chapter 16

66 2 1
                                    

hari ini aku akan mendaftarkan diri di salah satu universitas di daerah Bandung. aku ingin memulai kuliahku lagi di daerah yang baru. aku tidak ingin melihat kebelakang terus. aku harus bangkit bukan? 

aku datang ke kampus sambil membawa berkas-berkas yang kira-kira dibutuhkan. setelah selesai mendaftarkan diri aku memutuskan untuk duduk-duduk di taman kampus sambil melihat-lihat kegiatan para mahasiswi dan mahasiswa disini. 

"hei!" suara nya serak dan dalam, jelas ini suara laki-laki. sebelum aku melihat kearahnya aku menguatkan diri dulu. aku tidak ingin menjerit pada orang yang baru saja berusaha ramah padaku. 

"iya?" suara yang keluar seperti suara suling sumbang. tapi tak apalah yang penting aku sudah berusaha menjawab. oke senyum Bella! senyum! 

dan berhasil aku mengeluarkan senyum tipis. aku harap dia melihatku tersenyum 

"kau tidak usah tersenyum seperi itu. ini tempat dudukku aku biasa makan disini" ujar laki-laki itu sambil duduk di bangku tepat di sampingku. aku langsung bergeser. sampai ke pojok bangku, tapi entah mengapa badanku tidak mau beranjak padahal otakku sudah terus berteriak untuk menyuruhku pergi. 

aku memperhatikan laki-laki dengan kaus polo hitam, jeans rapih dengan sepatu cats, badan yang sangat atletis dengan jambang tipis di dagu nya yang mempermanis kulit putihnya. sebenarnya apa yang kau pikirkan Bella! 

aku memperingatkan diriku sendiri lalu sibuk lagi memperhatikan mahasiswa disekitarku. 

"kau mau?" ujar laki-laki itu sambil menyodorkan bekal makanan nya di tepat makanan bergambar batman. oh yang benar saja! badan seatletis itu dan ia membawa bekal makan sosis gulung mie dengan tempat makan batman. 

aku hanya menggeleng sambil tersenyum tipis. ia pun menarik bekalnya lagi lalu memasang headset. dan ia mulai menikmati bekalnya. 

aku hanya diam dan mulai mengeluarkan buku tentang piano yang sempat kubeli kemarin 

"kau mau ini?" ujar laki-laki itu lagi sambil menyodorkan tempat makanan nya yang lain dengan gambar chugington berisi blackfores

aku hanya menggeleng dan tersenyum tipis lagi. dan ia mulai memakan bekal nya

"ibuku suka memasak. beliau sangat senang jika aku membawa bekal kesekolah. dan itu masih berlangsung sampai aku kuliah saat ini"

aku hanya menatap nya tanpa mampu mengeluarkan suara apapun. 

"blackforest ini juga buatan ibuku. hampir semua orang yang melihatku membawa bekal pasti langsung menilai bahwa aku adalah anak manja, padahal aku tidak manja. aku hanya menghargai ibuku yang sudah memasak. aku tidak tega jika menolak makanan-makanannya. lagipula aku bisa berhemat karena aku tidak perlu membeli makanan diluar"

aku hanya menatap laki-laki itu tidak mengerti. kenapa dia jadi bercerita tentang ibu nya? tapi aku hanya memaksakan seulas senyum canggung.

"kau tidak bisa tersenyum tulus ya? kau seperti orang yang sariawan." dia mengatakan itu dengan wajah datar dan suara serak.

aku hanya terdiam. bagaimana ada seseorang yang mengatakan hal buruk pada orang yang baru ditemui nya?

aku kembali fokus pada bacaanku lagi, tapi beberapa saat kemudian leherku menegang, aku segera menatap kesampingku, laki-laki itu sedang memasangkan headset padaku. lalu lagu mine dari petra sihombing mulai mengalun di pendengaranku. tapi aku tidak menolak. aku hanya diam lalu melanjutkan bacaanku lagi.

"aku sering menyanyikan lagu ini dengan ibuku yang mengiringi" ujar nya lagi tiba-tiba

aku hanya menatapnya. apakah dia memang sangat dekat dengan ibunya? memang ada ya laki-laki sebesar ini sangat dekat dengan ibunya?

"aku memang dekat dengan ibuku, tapi aku tidak manja. aku hanya sangat menyayangi ibuku" ujarnya lagi dingin.

"oh iya semua orang pasti menyanyangi ibunya juga" ujarku

dia hanya mengetuk-ketukan jarinya di bangku yang kami duduki dan mulai bernyanyi.

suaranya bagus, serak dan dalam. suaranya yang indah membuatku bergerak mengeluarkan ponselku dan membuka aplikasi gitar di ponsel dan mulai memainkannya, dan mengikuti nada yang dia nyanyikan.

dia terdiam lalu menatapku, lalu seolah tidak peduli dia melanjutkan lagi nyanyiannya sambil mematikan lagu di ipod nya. tanpa terasa kami sudah menyanyikan beberapa lagu dan yang terakhir adalah daylight. diakhiri juga dengan tawa kami bersama.

matahari sudah mulai kembali ke peraduannya. berarti aku dan laki-laki ini sudah sangat lama duduk disini. perutku juga mulai keroncongan.

"hei, kau mau ke cafe? aku akan mentraktirmu karena sudah mengiringiku bernyanyi"

"tentu saja!" aku pun membereskan barang-barangku

"tapi memakai mobilku oke? karena setelah ini aku akan kembali ke Jakarta untuk mengambil bajuku" 

"oh, kau dari Jakarta? lalu jam segini kau kira akan langsung kembali ke Jakarta? memang kau kira Jakarta itu sangat dekat?" 

"kenapa kau jadi cerewet begini? iya aku ingin makan dulu baru balik ke Jakarta" 

"terserah. sekarang aku mau menyimpan motorku dulu di kostan di samping kampus kau tunggu saja di gerbang kampus."

"baiklah" jawabku cepat sambari menuju mobilku dan memanaskannya

"kita ke suatu tempat yang agak jauh, tapi aku jamin kau akan puas. oke?" 

instingku mengatakan untuk menolaknya. agak jauh? itu tidak cukup bagus untuk diikuti apalagi dengan seorang laki-laki yang baru kukenal beberapa jam yang lalu

Hatiku mengatakan untuk mengikutinya. kenapa kau takut? dia baik dan sopan padamu. lagipula kau sudah sembuh dan harus bergerak ingat?

karena hampir banyak orang mengatakan ikutilah kata hatimu jadi ya aku mengangguk. lalu mobil pun mulai melaju dengan tanganku yang gemetar, aku berusaha menenangkan diriku. 

laki-laki ini mengemudi dengan baik tanpa kebut-kebutan atau sering membunyikan klakson. jadi itu membuatku agak sedikit tenang. dia sering mengisi kesunyian kami dengan benyanyi-nyanyi kecil. tapi yang anehnya, dia ini selalu berwajah datar tanpa ekspresi, paling hanya tersenyum tipis. dan aku melihatnya tertawa hanya ketika setelah bernyanyi di kampus tadi. setelah itu aku hanya melihat wajah datarnya. tapi itu membuatku nyaman. nyaman? apa aku merasa nyaman dengan laki-laki ini? 

aku menikmati perjalanan kami walaupun tanpa suara sedikitpun. mobil berhenti di depan sebuah cafe yang terlihat asri. ketika aku membuka pintu mobil langsung terasa hawa dingin yang menusuk. aku segera membuka bagasi belakangku dan mengambil mantel yang selalu tersedia di mobil. 

aku memasuki cafe dengan laki-laki ini berjalan disampingku. kami duduk di sebuah gazebo dengan danau buatan kecil di sampingnya. setelah memesan makanan aku manatap air yang tenang dengan ikan berenang dengan sangat damai. aku ingin merasakan damai itu lagi.

laki-laki itu mengeluarkan ipad nya lalu mulai menulis sesuatu disana sangat serius, dan di memakai kacamata, melingkari mata tegas nya dengan bingkai hitam tipis dan itu membuatnya semakin tampan bahkan sangat tampan.

"kata ibu ku aku tampan, tapi bisakah kau tidak menatapku seperti itu?"

aku hanya mengerling malas dengan kata kata dan wajah datarnya.

kami melanjutkan aktifitas kami tanpa ada yang mengeluarkan suara.

setelah selesai makan aku mengantarnya pulang walaupun dia yang membawa mobil tapi kan aku yang punya mobil ini.

"terimakasih, ohiya namaku rio" setelah mengucapkan kalimat itu dia menutup pintu mobil sambil melambai singkat.

Rio. nama yang bagus terlebih dengan suara berat serak itu mengucapkannya.

aku tersenyum sambil mengemudikan mobilku kembali ke Jakarta. aku akan bersemangat untuk memulai hari hariku di Bandung

TBC

Word on MelodyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang