"Jika kamu tidak naik. Dewa Langit akan menerkam siapapun yang ada di sini."
Bi termangu diam mendengar perkataan Biru.
Diliriknya Dewa Langit itu, masih menggeram berancang-ancang siap menerkam.
Lagipula bagaimana jika Dewa Langit yang malah menerkamnya. Jadi, biarkan saja Singa itu menerkam mereka, Bi bisa kabur. Bi juga tidak mengenal orang-orang berpakaian aneh ini.
Bi menghela napas.
Muslihat jahatnya sirna. Bi dengan hati lembut, yang selalu mamanya ajarkan padanya untuk saling menolong. Jangan egois. Akhirnya mengangguk samar.
Biru bangkit, tanganya terlulur pada Bi.
Bi menerimanya.
Setelah berdiri tegak, Bi menatap Biru dan bertanya.
"Bagaimana jika aku yang diterkam Singa Terbang itu?"
Biru memberi jeda sepuluh detik sebelum menjawab.
"Kamu bisa bertanya sendiri padanya atau memintanya agar jangan menerkam mu."
Bi menoleh ragu menatap Dewa Langit. Singa Terbang itu sudah berhenti mengeram dan mengaung seakan mengerti bahwa Bi menyetujui permintaannya.
"Singa Terbang yang baik. Jangan makan Bi yah."
Sudut bibir Biru tertarik.
Putri Sou sudah terkekeh geli. Putri Ekk Ving tersenyum lebar dan yang lainnya ikut tersenyum tipis.
Terkecuali Pimpinan Raav.
***
Jeritan keluar lagi dari bibir Bi. Tangannya dengan gemetar mencengkeram erat bulu halus panjang berwarna emas milik Dewa Langit.
Bi terbang.
Benar-benar terbang.
Dengan Ksatria Biru dibelakangnya.
"Ini lebih seram daripada naik roller coaster."
Bi menutup mata rapat. Wajahnya terkena terpaan angin cukup kencang. Bi terbang sangat tinggi, bahkan gedung simetris yang ada sembilan terlihat kecil di bawah sana.
Hening cukup lama. Bi belum membuka mata, takut.
Dewa Langit terbang berputar mengelilingi Kota Damaraa.
"Kamu pasti memiliki banyak pertanyaan, tentang dunia ini?"
Sontak saja Bi membuka mata, kepalanya reflek ia tolehkan kebelakang menatap Biru, membuat oleng sejenak Dewa Langit.
"Ka--mu benar. Dunia apa ini? Aku sekarang berada dimana?"
"Kamu akan terkejut jika mengetahui dunia ini."
Biru berhenti berbicara. Jeda cukup panjang hingga lima menit berlalu.
Bi mendesak.
"Jelaskan padaku!"
"Aku sudah cukup terkejut dengan berada di tempat yang tidak kekutahui. Dipanggil putri apalah. Apakah memberi tahu dunia apa ini lebih mengejutkan dari aku yang terbang menaiki singa bersayap!"
"Dari kota mana kamu? Kota asalmu?"
Bi menyebutkan nama kotanya, bahkan Bi menyebutkan alamat rumah berserta Rt dan Rw.
"Kita dari kota yang sama." gumam Biru.
Bi melotot senang.
Senyumnya mengembang lebar. Dirinya tidak sendiri di dunia aneh ini. Biru bahwa menyebutkan sebuah nama desa dan Bi pernah mendengar itu.
"Lalu kenapa kamu bisa disini?"
"Ceritanya panjang."
"Aku punya banyak sekali waktu." sergah Bi cepat.
Biru menarik sudut bibirnya.
"Kamu pasti pernah bertemu Tetua Sing sebelum datang ke dunia ini. Sebab hanya dia yang bisa membuka portal antar dunia."
Apa itu portal dunia?
"Tidak. Aku tidak kenal nama Sing, dan belum bertemu."
"Siapa yang terakhir melihat mu?"
"Hm.. Ada Nenek tua. Iya, Nenek tua berpakaian corak bunga, di toilet. Dia yang memberi aku kalung ini."
Bi menyentuh kalung yang di pakainya. Kembali melanjutkan cerita.
"Dia juga yang mendorongku terus aku sampai disini."
Astaga! Bi membulatkan mata. Benar ini semua karena Nenek tua itu.
"Dia adalah Sing. Tetua Ekk Sing dari Negeri Ekk."
"Apa?!"
"Mau tahu yang lebih mengejutkan lagi. Aku disini karena dirimu. Begitu pula Singa yang kita naiki. Itu karena dirimu."
"Apa? Yang benar saja!"
"Dan dunia ini, bukan dunia kita."
Biru menjeda, Bi terlihat masih kaget.
"Dunia ini adalah dunia paralel.""APA!"
Hanya kata itu yang keluar dari mulut Bi. Ingin rasanya tidak percaya, namun disaat dirinya menaiki singa terbang maka mudah saja bila dunia ini bukan sebuah mitos saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Great Princess
FantasyBeautiful cover by @julsarang_ Apa yang tidak terlihat bukan berarti tidak ada. Apa yang tidak kamu rasakan bukan berarti orang lain tak pernah merasakan. Karena apa-apa selain yang kalian ketahui, aku melihat dan merasakannya dengan nyata. Aku t...