Gadis Itu

73 10 3
                                    


Aku bergerak, bahkan bernafas dengan sangat hati-hati. Aku tidak mau mereka menyadari keberadaanku di sini. Lalu alih-alih meninggalkan tempat itu, aku hanya terduduk lemas sambil mendengarkan pembicaraan mereka.

"Aku tahu kau banyak melewati banyak hal. Tapi bukan hanya kau yang menjalani saat-saat yang sulit. Miku juga harus menjalani hari-hari yang sulit. Kau dengan egois meninggalkannya begitu saja. Kau tahu, setiap saat dia bersedih memikirkanmu." Suara ini adalah suara Ren.

"Memangnya kau tahu apa tentang hidupku?! Kalian tidak tahu apa-apa! Jadi berhenti mencampuri urusanku!"

Dan suara... Ruka.

"Kau dengan seenaknya membawaku kemari hanya untuk membicarakan hal itu? Minggir! Aku mau lewat!"

"Aku tidak akan membiarkanmu lewat begitu saja sebelum kau menceritakan luka-luka itu. jelaskan padaku!"

"Ini bukan urusanmu! Minggir!"

Aku mendengar suara langkah kaki disusul dua langkah kaki lainnya.

"Miku sangat mengkhawatirkanmu."

"Aku tidak perduli."

"Miku sangat perduli padamu, kau tahu?! Jika dia tahu Ruka yang dulu dia kagumi sekarang dipenuhi dengan luka, kau pikir apa yang akan dia lakukan?"

"Meskipun kau mengatakan apapun, aku akan berpura-pura tidak mendengar apapun!"

"Tapi gadis bodoh itu akan selalu memikirkanmu! Dia mengkhawatirkanmu saat kau diam meski tahu teman-temanmu tidak menyukaimu. Dan dia pasti akan melakukan hal yang tidak terduga jika tahu kau terluka. Kau tahu jelas seperti apa gadis itu."

"Memang seperti apa gadis itu? Aku mungkin pernah menjadi temannya, tapi apa kau pikir kau dapat memahami orang terdekat hanya karena kau teman kecilnya?"

"Ruka!"

"Aku tidak mengerti kenapa kau selalu memperdulikannya. Kau pernah terluka karena anak itu. Dia bahkan membuat saudaramu mati..."

"Berhenti mengatakan hal buruk tentangnya!"

"Tapi bukankah itu benar? Kau juga membencinya bukan? Kau sangat membencinya sampai kau tidak bisa melepaskannya!"

"Aku bilang berhenti mengatakan hal yang buruk tentangnya!"

"Berhenti menjadi munafik."

"Kau yang munafik. Kau berpura-pura seolah-olah kau tidak apa-apa. Tapi sebenarnya kau menumpuk rasa sakitmu itu sendiri."

Suasana di antara mereka mendadak menjadi hening. Aku sangat ingin menengok untuk mengetahui apa yang sedang terjadi, tapi aku hanya tetap duduk dan memandang jauh melewati jendela di lorong sekolah. Meski aku memandang jauh ke lapangan di balik jendela, tapi perhatianku tetap tertuju pada Ren dan Ruka di dekat tangga ini.

"Berhenti." Suara Ruka memecah suasana itu. "Berhenti mengatakan apapun! Aku tidak perduli lagi!"

Kemudian suara Ruka disusul dengan suara tamparan. Pundakku menegang bersamaan dengan Ruka yang tiba-tiba berhenti di sebelahku dengan wajah terkejut kemudian tegang. Pandangan kami bertemu sejenak, sebelum akhirnya dia memalingkan wajah dan meninggalkan tempat itu. Ren masih ada di bawah tangga, memegangi pipinya yang ditampar Ruka. Sepertinya dia masih belum menyadari keberadaanku karena Ren masih berdiri dengan posisi yang sama.

Seulas senyum tersamar di wajahku. "Terima kasih."

Pundak Ren menegang. Dia menoleh padaku dengan terkejut, sedikit terlonjak dari tempatnya. Wajahnya yang tegang sekaligus terkejut nampak lucu. Kemudian dia bersandar pada pagar dinding tangga.

Kisetsu wa watashi dake nokoshite #2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang