Kring...Kring...Kring...
Waktunya istirahat, seperti biasanya pada jam istirahat semua siswa-siswi akan mengisi perutnya dikantin."Angel! Ke kantin yuk!" Ajak Silvia yang sudah berdiri dan menarik tanganku untuk diajaknya kekantin bersamanya.
Dikantin seperti biasa aku selalu memesan siomay seperti apa yang sering aku lakukan sewaktu sekolah di Surabaya, disisi lain, aku melihat segorombolan laki-laki yang duduk di warung pojokan kantin, warung tersebut hanya berukuran 3×2 meter, warung kecil yang dindingnya terbuat dari triplek dan sering menjadi sasaran nongkrong oleh siswa yang merokok dan bolos pada jam pelajaran.
"Sil" bisikku kepada Silvia yang berada didepanku menyantap baksonya.
"Eh, iya kenapa?"
"Apa gak dimarahin itu cowok-cowok yang ngumpul-ngumpul disana merokok?" Kataku dengan heran, mengapa bisa-bisanya merokok dilingkungan sekolah, yang jelas-jelas sangat dilarang.
"Dimarah kalo ketauan, kalo enggak ketauan, mereka aman-aman aja, mereka itu udah sering kepergok sama guru BK karena kedapatan ngerokok disekolah, tapi mereka gak kapok-kapok" Jawab Silvia sambil terus mengunyah baksonya.
"Enggak, heran aja kenapa ngerokonya dilingkungan sekolah" kataku sambil terus memainkan sendok dan garpuku.
Disana juga kulihat ada Alvian yang duduk-duduk diwarung tersebut, aku jadi teringat dengan kejadian tadi, hukuman itu, aku harus bilang terima kasih kepadanya karena telah membantuku yang ia sendiri menolak dibantu olehku. Sepulang sekolah aku akan menemuinya dan akan bilang terima kasih kepadanya.
Bel pulang sekolah telah tiba, itu adalah bel yang mendadak membuat orang yang awalnya lemas jadi bisa berlari seperti kuda, yang awalnya mengantuk bisa jadi melek tiba-tiba, itu adalah menjadi bel terindah jika didengar, dan bisa membangkitkan semangat kepada siapapun yang mendengarnya. Termasuk aku.
Menyusuri lorong demi lorong kelas, tak kulihat ada Alvian, setelah sampai dilapangan basket kulihat ada Alvian yang sedang bermain didalamnya dengan sendirinya, aku bermaksud menghampirinya hanya untuk mengucapkan rasa terima kasihku, tetapi aku disana malah berdiri kaku mematung, aku gugup berhadapan dengannya apalagi setelah mendengar cerita Silvia tentang Alvian yang menjadi siswa paling nakal di sekolah ini, aku takut ia akan berbuat jahat padaku meskipun kenyataannya tidak akan seperti itu.
Melihat aku yang berdiri mematung dipinggir lapangan, Alvian menghampiriku dengan wajah heran "Ada apa?" Katanya
"Aaa..anuu" aku grogi berhadapan dengannya
"Ngomong itu yang jelas, gak bisa ngomong ya?" Kata Alvian sambil berlalu untuk kembali memainkan bolanya ketengah lapangan.
"Aku cuma mau bilang makasih soal yang tadi" aku memberanikan diri mengatakan apa maksud kedatanganku kemari.
"Ohh..cuma itu aja?" Tanya Alvian dengan pandangannya yang tajam kearahku.
"Emmm..Iyaa" Aku takut melihat pandangan Alvian yang tajam kearahku sehingga membuatku menunduk dan lalu kembali berjalan untuk menuju halte didepan sekolah untuk menunggu angkot lewat yang akan mengantarku sampai kerumah.
Sampai dirumah, pikiranku dipenuhi oleh bayang-bayang Alvian, seakan-akan aku bertanya pada diriku, mengapa sifatnya begitu cuek sekali kepada orang-orang, dan pandangannya tajam sekali sehingga membuatku takut kepadanya.
Malam sebelum sepenuhnya aku menutup mataku, dan aku masih saja kepikiran dengan sifat cueknya kepada orang-orang, aku juga tidak mengerti untuk apa juga kupikirkan, gak penting! Lalu kututup mataku dan tidur.
-ooo-
KAMU SEDANG MEMBACA
My Badboys Alvian
Teen Fiction"Aku belum mengenal Alvian sepenuhnya, Laki-laki itu sangat misterius bagiku, aku rasa aku sudah mulai jatuh hati padanya, tapi mungkin ia tidak menghiraukannya". Angel yang merupakan siswi pindahan dari SMA Negeri yang berada di Surabaya kini harus...