Sepulang sekolah, aku membuka kulkas dan dikejutkan dengan stok makanan ringanku yang menipis. Belum lagi roti tawar yang biasa aku gunakan untuk sarapan juga sudah habis. Aku memutuskan untuk pergi ke swalayan terdekat dengan jalan kaki. Begitu sampai di swalayan, kuambil beberapa makanan ringan dan bahan makanan yang lain yang aku butuhkan.
Baru saja aku akan mengambil sekaleng susu, tiba-tiba aku dikejutkan dengan satu tepukan di pundakku. Aku menoleh dan sukses terbelalak ketika melihat Evelyn yang kini berada di hadapanku. Ia menatapku sinis.
"Lo enggak sengaja ke sini buat ketemu Alison kan?"
Aku menyerngitkan dahi, tak mengerti.
"Seinget gue, lo yang waktu itu sempet berduaan sama Alison di kelas."
Aku hampir saja menepuk jidat. Evelyn benar-bener berakal pendek, hanya dengan melihatku di kelas bersama Alison dia sudah berpikiran macam-macam bahkan mengira aku menyukai Alison. Aku benar-benar tak habis pikir.
"Aku enggak sengaja ke sini, Kak. Aku bahkan enggak tahu kalau Alison ada di sini sekarang. Stok makanan di rumahku hampir habis dan kebetulan swalayan ini dekat sama rumahku." Aku mencoba menjelaskan dengan sabar.
"Bagus." Evelyn mengangguk-anggukkan kepalanya.
"Aku enggak suka Alison, Kak," ucapku dengan sengaja agar Evelyn tak terus-terusan salah sangka denganku.
"Bukan enggak suka, tapi belum," tambahnya sinis.
Aku diam dan tak menanggapi. Puas berbicara denganku, Evelyn membalikkan badan dan menuju meja kasir. Kulihat di sana sudah ada Alison dengan membawa sekantung penuh barang belanjaan.
Aku segera menyelesaikan urusanku begitu mendengar suara gemuruh tanda akan hujan. Aku benar-benar terburu-buru karena ceroboh tidak membawa payung. Sampai di kasir aku mendengus kesal karena melihat antrean yang cukup panjang. Kondisi swalayan memang sedang cukup ramai. Aku hanya pasrah saat menunggu giliranku tiba dan air hujan sudah turun dengan agak deras.
Begitu aku selesai membayar barang belanjaanku, aku seger menuju ke temapt duduk terdekat dari pintu swalayan. Hujannya cukup deras dan aku tak mungkin nekat menerobos. Swalayan ini juga tidak menjual payung dan jas hujan, jadi mau tak mau aku harus menunggu.
Aku asyik memandangi suasana di luar swalayan yang basah kuyub karena terguyur hujan. Aku memang sengaja tak membawa ponsel karena ingin menikmati suasana di luar. Melihat cuaca yang memang sedang tak cerah sejak tadi pagi, sepertinya senja nanti juga tak akan terlihat indah karena awan mendung yang sampai saat ini masih menyelimuti langit. Lagi-lagi pikiranku melayang pada Rakka.
Kalau saja aku tahu sosial media Rakka, sudah pasti sejak dahulu aku akan terus-terusan mengirimkan pesanku padanya. Akan tetapi, sampai saat ini, berapa kalipun aku mencoba mencari sosial media Rakka, tak ada satupun yang kutemui benar miliknya. Aku sudah mencari di segala sosial media mulai dari instagram, twitter, facebook, line, path, dan banyak lagi tapi hasilnya tetap nihil.
"Woi, Keinarra."
Pikiranku yang baru saja mengarah ke Rakka tiba-tiba buyar. Aku menengok kesana-kemari tapi tak juga menemukan siapa-siapa. Baru ketika aku melihat ke arah pintu swalayan, kulihat Alison sedang berjalan ke arah tempatku duduk.
"Ayo pulang," ujarnya singkat dengan ekspresi dingin.
Aku mengerutkan kening heran. "Di luar hujan."
Alison nampak menahan tawa. "Iya, di luar hujan, tapi di mobil gue enggak."
"Oh, gitu ya."
"Ayo naik, gue anter naik mobil gue. Kapan lagi seorang dayang dianter sama tuan muda secara cuma-cuma, lo nggak boleh sia-siain kesempatan ini."
![](https://img.wattpad.com/cover/94117373-288-k579739.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Aspettare
Teen Fiction[[ SEDANG DI REVISI ]] [[ AKAN SEGERA DITERBITKAN OLEH NOVELINDO PUBLISHING ]] ✨✨✨ "Aku janji, aku akan menemuimu ketika keadaan setengah gelap di bumi, sesudah matahari terbenam ketika piringan matahari secara keseluruhan telah hilang dari cakrawal...