aku terbangun pagi ini dengan kepala yang cukup berat tapi agak sedikit lebih baik dari kemarin. Juna masih memelukku erat. aku melihat wajah tidur nya, terlihat wajah nya yang sangat kelelahan. aku berusaha mengangkat tangannya yang melingkar di badanku. dia bergerak sebentar lalu memelukku lebih erat lagi. aku hanya terdiam dan berbaring kembali sambil terus menatap nya.
Juna lelaki tampan yang sudah dicintainya sangat dicintainya dan sebenarnya miliknya. tapi hanya tubuh nya, aku justru sangat berharap memiliki hatinya. tapi kenapa malah Cystal yang ada di hatinya? aku mulai menangis lagi sambil mengusap wajah Juna tak sadar
Juna terbangun dan langsung memasang wajah khawatir
"Bel, masih pusing? ko nangis? apa yang sakit?" ujar Juna sambil mengusap kepalaku
"disini yang sakit Juna" rengekku sambil menujuk hatiku
seketika itu juga Juna memelukku hangat
"maafkan aku Bella. sungguh aku tidak pernah bermaksud menyakitimu" ujarnya lembut lalu mengecup puncak kepalaku
aku hanya menangis di dada bidangnya, tanpa sadar aku tertidur kembali di pelukan Juna berusaha melupakan rasa sakit yang bergemuruh di hatiku.
ketika aku terbangun aku sudah ada di kamarku, dan di sekitarku ayah, bunda, Ka Tiwi, Ka Gani, Juna dan Ka Refa-kaka Juna yang memakai stetoskop nya dan aku juga melihat dipergelangan lenganku selang infus menggantung . aku berusaha mengeluarkan suaraku
"Bela kamu udah bangun sayang?" ujar bunda yang langsung memelukku erat
ayah mencium keningku
"adek, akhir nya kamu bangun juga" ujar Ka Tiwi sambil memelukku
aku hanya tersenyum lemah karena tidak berhasil berbicara aku melihat Juna yang tertidur di sofa kamarku. wajahnya terlihat sangat lelah dan ada lingkaran hitam di mata nya.
Ka Refa segera memeriksa keadaanku
"udah lebih stabil sekarang. banyak-banyak istirahat ya Bella, jangan kebanyakan nangis juga, kalau ada apa-apa telfon saya saja. saya akan segera kesini" ujar Ka Refa lalu melepas stetoskop nya dan berpamitan sebentar dengan keluargaku lalu keluar kamar diikuti oleh ayah dan bunda yang mengantar Ka Refa kedepan
"kamu ada masalah apa sih dek? sampai pingsan lama gini?" ujar Ka Tiwi sambil duduk di samping kasurku dan mengelus kepalaku. tumber Ka Tiwi selembut ini. dia akan lembut jika aku memang sedang sakit, apakah aku sangat sakit saat ini?
"aku ngga apa-apa ka" ujarku pelan dengan suara serak
"ngga apa-apa gimana kamu udah pingsan sehari semalam dek" ujar Ka Tiwi terlihat khawatir
selama itukah? aku rasa aku hanya tertidur
"tau ngga dek, kemarin siang itu Juna bawa kamu kesini sambil muka yang benar-benar panik. dia langsung menghubungi Refa. dan sejak itu dia tidak tidur. sekarang ini dia baru saja tidur itu juga karena dibujuk oleh Refa. bahkan Om Leo dan Tante Lia juga udah jengukin kamu kesini" ujar Ka Tiwi lagi
keluarga Juna kan semua nya sangat sibuk, mereka semua dokter. separah itukah aku?
"kamu juga sering teriak-teriak dek,manggil-manggil Juna" ujar Ka Tiwi lagi yang membuatku tertegun.
tiba-tiba Juna bangun, dan langsung memelukku, membuat Ka Tiwi langsung berdiri
"Bella, akhirnya kamu bangun juga. sekarang apa yang kamu rasain?" ujar Juna sangat khawatir
aku hany tersenyum padanya "terimakasih" ujarku lagi
dia mencium keningku "jangan pernah tidur selama itu lagi Grey girl, itu membutaku ketakutan setengah mati" ujarnya lagi
Ka Gani mengajak Ka Tiwi keluar kamar membiarkan kami hanya berdua
"Juna, kenapa matamu seperti panda?" ujarku sambil memandang matanya
"aku tidak apa-apa selama kau baik-baik saja sayang" ujar Juna sambil memelukku lagi
saat ini aku merasa Juna mencintaiku. apa Juna sudah mencintaiku?
tiba-tiba aku teringat sidang skripsiku, harus nya sidang itu dilakukan hari ini. aku segera bangkit dari tempat tidur dan berusaha melepas infusanku
"hei apa yang kau lakukan? tenang Bella" ujar Juna sambil memegang tangan kiriku yang berusaha mencabut infusan
"aku harus sidang hari ini Juna!" ujarku lantang
"aku sudah meminta Aisha untuk mengatakan kau sakit dan tidak bisa mengikuti sidang hari ini. jadi sidangmu di undur minggu depan. tenanglah, kau harus banyak istirahat beberapa hari ini" ujar Juna lagi.
aku hanya menurut dan kembali berbaring, tak lama kemudian Ka Tiwi datang membawa bubur dan menyerahkan pada Juna. lalu Juna menyuapiku. setelah minum obat aku disuruh tidur lagi. sebelum aku tidur Juna menyelimutiku dan mengucapka 'i love you' sambil mencium dahiku.
apa benar Juna mencintaiku?
TBC
#sesi curhat author
maaf ya, part ini ngga ada sub judul nya. sengaja. jadi mulai part ini dan selanjutnya ngga akan ada sub judul. hehehe. maaf juga kalau ada yang typo. part ini juga sengaja dibikin pendek. baca chapter selanjutnya ya reader.. comment dan vote sangat ditunggu. terimakasih sudah membaca word on melody ^^
@jasmineathenaa