aku menjalankan mobilku dengan kecepatan penuh, kenyataan yang baru terbongkar malam ini membuatku kalut. terbayang wajah Crystal malam itu ketika aku disuruh menikah dengan Bella, perubahan yang aku dan Bella alami sejak perjodohan itu. bagaimana aku melarikan diri, mengejar Crystal yang padahal aku sendiri tidak yakin akan perasaanku pada Crystal.
keakrabanku dengan Bella yang terkikis hebat. padahal dahulu kami selalu bersama, setiap hari. kami selalu bercerita. ada kala nya Bella sibuk dengan petikan gitar abu-abu nya atau dengan piano nya dan aku yang sibuk dengan laptop atau ipadku. saat-saat ketika aku mengejar mimpiku dibidang tulis menulis tidak pernah lepas dari dukungan Bella.
aku berubah dingin kepada Bella mulai malam itu, aku bingung apa yang harus kulakukan. disatu sisi aku merasa aku mencintai Crystal dan di satu sisi yang lain aku tidak ingin menyakiti Bella. dan aku merasa aku harus mengejar cintaku yaitu Crystal. tapi sejak Crystal benar-benar meninggalkanku saat itu juga aku belajar untuk mencintai Bella. mungkin sebenarnya aku bukan belajar mencintai tapi menyadari aku mencintai Bella.
aku mulai melihat Bella sebagai seorang wanita untuk dicintai sebagai seorang wanita bukan sebagai saudara atau adik perempuan. kenapa aku baru menyadari segalanya setelah masalah itu datang? setelah aku ternyata sukses menyakiti Crystal yang kurasa aku mencintainya padahal tidak, ketika aku sudah sadar aku mencintai Bella dan sekarang Bella seperti patung hidup. apa yang harus kulakukan?
tiba-tiba terdengar suara dentuman hebat di hadapanku dan suara klakson berbunyi nyaring disekitarku, dan tiba-tiba semuanya menjadi gelap.
-----
aku terbangun dengan rasa sakit hebat disejur tubuhku
aku menatap sekelilingku. aku ada dirumah sakit. sepertinya rumah sakit milik Ka Refa. aku memejamkan mataku lagi, rasa sakit itu serasa menusukku. aku melihat kakiku yang terbungkus.
"Juna! sayang kamu udah bangun! Refa panggilin ayah sekarang!" terdengar suara mama di sampingku sambil mengelus puncak kepalaku dan terlihat sangat bahagia
"iya ma" ujar Ka Refa lalu pergi dari ruanganku dengan terburu-buru
"nih kamu minum dulu. udah itu makan terus minum obat ya" ujar mama lagi
"mama ga praktek?" ucapku lemah
mama hanya tersenyum lalu menggeleng.
"bagaimana kabar Bella?" ujarku dengan suara yang sungguh payah, karena tenggorokanku rasa nya perih sekali
"Bella masih seperti kemarin-kemarin. dia masih diam dan tidak mau makan dan minum kenapa kau tidak bercerita pada mama, Juna? mama diceritakan oleh bunda nya Bella tentang musibah itu" ujar mama dengan suara lesu.
oh, ternyata sekarang keluargaku sudah tahu tentang masalah ini.
"aku ingin bertemu dengan Bella" ujarku lagi
"Bella tidak tahu kamu disini sayang, kamu koma sudah dua hari. kami tidak bida memberitahu Bella karena kami takut Bella malah semakin shock dengan kamu yang tidak sadarkan diri" ujar mama lagi dengan wajah sendu
"tapi aku belum bertemu dengannya sejak kepulangan kami dari Bogor ma" ujarku lagi. tiba-tiba saja aku sangat merindukan Bella, rindu tawa nya, senyumnya, pancaran matanya, petikan gitarnya, aku merindukannya. dengan dia tidak ada disini sekarang membuatku ingin berlari menemuinya dan merengkuh nya dipelukanku.
"Juna. kamu sudah bangun! syukurlah!" tiba-tiba ayah dan Ka Refa masuk dengan wajah lega
aku tersenyum lemah
"yasudah sekarang kamu makan dan segera minum obat. ayah dan Ka Refa ada jadwal operasi sekarang. ayo Refa!" ujar Ayahku lagi diikuti dengan senyum lega dari Ka Refa. dan mereka keluar kamar