Konoha
10 PM
December 31st 20XX.
.
"Ayah, aku mau pergi dulu."
Hinata melangkahkan kaki keluar dari zona hangat rumahnya setelah selesai menyantap hidangan makan malam buatannya. Makan malam yang telat? Tidak, keluarga mereka hanya menyantap semangkuk kecil soba sebagai bentuk tradisi di malam tahun baru. Dengan alasan pergi ke kuil untuk berdo'a di tahun baru, Hinata keluar rumah tanpa pencegahan Hiashi yang biasanya melerainya keluar malam-malam tanpa ditemani seseorang. Tapi apakah benar Hinata akan ke kuil? Mungkin nanti, dia ingin pergi melihat sungai saat ini.
Hinata berjalan di tengah keramaian malam tahun baru. Semua wanita yang ditemuinya berpenampilan rapi dengan memakai kimono milik mereka. Dan Hinata, dia juga memakainya. Kimono biru tua dengan motif bunga sakura berwarna putih tergambar di seluruh bagiannya. Berpenampilan rapi untuk pergi ke kuil berdo'a sekaligus melihat pemukulan 108 kali genta yang sudah mulai terdengar. Mungkin itu tujuan mereka, namun tidak bagi Hinata yang berjalan melawan arah dan memilih mendengar suara tabuhan genta di pinggir sungai yang mengalir tenang.
Hinata duduk di atas rerumputan di tepi sungai yang bertanah miring. Hinata memejamkan mata sepersekian detik, lalu kembali memperlihatkan iris bulan miliknya yang memandang sungai dengan tatapan kosong. Air yang mengalir tenang tak mampu mengurangi kegelisahannya, suara tabuhan genta dari kejauhan yang saling menyaut malah menambah rasa tak tenang di hatinya.
Dia menggenggam erat liontin zamrud yang menempel sebagai kalung yang bertengger di lehernya. Ia sedang merindukan seseorang yang memberinya kalung itu.
Sekarang—atau bahkan sudah lima hari lalu ia menyadari kesalahannya. Rasa cemburu menguasainya saat itu, hingga membuatnya mengurung diri untuk tidak bertemu dengan Naruto, namun sekarang, ia sudah tahu apa yang sebenarnya terjadi. Hanya sebuah kesalahpahaman. Dan yang paling penting yang ia dapat, Naruto juga mencintainya. Dari awal tak ada cinta yang bertepuk sebelah tangan. Mungkin dari awal mereka bisa bahagia tanpa percekcokan. Hanya saja, hanya saja ini salah Hinata yang egois tak bisa menerima Naruto apa adanya. Ia juga bodoh, hanya menangis dan menangis melihat apa yang terjadi. Dan sekaranglah yang ia dapat, Naruto sepertinya berbalik menjauhinya.
Sejak Naruto meneriakinya dari atas pohon, Naruto tak pernah terlihat oleh Hinata sampai sekarang. Marah mungkin? Atau balas dendam? Yang pasti ini karma untuk Hinata. Walau Naruto bilang akan kembali dengan menjadi 'Naruto' seperti dulu, Hinata tak yakin kata-kata itu benar adanya, memangnya bisa dia kembali seperti dulu? Kau pasti mengerti bagaimana jika orang introvert tersakiti, mereka akan mengingat selalu dan selalu hal menyakitkan yang membekas di hatinya. Karena itulah Hinata ragu Naruto bisa memaafkannya dengan mudah.
Tak mengherankan bagi Hinata. Naruto menjauhinya karena kebodohannya sendiri. Ia yang membuat kalung indah di lehernya tergeletak sia-sia karena Naruto melemparnya tanpa perasaan, seharusnya kalung itu terbungkus rapi dengan kertas warna-warni saat hari ulang tahunnya. Hinata juga membuat kalung itu terlihat tidak berharga lagi dengan kata-katanya, menolak mentah-mentah apapun hadiah dari Naruto. Hinata bergerak menggenggam erat kalung pemberian Naruto itu dengan kedua tangannya. Air matanya yang menetes tak akan mampu membasuh rasa kecewa Naruto, seberapa banyak pun, pikir Hinata.
'Kalung ini sangat berharga, 'kan? Dia sampai membelinya jauh hari sebelum ulang tahunku.' Hinata membatin. Ia menarik napas dalam dengan payah. Rasanya sesak di sela tangisnya. 'Dia mencarinya saat hilang sampai merelakan waktu berharganya bersamaku. Dan yang kulakukan, aku marah tidak jelas padanya. Bodohnya aku …'
Hinata sesenggukan sambil menyembunyikan wajah di balik lututnya yang ditekuk. Ia pergi ke sini untuk menangis, itu memang tujuannya dari awal. Ini seperti kegiatannya setiap tahun selama Naruto pindah ke luar kota, namun sekarang sedikit berbeda. Naruto sudah kembali, namun tidak benar-benar kembali. Apa yang dipikirkan Hinata? Naruto sudah kembali ke kotanya namun tak bisa mengurangi rasa gelisahnya setiap malam tahun baru. Ini semua karena Hinata masih merindukan Naruto. Rindu, sangat rindu, bahkan melebihi rindunya selama lima tahun Naruto tinggal di luar kota.

KAMU SEDANG MEMBACA
Aitakatta
FanfictionBertemu teman lama sepermainan semasa kecil? Pastinya bikin senang, apalagi temannya bukan sekedar teman. Tapi, bagaimana jika temanmu itu datang dengan ingatan dan kepribadian yang berbeda? Ya, amnesia. Hmm ... wait a minute! Hinata butuh waktu unt...