chapter 14

126 4 1
                                    

mulai dari sini BELLA POV ya... tkanks for reading guys ^^ 

-----------------------------------------------------------

sosok itu. sosok yang selalu kucari selama ini. kemana saja dia? atau dia memang tidak ingin melihatku lagi? sekotorkah itu aku? 

aku memicingkan mataku lebih jelas, dia memakai tongkat? kenapa? apa dia terluka? dia sangat tampan dengan jas itu. aku sangat ingin berlari kepelukannya sekarang. kapan aku bisa memeluknya lagi seperti dulu? bercerita dengannya lagi? 

beberapa menit aku terpaku melihatnya yang sedang menatapku tanpa bergerak sedikitpun. saat itu juga aku sadar, Juna memang tidak ingin bertemu lagi denganku. tapi sebenarnya memang lebih baik karena dengan dia menjauhiku seperti ini aku tidak perlu kesulitan untuk menyembunyikan rasa bersalah dan malu ku. apa perjanjian perjodohanku masih berlaku? apa aku masih tunangannya? mungkin tidak. 

aku membalikkan badanku dan tanpa terasa air mata itu jatuh lagi. aku sangat merindukan lelaki itu. sangat. aku selalu menunggunya sejak hari itu semua terjadi. mungkin, aku tidak akan takut bertemu dengannya. aku harap aku tidak takut. aku semakin tenggelam dengan air mataku. sungguh aku sangat merindukan Juna. 

"dek makan dulu ya?" ujar seseorang yang sepertinya bunda menepuk pundakku pelan 

aku hanya menggeleng. aku tidak ingin makan. beberapa hari ini badanku memang sangat lemas karena kurang makan. tapi entah mengapa aku merasa jijik memasukkan makanan lewat mulut yang sudah dilumat habis oleh lelaki brengsek itu. 

bunda terus memaksaku untuk makan. tapi aku hanya diam dan menahan air mataku untuk tidak turun 

"yaudah bunda simpen makanan nya disini ya? kalau udah mau makan tinggal ambil aja" ujar bunda sambil berlalu pergi 

aku hanya mengangguk patuh 

sekarang hanya keluargaku yang mengerti aku. mereka sangat sabar menghadapiku. ketika aku menjerit ketakutan pada lelaki yang tidak kukenal, pada mimpi buruk di malam hari, dan menangis sesegukan ketika aku mengingat kejadian itu lagi. 

aku ingin seperti dulu. ceria, bisa pergi ke kampus tanpa takut pada siapapun, makan dan minum dengan nyaman, tidur tanpa dihantui perasaan was-was. entahlah apakah aku bisa mengalami hari-hariku seperti dulu lagi. atau hanya akan terjebak di dalam ketakutan ini sampai aku mati.

pesta Ka Tiwi dan Ka Gani sudah selesai. kursi rodaku didorong ayah lalu aku dibantunya memasuki mobil. aku hanya terpaku menatap jalanan Bandung yang basah karena hujan turun. pikiranku masih melayang pada Juna. aku ingin bertemu dengannya. 

sesampainya dirumah aku mencari buku diaryku. lalu mulai menumpahkan isi hatiku disana. aku sekarang lebih nyaman menuliskan semuanya daripada harus berbicara. entah kenapa suaraku selalu bergetar ketika berbicara dan itu membuatku merasa lemah. 

aku terus menulis dan dengan kalimat-kalimat itu aku selalu berusaha untuk mengikis memmory-memmory yang mengganjal pikiran dan hatiku.

malam ini aku menghabiskan waktu dengan menangis, sosok juna di pesta tadi membuatku semakin merindukan Juna.

tuhan, bolehkah aku memeluk Juna untuk sekali saja? sebelum aku mati dan tak bisa melihat nya lagi.

TBC

#sesi curhat

ampuni author yang tidak bertanggung jawab ini, aku kemarin sempet stuck banget buat lanjutin.. maaf banget :(

Word on MelodyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang