tiba-tiba saja, secara spontan aku memotong ucapannya.

"Hm? Memang aku memikirkan apa?"

Mendengar responnya yang bernada datar, wajahku memanas. Aku merasa bahwa pada saat itu juga, puncak kepalaku sudah berasap karena malu bercampur marah. Ren menatapku dengan mata berbinar jahil. Aku merasa bahwa aku baru saja masuk ke mulut singa setelah sebelumnya berhasil melarikan diri dari mulut buaya.

Lalu sebelum aku bereaksi lebih lanjut, tiba-tiba saja wajah Ren mendekat dan sesuatu yang lembut dan basah menekan bibirku. Aku hanya bisa membelalakan mata karena perbuatan tiba-tiba Ren. Selama beberapa saat, aku berdiri dengan pikiran yang terbang kemana-mana. Aku masih tertegun sampai Ren menjauhkan wajahnya dariku.

Dengan penuh keangkuhan, dia berkata padaku, " Itu hukuman karena kau membiarkan orang lain menciummu!"

Ren menjulurkan lidahnya padaku, lalu berjalan lebih dulu. Sedangkan aku hanya bisa berdiri dengan wajah semakin memanas. Kemudian aku berusaha mencerna kejadian hari ini yang semakin lama semakin aneh. Tidak mungkin! dalam waktu sehari, aku dicium oleh dua orang yang berbeda dengan jangka waktu yang tidak terlalu lama.

Aaarrrgh... sebentar lagi aku pasti akan benar-benar gila!

***

Sore ini aku memutuskan untuk mendinginkan kepalaku dengan pergi ke hutan. Saat tiba di jembatan, lagi-lagi aku melihat Gaku yang sedang meletakkan sebuket bunga di tepi jembatan. Kemudian dia mengatupkan tangannya dan memejamkan mata. Dia tampak kusyuk dalam doanya. Aku rasa, Gaku adalah satu-satunya yang masih mengingat tempat ini selain aku.

Aku tersenyum melihat Gaku. Sepertinya dia sama sekali tidak menyadari keberadaanku, karena dia tidak bereaksi. Dia kemudian berdiri sambil menyimpan tangannya di saku. Matanya tidak lepas dari bunga yang diletakkannya di jembatan. Entah apa yang sedang dipikirkan Gaku saat ini. Aku ingin menyapanya lebih dulu, tapi melihatnya merenung seperti itu membuatku mengurungkan niatku.

Saat dia berbalik kearahku, Gaku tidak bisa menyembunyikan ekspresi terkejutnya. Matanya terbeliak lebar seolah-olah yang dia lihat adalah hantu. Aku hanya mengangkat tangan sambil tersenyum tipis. Lalu kemudian aku berjalan kearahnya.

"Kau selalu kemari, Gaku?"

" Oh...ya."

Gaku menjawab pertanyaanku dengan terbata-bata. Sepertinya keterkejutannya belum hilang.

"Kau.... sudah berapa lama di sana?" tanya Gaku dengan mata curiga.

"M... sejak kau berdoa tadi."

"Sudah selama itu? Lalu kenapa kau diam saja?"

"Habis... kau kelihatannya khidmad sekali. Aku tidak mau mengganggumu."

"Haaah... tapi kau membuatku terkejut."

Kisetsu wa watashi dake nokoshite #2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang