Perbincangan aku dan Alison soal rahasia masing-masing terhenti. Alison sepertinya enggan membahas lebih lanjut terkait masalahnya dengan Evelyn. Aku sudah menanyainya macam-macam tapi percuma saja, Alison tetap bungkam dan ia kini malah sibuk mengerjakan tugas dari bu Laila.
"Gue kangen bunda..." celetukku tiba-tiba seolah tak sadar bahwa Alison masih duduk di sampingku dengan tangan yang sibuk mengetik.
"Bunda lo kemana?" Alison bertanya lirih seakan-akan dia tahu bahwa jawabanku mengandung unsur kesedihan.
"Udah meninggal waktu gue masih kecil."
"Mama gue juga."
Kini aku membelalakkan mata menatap Alison. "Sejak kapan?"
"Gue lupa kapan tepatnya. Gue enggak mau inget-inget kejadian itu."
Kami berdua terdiam. Larut dalam pikiran masing-masing. Aku benar-benar tak menyangka bahwa Alison yang nampak sangat menyebalkan di luar ternyata memiliki banyak masalah dalam hidupnya. Entah mengapa, kali ini aku merasa bahwa Alison harus ditolong, dan aku salah satu yang bisa menolongnya.
Jam telah menunjukkan pukul 17.10. Biasanya di waktu-waktu ini, langit sore perlahan mulai menampakkan keindahannya. Akan tetapi kali ini yang terlihat hanyalah awan abu-abu yang menyelimuti langit. Aroma petrichor menguar setelah hampir tiga jam hujan turun dengan sangat deras.
"Kei..."
"Apa?"
"Lo nggak mau keluar rumah buat liat senja?"
"Nggak ada senja kali ini, Al."
Alison mengangguk-angukkan kepala. "Gue mau nemenin lo, Kei."
Aku mengerutkan kening. "Hah? Nemenin apa, Al. Gue nggak mau kemana-mana."
"Nemenin lo nikmatin senja, ah apaan sih kok gue jadi lebay gini." Alison menjitak kepalanya sendiri dengan pelan.
"Oh ya, ternyata Tuan Muda Alison bisa sebaik ini."
"Ingat Dayang Kenari, tidak ada yang gratis di dunia ini."
"Oke kalau gitu gue tolak tawaran lo. Lagian gue udah terbiasa nikmatin senja sendiri dan gue sama sekali enggak merasa kesepian."
"Oh gitu. Sombong sekali dirimu wahai Dayang Kenari."
Aku menjulurkan lidah, mengejek Alison.
"Soal tawaran gue barusan, gratis," ucap Alison serius.
"Maaf Tuan Muda Alison, dayangmu ini tetap tidak berminat."
"Gue enggak terima penolakan, Kei."
"Lo memang perlu gue jitak kepalanya biar enggak makin ngeselin!"
"Sekali aja lo berani nyentuh kepala gue, rahasia lo bakal gue bocorin ke Arion," ancam Alison sembari menggoyang-goyangkan ponselnya tepat di depan wajahku. "Inget, rahasia lo ada di sini," tambahnya dengan menunjuk ponsel hitamnya.
Aku mendengus kesal. Alison selalu punya cara untuk membuatku tak berkutik. "Ngomong-ngomong soal Kak Arion, lo ada masalah apa sama dia?"
Alison mengedikkan bahu. "Urusan cowok, lo enggak perlu tahu."
"Ya gue pengen tahu, Al."
"Idih... Maksa."
"Jangan-jangan masalah cewek ya? Maksud gue kalian suka dengan satu cewek yang sama terus berantem karena rebutan cewek itu? Ah klise!" tebakku asal.
"Enggak," jawab Alison dengan nada tegas. "Ini bukan soal cewek dan masalahnya jauh lebih rumit dari itu, Kei."
***

KAMU SEDANG MEMBACA
Aspettare
Novela Juvenil[[ SEDANG DI REVISI ]] [[ AKAN SEGERA DITERBITKAN OLEH NOVELINDO PUBLISHING ]] ✨✨✨ "Aku janji, aku akan menemuimu ketika keadaan setengah gelap di bumi, sesudah matahari terbenam ketika piringan matahari secara keseluruhan telah hilang dari cakrawal...