Episode 20

50 3 1
                                    

Spesial, yang lebih spesial dripda martabak. Spesial untuk renuella 😘
Bukan mksd ngegantung ato php kok 😂

Cekidot aja deh..
Happy reading...

*

Ving menutup portal lalu berdiri di sebelah Bi yang terdiam kaget menatap ke depan.

"Bagaimana menurutmu, Bi?"

"Ini negeri Ekk itu?"

"Iya, luar biasa bukan?" Ving tersenyum cerah, Bi menelengkan kepala manatapnya.

"Kamu tinggal di dalam hutan ya?"

Pertanyaan spontan Bi membuat Ving tertawa geli. Tidak salah memang Bi bertanya seperti itu, lihatlah di depan sana. Hanya ada ribuan pohon tinggi dengan daun mirip daun pepaya namun sangat besar, batangnya terlihat keras dan kokoh berwarna cokelat. Jika di melihat ke bawah mungkin tinggi pohon itu sekitar >50m.

Dan pohonnya sama semua.

Ving menarik napas, mencoba menghilangkan tawanya. "Tidak Bi, kami dari Negeri Ekk tidak pernah masuk ke dalam sana."

"Eh.. Benarkah?"

Ving mengangguk mantap, "80% negeri Ekk adalah hutan, sisanya gunung dan laut. Itu sebabnya Negeri ini bernama Ekk."

"Kenapa begitu?"

"Karena pohon yang kamu injak bernama Ekk, Bi." Naad ikut menyahut.

Ya ampun!

Bi langsung berjongkok duduk. Takut jatuh.

Bi baru menyadari bahwa pijakan kakinya adalah sebuah dahan besar pohon. Tanah di bawah sana, terlihat jauh sekali. Mungkin sama tingginya dengan hotel berlantai 50 dan Bi berada di puncaknya.

"Astaga! Bagaimana kita turun?!" jerit Bi.

"Mungkin dengan itu?" sahut Sou menunjuk ke arah depan.

Bi menengok kemudian mengernyit heran. Apa itu? Batang pohon terbang? Atau melayang?

*

Takjub.

Ini sangat keren! Seru Bi dalam hati.

Bi, Naad, Sou, dan Ving berada dalam balok kayu terbang atau melayang tadi dipisah dengan rombongan para Ksatria dan Pimpinan. Ternyata ini bukan cuma batang pohon biasa, didalamnya terdapat komputer layar sentuh dan pengendali cangih seperti pesawat, dan tentunya ini jauh lebih keren.

Kayu ini adalah alat transportasi Negeri Ekk, seperti angkot namun gratis. Hanya ada empat kursi saling berhadapan. Kecepatan maksimalnya adalah 10 detik per kilometer sungguh luar biasa. Bahkan dengan kecepatan super cepat ini Bi tidak merasakan guncangan apapun. Mereka orang-orang negeri Ekk menyebut ini kereta.

Jika dilihat dari luar warnanya sama seperti batang pohon lainnya namun dari dalam semua transparan, terlihat dari sisi manapun. Bi dapat melihat pohon-pohon besar yang terlewat dengan cepat. Tidak bisa di lihat dengan jelas. Padahal Bi ingin menikmati pemandangan hutan yang kata Ving luas ber mil-mil.

Oh ya, Ving juga bilang. Bahwa orang-orang Negeri Ekk tinggal di dalam gunung. Tentunya yang sudah mati. Keren bukan?

"Ving bisa perlambat benda ini. Aku ingin melihat jelas pohon Ekk besar."

"Itu terlalu berbahaya Bi." ucao Ving.

"Benarkah?"

Ving melihat raut kecewa Bi, lalu tersenyum simpul. "Sepertinya tak apa jika kita terbang lebih naik. Dua meter di atas pohon tidak apa, Bi?"

"Tentu." Bi mengangguk semangat.

Satu lagi kecanggihan teknologi transportasi di Negeri Ekk. Pengemudinya otomatis. Jadi tidak perlu menyetir lagi, hanya tinggal memencet tombol berwarna sesuai fungsinya dan kereta ini akan berjalan sendiri. Menghindari pohon, celah dahan secara otomatis.

Bi menengok ke bawah. Pohon Ekk terlihat indah bergerombol.

Terdengar bunyi desingan keras. Daun-daun lewat di depan bergejolak. Bi terpekik melihat itu.

"Gawat!" seru Ving.

Ving kembali menekan tombol biru, kembali mempercepat laju benda ini.

"Ada apa Ving?!" tanya Naad berdiri menatap Ving yang terus menekan tombol biru cepat.

"Tidak ada waktu Naad."

Tepat setelah Ving berujar cemas, muncul tiga ekor hewan di depan sana.

Apa itu? Burung? Tapi mirip kelelawar. Mereka besar sekali, sebesar sapi betina.

"Astaga! Apa itu flying fox!" seru kaget Naad.

Kereta ini langsung diterjang oleh kaki berkuku jatam flying fox, hingga terguncang dan melesat oleng ke kiri.

Bi menjerit tertahan. Sou ikut berteriak, Ving dan Naad menggeram marah.

'Bahaya! Bahaya! Sistem otomatis rusak! Sekali lagi! Bahaya! Bahaya! Sistem otomatis rusak!'

Interkom kereta berbuyi keras dengan kalimat berulang-ulang. Ving terlihat langsung duduk dikemudi, mengendalikan kereta yang jatuh bebas ke bawah.

"Sial!"

"Biar aku saja Ving, kamu tenangkan Sou dan Bi."

Mereka bertukar, Bi sudah pucat basi seperti Sou. Ving langsung menggenggam tangan keduanya menyalurkan rasa tenang.

Bahkan disaat seperti ini Bi masih mengagumi kereta Negeri Ekk. Dari luar kereta itu berbolak-balik, namun seakan ada gravitasi dilandasan kereta. Bi hanya terhuyung sedikit tanpa ikut berputar seperti kereta ini.

Naad mengendalikan dengan baik. Kereta ini melaju cepat, tapi flying fox tidak kalah cepat mengejar.

"Ck, bagaimana mungkin ada flying fox di siang hari! Dan sialnya mereka cepat sekali." geram Naad.

"Sekarang aku tahu kenapa kereta ini sepecat cahaya, untuk menghindari makhluk menyebabkan ini bukan." ucap Naad dengan mata tajam yang menatap ke depan.

Oh Tuhan! Itu berarti salah Bi karena telah meminta memelankan kereta demi melihat pohon, padahal taruhannya bukan hanya nyawanya sendiri, namun juga nyawa teman-temannya terancam.

Bi hampir menangis memikirkan itu.

The Great PrincessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang