Hari pertama turun salju dan hari terakhir sekolah.
Hari itu adalah hari yang begitu rumit, paling rumit yang pernah kualami selama 18 tahun hidup—yah mungkin, karena sebagian ingatanku hilang. Pertama, aku bangun dengan keadaan pilek. Cukup mengganggu karena aku masih harus bertemu banyak teman di sekolah. Walau begitu, aku tetap menyerahkan syal merah pemberian Ibu ke Hinata yang tampak lebih buruk. Kami seperti anak kecil saja. Kedua dan termanis, tiba-tiba aku dicium oleh Hinata. Mungkin itu sebuah imbalan karena syal? Untuk yang itu kurasa tidak perlu dingat, memalukan. Selanjutnya, datang ke sekolah seperti biasa, namun terasa tidak biasa saat rentetan kejadian yang tak kumengerti datang begitu saja.
Sebelum bel pertama berbunyi, seorang gadis berparas cantik yang kemudian mengenalkan dirinya bernama Konan datang padaku dengan janji pertemuan di kantin saat istirahat. Konan tidak memberiku pilihan, ia melenggang pergi sebelum aku menyanggupi perjanjian yang dibuatnya.
Jam istirahat, aku datang ke kantin seperti yang diminta Konan. Duduk bersama di tempat yang sama cukup lama. Tak ada obrolan yang panjang, sebagian waktu hanya dihabiskan dengan saling pandang. Gadis bernama Konan itu sangat cantik, tapi kalau dibandingkan seseorang …, Konan tak lebih cantik darinya. Satu hal/barang yang kudapat saat itu, secarik kertas dengan hiasan cantik berbentuk hati di tengahnya. Sedikit ragu dengan isinya, sebelum Konan berucap bahwa surat itu adalah surat cinta.
Kaget bukan main saat Konan mengatakan itu, terlebih lagi dia pergi begitu saja tanpa gugup—tidak sepertiku—dan melayangkan senyum manisnya ke arahku. Apa yang saat itu kudapat? Tiba-tiba, tanpa diundang Hinata mampir dan duduk di sebelahku dengan pertanyaan yang tak kalah mendadak. Itu membuatku tak konsen dan malah memandangi bibir tipisnya saat berbicara. Aku mesum!
Sepertinya hanya aku yang masih memikirkan ciuman pagi itu, tak seperti Hinata, dia hanya mengajakku mengobrol, atau mungkin bertanya tentang hal-hal yang baru saja kulakukan. Aku tak bisa fokus saat ia terus bertanya tentang hal-hal yang kulakukan bersama Konan, jadinya langsung saja kukeluarkan sepucuk surat pemberian Konan sebagai jawaban.
"Dia bilang, aku harus menemuinya di atap sekolah setelah bel pulang nanti jika menerimanya."
Dan aku merasa kecewa dengan reaksi Hinata yang biasa-biasa saja. Aku tidak menuntut dia marah atau tidak terima, tapi seharusnya Hinata melakukan salah satu dari keduanya.
.
.
.
Membelot dari langkah mendekati gerbang lalu kembali lagi ke kelas. Kupikir akan terjadi hal 'besar' jika aku tidak melakukannya. Tentunya hal itu akan sangat mengecewakan untuk diingat. Tak ingin menghabiskan waktu lagi, aku segera berpesan pada Sasuke—yang saat itu berjalan bersamaku—untuk menyampaikannya pada gadis di seberang sana yang kuyakin sedang menungguku. Hinata.
"Sasuke, tolong beritahu pada Hinata. Aku harus mencari barangku yang hilang di kelas, jadi dia tidak perlu menungguku. Mengerti, 'kan?"
Sasuke mengangguk. Dia memang tak banyak bicara dan terkesan tertutup, melebihi sifatku. Jadi dengan anggukannya, kusimpulkan urusan Hinata beres. Aku langsung berlari kembali ke kelas tanpa basa-basi. Bisa gawat jika hilang beneran atau menghabiskan waktu terlalu lama untuk mencarinya. Aku bisa pulang malam, dan kupikir rumor tentang adanya hantu di sekolahan ini benar adanya.
Aku sampai di ruang kelasku tak lama kemudian. Segera kugeledah setiap inci bagian meja dan kursi yang kutempati sehari-hari. Tak ada. Kuperluas lingkup pencarian. Mulai dari meja di samping, depan, belakang, dan sekiitarnya, hingga mencapai seluruh bagian kelas kugeledah tanpa ampun, namun hasilnya nihil. Aku mulai panik sekarang. Masa' iya tabunganku selama satu bulan sirna begitu saja?

KAMU SEDANG MEMBACA
Aitakatta
FanfictionBertemu teman lama sepermainan semasa kecil? Pastinya bikin senang, apalagi temannya bukan sekedar teman. Tapi, bagaimana jika temanmu itu datang dengan ingatan dan kepribadian yang berbeda? Ya, amnesia. Hmm ... wait a minute! Hinata butuh waktu unt...