Aku masih tidak mempercayai ini. Bahkan sampai istirahat, aku tidak dapat mengusir semua kata-kata Ren dari benakku. Dia benar-benar jahat. Syukurlah hari ini dia tidak ada di kelas dan itu setidaknya tidak akan membuatku meledak. Aku tidak akan membayangkan jika Ren saat ini ada di dekatku, aku pasti benar-benar akan menghajarnya.
"Sepertinya mood-mu sedang buruk?" tanya Yuu, membuatku terkejut dan nyaris terjatuh dari kursiku karena dia sudah mendekatkan kursinya ke sebelahku.
"Ya, seperti yang kau lihat!" balasku ketus.
"Hm, memang ada apa lagi?"
"Huh, orang itu menganggapku lebih berharga dari teh," balasku sambil menunjuk tempat duduk Ren yang kosong.
"Apa? Kalau dia hanya menganggapmu hanya dengan menggunakan takaran itu, seharusnyadia tidak mengikutimu kemanapun seperti stalker."
"Huh. Dia bilang aku sama berharganya dengan teh yang lebih mahal dari emas. Bukankah dia keterlaluan! Memangnya ada teh yang lebih berharga dari itu?"
"Hm," respon Yuu cuek sambil menyedot susu kotaknya.
"Dia bilang aku tidak bisa mengendus, tidak bisa melacak penjahat, dan suka memberontak. Intinya aku tidak berguna." Aku menirukan kata-kata Ren.
"Jahatnya. Lalu di mana dia sekarang?"
"Entahlah. Aku sudah tidak perduli lagi."
"Kau sepertinya benar-benar marah. Sepertinya ada hal yang lebih buruk dari itu."
Mendengar ucapan Yuu, aku hanya bisa menghembuskan nafas berat. Aku sendiri sebenarnya tidak tahu apakah aku marah hanya karena itu saja atau karena ada hal lain. Tapi rasanya aku marah bukan karena dia menganggapku lebih berharga dari teh. Tapi karena... mungkin karena tadi pagi.
"Hhhh, entahlah. Aku tidak yakin aku marah hanya karena itu," kataku sambil memutar pensil di tanganku.
"Sudahlah. Aku tidak perduli dengan alasanmu marah padanya. Tidak melihat keberadaannya yang mengganggu saja sudah cukup untukku."
"Hm..." aku menyangga wajahku dengan kedua tangan. "Sepertinya kau sangat tidak menyukainya, Yuu. Apa alasannya?"
Yuu mengangkat wajahnya, menatapku dengan pandangan datarnya yang menyebalkan. "Tidak ada alasannya. Sama seperti menyukai seseorang tanpa alasan, aku rasa hal yang sejenis itu."
"Uh, jadi kau menyukai Ren. Kau... normalkan?" tanyaku lirih.
Yuu menatapku tidak suka dan memukul puncak kepalaku lirih. "Tch, jaga bicaramu. Aku normal, tahu!"
"Yah, habis kau bilang perasaan yang sejenis itu."
"Hah, kau sangat lamban."
"Apa maksudmu? Aku hanya tidak paham dengan kata-katamu yang ambigu!"
Yuu menghela nafas berat. "Baiklah jika kau ingin aku jujur. Perasaan itu adalah perasaan saat dua orang saling bersaing untuk memperebutkan wilayah yang sama."
"Ng." Aku mengernyitkan alisku karena tidak paham. "Itu... maksudnya apa? Kalian sedang memperebutkan suatu tempat? Jadi kalian diam-diam punya selera yang sama, ya?"
"Tch, kau benar-benar lambat. Wilayah itu hanya perumpamaan!" Yuu memutar kepalaku dengan paksa untuk melihatnya. "Coba kau lihat aku! Kau akan memahaminya."
Meski kebingungan, tapi aku melakukan apa yang diperintahkan oleh Yuu. Tapi aku tetap tidak paham dengan maksud Yuu sehingga aku hanya mengedipkan mataku dengan bingung. Ekspresi Yuu berubah dengan cepat. Dia segera melepaskan kepalaku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kisetsu wa watashi dake nokoshite #2
FanfictionSetelah kematian Iroha, semua berubah dengan cepat. Lagi-lagi Miku terlibat dengan hal-hal yang rumit. Meski hubungannya dengan Ren sudah semakin baik, namun hal-hal yang terjadi di sekitar mereka membuat hubungan mereka semakin rumit. Apalagi ditam...