Aspettare - 1

12.8K 698 130
                                    

"Masih di sini, bersama senja yang setia menemani. Bersama rasa yang meski empat tahun berlalu, rasa ini tak jua berubah."

***

Aku sedang sibuk menuangkan perasaan di buku kecil yang selalu kubawa. Kuhirup napas dalam-dalam, merasakan sejuknya senja kali ini. Kuteguk secangkir teh hangat yang aku buat beberapa menit yang lalu. Rasa manis yang menjalar di dalam indra pengecapku semakin membuat suasana hatiku membaik. Baru sebentar aku menikmati teh hangat, ponselku tiba-tiba berdering. Tidak biasanya.

Aku mengerutkan kening ketika membaca pesan dari Helda, sang ketua kelas. Ia mengirimkan pesan yang berisi peringatan agar tak lupa mengerjakan tugas dari Pak Fery. Ngomong-ngomong soal Pak Fery, beliau adalah guru bahasa Indonesia di sekolahku. Sosoknya yang tinggi tegap serta suaranng lantang membuat hampir semua anak di sekolahku takut padanya. Terlebih, beliau adalah sosok yang tak segan-segan dalam memberikan tugas sekolah.

Aku mendengus kesal begitu membuka catatan yang berisi tugas yang diberikan Pak Fery. Seolah tak puas jika hanya memberikan satu tugas, minggu kemarin Pak Fery memberikan empat tugas sekaligus dan salah satu tugasnya adalah membuat puisi. Suasana hatiku berubah dengan cepat begitu membaca pesan dari Helda dan membuka catatan berisi tugas yang menumpuk. Benar-benar merusak suasana senja kali ini.

Aku masih diam termangu di depan jendela kamar. Memasukkan kembali catatan tugasku kemudian kembali menatap langit senja yang begitu indah. Seolah seperti dua hal yang tak bisa dipisahkan, setiap kali senja, aku selalu teringat dengan teman masa kecilku. Sosok yang meski empat tahun telah berlalu tanpa sedikitpun kabar darinya, tapi aku masih tetap terus mengingat dan menunggu kepulangannya. Tak bisa dihindari, pikiranku melambung pada teman masa kecilku. Ya, dia sosok yang selama ini kunantikan, Rakka Sanjaya.

Kurang lebih duapuluh menit berlalu dengan sangat cepat. Rakka masih belum kembali, tapi sudah sekian senja berlalu dengan begitu singkatnya, seolah senja tak peduli dengan aku yang masih terus menantikan kepulangan Rakka di kala ini. Matahari benar-benar telah kembali ke peradabannya. Itu artinya, Rakka benar-benar tidak pulang hari ini. Tak apa, aku masih sanggup bahkan jika harus menunggunya empat tahun ke depan. Semoga saja.

Segera kuhabiskan teh hangat di hadapanku. Setelah cangkirnya kucuci dengan bersih, kumasukkan ke dalam rak piring dan segera kembali ke kamar. Lima belas menit aku termangu di meja belajar. Aku berniat mengerjakan tugas dari Pak Fery, tetapi nyatanya aku malah kebingungan sendiri hendak memulai dari tugas yang mana. Setelah berulang kali membaca buku referensi terkait tugas, aku memutuskan untuk mengerjakan tugas puisi bebas yang besok harus dibacakan di depan kelas.

Menanti Senja

Menanti senja

Berarti menanti cerita

Menanti cerita

Berarti menanti kehadiran

Menanti kehadiran

Berarti adanya perasaan rindu yang mendalam

Hingga akhirnya

Senja tiba

Secangkir teh kuhirup perlahan

Senja berikutnya

Secangkir kopi kuteguk habis

Menanti senja

Membuatku berhasil merasakan

Bagaimana pahit manisnya rindu

AspettareTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang